All Chapters of Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti: Chapter 41 - Chapter 50

60 Chapters

Bab 041 - Mengaktifkan Cakra

Arya Wisesa benar-benar menuruti perintah Wisangpati dan hampir setiap malam ia tidak tidur karena melatih teknik pernafasannya demi bisa mengaktifkan cakra dalam tubuhnya. Setelah dua minggu berlalu, maka ia pun memperoleh hasilnya.Wisangpati langsung menguji kekuatan tubuhnya. Pada minggu ke dua itu masih di halaman rumahnya pula pada siang hari yang terik, ia menyuruh Arya Wisesa melepas bajunya dan melakukan sikap kuda-kuda tegak dengan kedua lutut menekuk ke samping.Laki-laki paruh baya itu pun mengambil sebatang kayu keras seukuran betisnya lalu berkata pada Arya Wisesa, “Pejamkan matamu, tarik nafas dalam-dalam lalu tahan nafasmu di perut.”Arya Wisesa pun langsung melakukan apa yang diperintahkan Wisangpati. Dan ketika ia terlihat sudah menahan nafasnya sambil terpejam seperti itu, sekonyong-konyong Wisangpati langsung mengayunkan batang kayu yang keras itu memukul perutnya!‘Krakkkk….!’Batang kayu itu langsung patah menjadi dua! Tubuhnya menjadi keras, seolah kayu itu dipu
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Bab 042 - Meditasi Tingkat Ke Lima

“Tapi apakah Paman akan ikut mengantarku ke bukit yang akan menjadi tempat meditasiku itu?” tanya Arya Wisesa.“Ya, aku akan ikut, tapi hanya sekadar mengantarmu saja. Jadi apa pun yang terjadi padamu, kau sendiri yang harus menyelesaikannya. Aku tak berhak untuk memberi bantuan atau pun bimbingan lagi. Selanjutnya kau punya kendali sendiri atas apa yang terjadi. Kau punya pilihan untuk menyerah atau terus melanjutkan meditasimu hingga berhasil. Semuanya bergantung pada dirimu sendiri,” jawab Wisangpati.*****Keesokannya pada malam hari mereka berangkat menuju bukit. Bulan bersinar terang menyinari keadaan sekitar, itu adalah tempat yang tenang dan hening, dan tampaknya memang sangat cocok digunakan untuk bermeditasi.Bukit itu tampak seperti taman yang lapang dengan rumputnya sangat halus. Di sekelilingnya tumbuh pohon cemara dan pohon pinus yang mengitari bukit itu.“Silahkan kau persiapkan dirimu, Arya. Ambil posisi yang nyaman, karena kau akan bermeditasi dalam waktu yang cukup l
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

Bab 043 - Bersatunya Dua Jiwa

Ia sudah benar-benar ingin menyerah, fisiknya benar-benar terkuras habis dan mentalnya mulai menciut. Ia sudah tidak tahan dengan gangguan-gangguan itu lagi. Namun di saat-saat kritis seperti itu ia berusaha mengingat pesan Wisangpati agar berusaha tetap tenang pada saat situasi tersebut, karena bagaimanapun ini adalah meditasi tingkat akhir menuju tingkat ke lima yang sebisa mungkin harus berhasil dilaluinya.Setelah ingat pesan dari gurunya itu, maka Arya Wisesa tak berusaha melawan ketakutan itu, melainkan mencoba berdamai dan menerima rasa takut yang ‘menyerang’ dirinya itu. Ia membiarkan semuanya terjadi apa adanya dan kembali melihat ke dalam dirinya bahwa rasa takut adalah perasaan alamiah yang dimiliki oleh setiap manusia.Lambat laun sosok ular yang membelit tubuhnya itu melepaskan dirinya sendiri. Rasa sakit dan panas yang sempat menjalari tubuhnya juga perlahan hilang. Nafasnya kembali melambat dan ia kembali lebih tenang daripada sebelumnya.Dan tiba-tiba ular besar berkep
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Bab 044 - Munculnya Selebaran

Pagi itu mereka berdua ditugaskan oleh Wisangpati untuk berbelanja ke pasar, dengan berjalan kaki menyusuri jalan desa. Cuaca cukup cerah dan keduanya tampak semangat setelah sekian lama bisa berjalan berdua kembali.“Dengan keadaanmu sekarang, seandainya ayahku memerintahkan kita kembali ke Hutan Balungan untuk meringkus rampok-rampok jahat itu, apakah kau siap, Arya?” tanya Dewi Raraswati sambil tersenyum.“Aha-ha, tentu saja aku siap, Dewi. Paman Wisangpati telah mengajariku jurus untuk menghadapi keroyokan lawan, aku pasti tidak akan gagal lagi dalam meringkus mereka semua,” sahut Arya Wisesa.“Oh, rupanya kau tidak kapok juga ya?” ledek gadis itu.Arya Wisesa tersenyum, lalu menyahut, “Sudah berulang kali kukatakan, Dewi. Akan kupertaruhkan seluruh jiwa dan ragaku untuk membela kebenaran, dan tentu saja untuk menjagamu.”“Duh, kenapa perutku tiba-tiba mual ya, setelah mendengar gombalanmu itu?” respon gadis itu agak menyebalkan, sambil berpura-pura memegangi perutnya.Membuat Ary
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Bab 045 - Meninggalkan Desa

“Kemana kita akan pergi, Ayah?” tanya Dewi Raraswati, setelah ia mendengar keputusan dari ayahnya yang akan segera meninggalkan Desa Gandareksa demi keselamatan Arya Wisesa.“Aku sudah punya tujuan, kita akan pergi ke Gunung Kaweruh yang berada di arah timur. Kira-kira butuh perjalanan lima hari dari desa ini untuk sampai di sana,” jawab Wisangpati.Gadis itu pun mengangguk, dan laki-laki paruh baya itu pun menceritakan tentang tempat itu serta alasannya kenapa ia memilih untuk memutuskan pergi ke sana.“Ketahuilah Arya, tempat itulah yang dulu pernah menjadi pusat belajarnya para pendekar-pendekar hebat, termasuk aku dan gurumu Saka Dirga. Bahkan Bara Jugal juga pernah belajar ilmu silat di sana, tapi sayangnya dia justru melanggar sumpahnya sendiri dan malah berubah menjadi pendekar jahat.Meski hanya setahun aku belajar di sana, tapi banyak sekali kenangan yang tak bisa aku lupakan. Karena sebab itulah aku ingin pergi ke sana. Aku merasa rindu berlatih di tempat itu. Dan sudah saat
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Bab 046 - Jejak yang Terlacak

“Sial! Sepertinya mereka sudah pergi dari rumah ini,” gerutu Garang Bonggol.“Aku yakin, mereka belum jauh dari sekitar sini, Ketua.” Salahsatu anak buahnya menyahut.“Ya, tapi kemana perginya mereka? Hanya ini saja informasi yang berhasil kita dapat,” kata Garang Bonggol.“Sepertinya hanya ada dua kemungkinan. Mereka pasti tidak akan berani pergi ke arah selatan karena mereka harus melewati keramaian. Mereka juga pasti tak akan mungkin pergi ke Hutan Balungan karena tau kita menghuni hutan tersebut. Jadi hanya ada dua pilihan bagi mereka, arah timur atau arah barat.” Anak buahnya yang bernama Muladra itu kembali menyahut dan memberikan jawaban yang masuk akal.“Ah, kau benar juga, Muladra. Nah, sekarang begini saja, kita bagi tugas. Aku bersama Sukoco akan pergi ke arah barat. Sedangkan kau Muladra, pergilah ke arah timur bersama Balabrak dan Malawi. Dan tempat ini kita jadikan sebagai titik kumpul kita. Bagaimana, setuju?” Ketua rampok itu langsung memberi perintah sekaligus usulan
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 047 - Terpaksa Menyerahkan Diri

“Apa rencanamu, Muladra?” tanya Balabrak.“Bila situasinya sudah tepat, kita sergap gadis itu dari belakang. Kita culik dan ikat dia sebagai tawanan. Pasti bocah tengik itu tidak akan berkutik, dan kita bisa menaklukkannya dengan mudah. Dia pasti menyerah tanpa syarat dan mau mengikuti kemauan kita karena tidak mau gadis itu celaka!” ujar Muladra dan tampak senyum seringai jahat di wajahnya.“Aha-ha, kau memang pintar Muladra. Aku sangat setuju dengan rencanamu,” sahut Balabrak makin semringah.“Tolol! Sudah kubilang jangan berisik, kau masih juga tertawa!” tegur Muladra. “Kita akan bagis tugas, aku akan menyergap dan mentotok gadis itu dari belakang, dan kau bersama Malawi bersiaga untuk berjaga-jaga, siapa tahu ada orang yang tiba-tiba datang menolong gadis itu.”“Beres, itu perkara mudah!” sahut Malawi.Mereka pun langsung menjalankan rencananya.Saat Dewi Raraswati sedang lengah, Muladra langsung keluar dari semak-semak dan berlari tampak ringan dan senyap, lalu langsung menyergap
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 048 - Perlawanan Wisangpati

“Hua-ha-ha, pemuda bodoh! Kau hanya membikin malu dirimu sendiri. Andai kau tak banyak bacot dan mau menuruti permintaan kami sejak tadi, maka kami tak akan memperlakukanmu seperti ini!” kata Muladra.“Muridku sudah menuruti kemauanmu, Saudara. Sekarang lepaskan gadis itu!” Wisangpati kembali bersuara setelah dari tadi hanya diam dan mengamati situasi. Ia selalu terlihat tenang dan tidak mudah emosi.“Oh, tenang saja, Pak Tua. Aku bukan orang yang ingkar janji. Ambil saja jika kau mau, tapi kalung ini akan menjadi milikku!” Muladra menyahut sambil tertawa jahat dan juga menunjukkan kalung milik Dewi Raraswati.Lepas pula akhirnya ancaman golok yang hampir saja menggores leher gadis itu. Muladra membebaskan Dewi Raraswati, tapi tubuhnya masih dalam keadaan terikat dan mulutnya masih tersumpal kain.Namun baru saja ketiga perampok itu berjalan beberapa langkah, hendak pergi setelah berhasil menangkap Arya Wisesa, tudung caping milik Wisangpati terbang melesat berputar di udara menyasar
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 049 - Tiga Perampok yang Keok

Dewi Raraswati terlihat kegirangan menyaksikan pertarungan itu dan tampak ingin tertawa meski mulutnya masih tersumpal kain. Namun dari sorot matanya terlihat jelas bahwa gadis itu sedang menertawakan ketiga perampok yang terlihat lucu itu, yang hanya menyerang dan mencederai satu sama lain.Maka ketika sedang terpincang-pincang seperti itu, kuda-kuda mereka menjadi tidak seimbang. Dan dengan mudahnya Wisangpati menumbangkan mereka dengan tendangan di masing-masing perutnya. Mereka sudah kehabisan tenaga dan kompak memegangi bagian tubuhnya yang terkena hantaman sambil menyeringai kesakitan. Akhirnya mereka pun menyerah juga.“Ampuni kami, Kisanak. Harus kuakui kemampuan ilmu silatmu jauh lebih tinggi daripada kami. Sungguh kami menyesal telah menghina Kisanak,” pinta Muladra sambil membentuk kedua tangannya menjadi sikap hormat.“Ya, benar Kisanak. Izinkan kami pergi dan kami akan melepaskan murid Kisanak.” Balabrak juga ikut memohon pada Wisangpati.“Kembalikan kalung putriku, baru
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 050 - Dua Jurus Elang

Tak lama kemudian tubuhnya tampak bergetar, dan ia merasa ada sesuatu yang baru saja merasuki tubuhnya secepat kilat. Cahaya putih yang berkelebat itu agak samar jika dilihat pada siang hari. Namun ia yakin betul bahwa sekarang ia telah memasuki dimensi ke lima.Lalu terdengarlah suara yang tidak asing lagi di telinganya, “Aku sudah bersamamu, Arya. Apa yang sedang kau perlukan hari ini? Aku akan membimbingmu.”Arya Wisesa pun menyahut dengan cara berbisik melalui batinnya, “Terimakasih, Guru. Hari ini hatiku merasa tergerak untuk mempelajari jurus-jurus yang ada dalam kitab ilmu silat ini.”“Bagus, Arya. Itu adalah pertanda dari semesta bahwa kau adalah orang yang dipilih oleh Dewata untuk mempelajari dan memegang kitab ilmu silat. Jurus yang tertulis di dalam kitab itu sangatlah beragam. Tidak hanya jurus-jurus srigala yang terdapat dalam kitab itu, tapi juga ada jurus harimau, jurus ular, jurus elang, bahkan jurus naga kau bisa mempelajarinya.Namun pilihlah jurus yang memang betul
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status