Home / Pendekar / Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti / Bab 041 - Mengaktifkan Cakra

Share

Bab 041 - Mengaktifkan Cakra

last update Last Updated: 2024-11-06 15:01:16

Arya Wisesa benar-benar menuruti perintah Wisangpati dan hampir setiap malam ia tidak tidur karena melatih teknik pernafasannya demi bisa mengaktifkan cakra dalam tubuhnya. Setelah dua minggu berlalu, maka ia pun memperoleh hasilnya.

Wisangpati langsung menguji kekuatan tubuhnya. Pada minggu ke dua itu masih di halaman rumahnya pula pada siang hari yang terik, ia menyuruh Arya Wisesa melepas bajunya dan melakukan sikap kuda-kuda tegak dengan kedua lutut menekuk ke samping.

Laki-laki paruh baya itu pun mengambil sebatang kayu keras seukuran betisnya lalu berkata pada Arya Wisesa, “Pejamkan matamu, tarik nafas dalam-dalam lalu tahan nafasmu di perut.”

Arya Wisesa pun langsung melakukan apa yang diperintahkan Wisangpati. Dan ketika ia terlihat sudah menahan nafasnya sambil terpejam seperti itu, sekonyong-konyong Wisangpati langsung mengayunkan batang kayu yang keras itu memukul perutnya!

‘Krakkkk….!’

Batang kayu itu langsung patah menjadi dua! Tubuhnya menjadi keras, seolah kayu itu dipu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 042 - Meditasi Tingkat Ke Lima

    “Tapi apakah Paman akan ikut mengantarku ke bukit yang akan menjadi tempat meditasiku itu?” tanya Arya Wisesa.“Ya, aku akan ikut, tapi hanya sekadar mengantarmu saja. Jadi apa pun yang terjadi padamu, kau sendiri yang harus menyelesaikannya. Aku tak berhak untuk memberi bantuan atau pun bimbingan lagi. Selanjutnya kau punya kendali sendiri atas apa yang terjadi. Kau punya pilihan untuk menyerah atau terus melanjutkan meditasimu hingga berhasil. Semuanya bergantung pada dirimu sendiri,” jawab Wisangpati.*****Keesokannya pada malam hari mereka berangkat menuju bukit. Bulan bersinar terang menyinari keadaan sekitar, itu adalah tempat yang tenang dan hening, dan tampaknya memang sangat cocok digunakan untuk bermeditasi.Bukit itu tampak seperti taman yang lapang dengan rumputnya sangat halus. Di sekelilingnya tumbuh pohon cemara dan pohon pinus yang mengitari bukit itu.“Silahkan kau persiapkan dirimu, Arya. Ambil posisi yang nyaman, karena kau akan bermeditasi dalam waktu yang cukup l

    Last Updated : 2024-11-07
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 043 - Bersatunya Dua Jiwa

    Ia sudah benar-benar ingin menyerah, fisiknya benar-benar terkuras habis dan mentalnya mulai menciut. Ia sudah tidak tahan dengan gangguan-gangguan itu lagi. Namun di saat-saat kritis seperti itu ia berusaha mengingat pesan Wisangpati agar berusaha tetap tenang pada saat situasi tersebut, karena bagaimanapun ini adalah meditasi tingkat akhir menuju tingkat ke lima yang sebisa mungkin harus berhasil dilaluinya.Setelah ingat pesan dari gurunya itu, maka Arya Wisesa tak berusaha melawan ketakutan itu, melainkan mencoba berdamai dan menerima rasa takut yang ‘menyerang’ dirinya itu. Ia membiarkan semuanya terjadi apa adanya dan kembali melihat ke dalam dirinya bahwa rasa takut adalah perasaan alamiah yang dimiliki oleh setiap manusia.Lambat laun sosok ular yang membelit tubuhnya itu melepaskan dirinya sendiri. Rasa sakit dan panas yang sempat menjalari tubuhnya juga perlahan hilang. Nafasnya kembali melambat dan ia kembali lebih tenang daripada sebelumnya.Dan tiba-tiba ular besar berkep

    Last Updated : 2024-11-09
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 044 - Munculnya Selebaran

    Pagi itu mereka berdua ditugaskan oleh Wisangpati untuk berbelanja ke pasar, dengan berjalan kaki menyusuri jalan desa. Cuaca cukup cerah dan keduanya tampak semangat setelah sekian lama bisa berjalan berdua kembali.“Dengan keadaanmu sekarang, seandainya ayahku memerintahkan kita kembali ke Hutan Balungan untuk meringkus rampok-rampok jahat itu, apakah kau siap, Arya?” tanya Dewi Raraswati sambil tersenyum.“Aha-ha, tentu saja aku siap, Dewi. Paman Wisangpati telah mengajariku jurus untuk menghadapi keroyokan lawan, aku pasti tidak akan gagal lagi dalam meringkus mereka semua,” sahut Arya Wisesa.“Oh, rupanya kau tidak kapok juga ya?” ledek gadis itu.Arya Wisesa tersenyum, lalu menyahut, “Sudah berulang kali kukatakan, Dewi. Akan kupertaruhkan seluruh jiwa dan ragaku untuk membela kebenaran, dan tentu saja untuk menjagamu.”“Duh, kenapa perutku tiba-tiba mual ya, setelah mendengar gombalanmu itu?” respon gadis itu agak menyebalkan, sambil berpura-pura memegangi perutnya.Membuat Ary

    Last Updated : 2024-11-13
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 045 - Meninggalkan Desa

    “Kemana kita akan pergi, Ayah?” tanya Dewi Raraswati, setelah ia mendengar keputusan dari ayahnya yang akan segera meninggalkan Desa Gandareksa demi keselamatan Arya Wisesa.“Aku sudah punya tujuan, kita akan pergi ke Gunung Kaweruh yang berada di arah timur. Kira-kira butuh perjalanan lima hari dari desa ini untuk sampai di sana,” jawab Wisangpati.Gadis itu pun mengangguk, dan laki-laki paruh baya itu pun menceritakan tentang tempat itu serta alasannya kenapa ia memilih untuk memutuskan pergi ke sana.“Ketahuilah Arya, tempat itulah yang dulu pernah menjadi pusat belajarnya para pendekar-pendekar hebat, termasuk aku dan gurumu Saka Dirga. Bahkan Bara Jugal juga pernah belajar ilmu silat di sana, tapi sayangnya dia justru melanggar sumpahnya sendiri dan malah berubah menjadi pendekar jahat.Meski hanya setahun aku belajar di sana, tapi banyak sekali kenangan yang tak bisa aku lupakan. Karena sebab itulah aku ingin pergi ke sana. Aku merasa rindu berlatih di tempat itu. Dan sudah saat

    Last Updated : 2024-11-15
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 046 - Jejak yang Terlacak

    “Sial! Sepertinya mereka sudah pergi dari rumah ini,” gerutu Garang Bonggol.“Aku yakin, mereka belum jauh dari sekitar sini, Ketua.” Salahsatu anak buahnya menyahut.“Ya, tapi kemana perginya mereka? Hanya ini saja informasi yang berhasil kita dapat,” kata Garang Bonggol.“Sepertinya hanya ada dua kemungkinan. Mereka pasti tidak akan berani pergi ke arah selatan karena mereka harus melewati keramaian. Mereka juga pasti tak akan mungkin pergi ke Hutan Balungan karena tau kita menghuni hutan tersebut. Jadi hanya ada dua pilihan bagi mereka, arah timur atau arah barat.” Anak buahnya yang bernama Muladra itu kembali menyahut dan memberikan jawaban yang masuk akal.“Ah, kau benar juga, Muladra. Nah, sekarang begini saja, kita bagi tugas. Aku bersama Sukoco akan pergi ke arah barat. Sedangkan kau Muladra, pergilah ke arah timur bersama Balabrak dan Malawi. Dan tempat ini kita jadikan sebagai titik kumpul kita. Bagaimana, setuju?” Ketua rampok itu langsung memberi perintah sekaligus usulan

    Last Updated : 2024-11-18
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 047 - Terpaksa Menyerahkan Diri

    “Apa rencanamu, Muladra?” tanya Balabrak.“Bila situasinya sudah tepat, kita sergap gadis itu dari belakang. Kita culik dan ikat dia sebagai tawanan. Pasti bocah tengik itu tidak akan berkutik, dan kita bisa menaklukkannya dengan mudah. Dia pasti menyerah tanpa syarat dan mau mengikuti kemauan kita karena tidak mau gadis itu celaka!” ujar Muladra dan tampak senyum seringai jahat di wajahnya.“Aha-ha, kau memang pintar Muladra. Aku sangat setuju dengan rencanamu,” sahut Balabrak makin semringah.“Tolol! Sudah kubilang jangan berisik, kau masih juga tertawa!” tegur Muladra. “Kita akan bagis tugas, aku akan menyergap dan mentotok gadis itu dari belakang, dan kau bersama Malawi bersiaga untuk berjaga-jaga, siapa tahu ada orang yang tiba-tiba datang menolong gadis itu.”“Beres, itu perkara mudah!” sahut Malawi.Mereka pun langsung menjalankan rencananya.Saat Dewi Raraswati sedang lengah, Muladra langsung keluar dari semak-semak dan berlari tampak ringan dan senyap, lalu langsung menyergap

    Last Updated : 2024-11-19
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 048 - Perlawanan Wisangpati

    “Hua-ha-ha, pemuda bodoh! Kau hanya membikin malu dirimu sendiri. Andai kau tak banyak bacot dan mau menuruti permintaan kami sejak tadi, maka kami tak akan memperlakukanmu seperti ini!” kata Muladra.“Muridku sudah menuruti kemauanmu, Saudara. Sekarang lepaskan gadis itu!” Wisangpati kembali bersuara setelah dari tadi hanya diam dan mengamati situasi. Ia selalu terlihat tenang dan tidak mudah emosi.“Oh, tenang saja, Pak Tua. Aku bukan orang yang ingkar janji. Ambil saja jika kau mau, tapi kalung ini akan menjadi milikku!” Muladra menyahut sambil tertawa jahat dan juga menunjukkan kalung milik Dewi Raraswati.Lepas pula akhirnya ancaman golok yang hampir saja menggores leher gadis itu. Muladra membebaskan Dewi Raraswati, tapi tubuhnya masih dalam keadaan terikat dan mulutnya masih tersumpal kain.Namun baru saja ketiga perampok itu berjalan beberapa langkah, hendak pergi setelah berhasil menangkap Arya Wisesa, tudung caping milik Wisangpati terbang melesat berputar di udara menyasar

    Last Updated : 2024-11-23
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 049 - Tiga Perampok yang Keok

    Dewi Raraswati terlihat kegirangan menyaksikan pertarungan itu dan tampak ingin tertawa meski mulutnya masih tersumpal kain. Namun dari sorot matanya terlihat jelas bahwa gadis itu sedang menertawakan ketiga perampok yang terlihat lucu itu, yang hanya menyerang dan mencederai satu sama lain.Maka ketika sedang terpincang-pincang seperti itu, kuda-kuda mereka menjadi tidak seimbang. Dan dengan mudahnya Wisangpati menumbangkan mereka dengan tendangan di masing-masing perutnya. Mereka sudah kehabisan tenaga dan kompak memegangi bagian tubuhnya yang terkena hantaman sambil menyeringai kesakitan. Akhirnya mereka pun menyerah juga.“Ampuni kami, Kisanak. Harus kuakui kemampuan ilmu silatmu jauh lebih tinggi daripada kami. Sungguh kami menyesal telah menghina Kisanak,” pinta Muladra sambil membentuk kedua tangannya menjadi sikap hormat.“Ya, benar Kisanak. Izinkan kami pergi dan kami akan melepaskan murid Kisanak.” Balabrak juga ikut memohon pada Wisangpati.“Kembalikan kalung putriku, baru

    Last Updated : 2024-11-26

Latest chapter

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 060 - Teguran dari Resi Muda

    Dipanggillah Garang Bonggol yang ikut menumpang di kuda rombongan pasukannya itu untuk mendekat ke arahnya dan ia pun langsung menggerendeng, “Sudah berhari-hari kita naik turun menerobos hutan demi hutan, tapi aku belum juga menemukan bocah itu, apakah kau membohongiku?!” Tatapannya begitu tajam dan mengintimidasi.“Ampun Kisanak, aku tidak berbohong, anak buahku sendiri yang bersaksi bahwa mereka sempat bertarung dengan bocah yang dilindungi oleh pendekar bertudung caping itu. Mereka benar-benar bergerak ke arah timur,” sahut Garang Bonggol sedikit gugup.“Kalau benar dia bergerak ke arah timur, kita sudah pasti menemukannya dan berhasil menyusulnya. Tapi kau bisa saksikan sendiri sudah berhari-hari kita menjelajah hingga sampai di kaki gunung ini, tapi kita belum juga menemukannya!” Bara Jagal kembali menggerutu.Tiba-tiba Muladra yang juga ikut menumpang di kuda rombongan pasukan itu ikut mendekat ke arah Bara Jagal dan berkata dengan sopan, “Ampun Kisanak, menurut pengamatanku, m

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 059 - Melakukan Penyamaran

    “Jangan bergerak! Rumah ini sudah kami kepung, kalau kalian bertiga macam-macam, maka kami semua akan menghabisi kalian!” kata pemuda yang paling depan yang memimpin penyergapan itu sambil mengacungkan goloknya ke arah Arya Wisesa, Dewi Raraswati, dan juga Wisangpati.Ketiganya dibuat bingung oleh tingkah si pemuda ini. Pemuda ini pula yang tadi berteriak-teriak histeris sambil berlari singgah dari rumah ke rumah memberi tahu warga desa, bahwa ada orang asing yang datang ke desanya. Tingkahnya begitu aneh dan tampak panik, padahal ketiganya terlihat tidak mengancam sama sekali.Namun sebelum mereka benar-benar berbuat anarkis, si pemilik rumah langsung menenangkan situasi.“Tenanglah, jangan berbuat kasar! Mereka bukan orang jahat, mereka dari Desa Gandareksa dan hanya menumpang sebentar di desa ini. Kami baik-baik saja, jangan khawatir. Kalian kembalilah ke rumah masing-masing,” kata si pemilik rumah.“Bagaimana kalau ketiga orang ini hanya pura-pura baik dan punya maksud tersembunyi

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 058 - Trauma Warga Desa

    “Tenanglah, aku bukan orang jahat, aku hanya ingin berbicara denganmu. Kau sangat cantik sekali,” kata Dewi Raraswati, memuji sekaligus menenangkan anak itu sambil mengusap kepalanya dengan lembut.Namun tiba-tiba saja pintu rumah itu terbuka dan dua orang dewasa sudah berdiri di ambang pintu dengan memegang senjata di masing-masing tangannya.Seorang pria telah menarik busur panah, dan mengarahkan panah itu ke arah Dewi Raraswati. Sementara seorang wanita telah siap dengan golok panjang di tangannya. Tatapan mereka begitu tajam sekali. Dan pria itu menggertak pada Dewi Raraswati, “Siapa kau orang asing?! Jangan macam-macam! Jika kau berani menyentuh anak kami, maka anak panah ini akan melesat menembus kepalamu!”“Cepat kau pergi dari desa ini, atau kami berdua akan berteriak memanggil warga yang lain untuk mengeroyokmu sampai tewas!” Si wanita yang juga pemilik rumah itu ikut menggertak sambil mengacungkan goloknya ke arah Dewi Raraswati.Mendengar ada keributan di depan rumah itu, A

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 057 - Desa Terpencil

    Setelah berjuang begitu hebat mengerahkan seluruh tenaga dan ilmu kanuragannya, akhirnya Arya Wisesa berhasil mencabut pedang itu. Dan senjata pusaka itu kini telah menjadi miliknya. Tampak keringat membanjiri tubuhnya setelah ia berjuang dengan keras untuk mendapatkan pedang itu dan wajahnya menjadi tampak semringah sekali ketika pedang itu masih saja mengeluarkan cahaya hijau menyelimuti seluruh bilahnya.Namun mereka harus cepat-cepat keluar dari gua itu sebelum atap gua itu benar-benar ambruk, karena tanahnya terus berjatuhan ke bawah dan bebatuan atap gua itu mulai retak pertanda akan juga segera tumpah ke bawah. Mereka harus segera lari melewati lorong demi lorong gua itu kalau tidak ingin mati terkubur hidup-hidup.Karena pedang itu tidak memiliki warangka, bergegas Arya Wisesa membungkus bilahnya dengan kain putih, lalu ia ikatkan tali di kedua ujung pedang itu untuk kemudian ia sarungkan di balik punggungnya. Karena bagaimanapun pedang itu cukup panjang dan memiliki bilah yan

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 056 - Pedang Bumi

    “Aku memang sosok siluman yang telah berpuluh-puluh tahun tinggal di gua ini. Dan aku bukan pemilik pedang pusaka itu, tapi aku punya kewajiban untuk menjaga pedang pusaka itu agar tidak jatuh ke tangan orang yang jahat. Aku juga tidak bermaksud hendak membuat kalian celaka, atau berbuat jahat pada kalian, karena itu bukanlah watakku sebagai siluman golongan putih. Aku menyerang kalian karena aku ingin memastikan kalian bukan hendak berbuat onar. Dan sepertinya kalian adalah orang-orang baik dan jujur yang tampak sesuai dengan tingkah laku kalian,” tutur Wirageni.“Terimakasih atas pengertian Saudara Wirageni, sebuah kehormatan bagiku bisa bertemu denganmu. Saudara telah menjalankan tugas dengan baik. Soal kejadian tadi, menurutku tak perlu dipersoalkan, karena yang terpenting adalah kita sudah mengenal satu sama lain. Dan Saudara menjadi saksi bahwa muridku Arya Wisesa telah bertekad dan bersumpah untuk menjaga pedang pusaka itu sebaik-baiknya,” sahut Wisangpati berbicara dengan sopa

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 055 - Siluman Penjaga Gua

    Sementara di saat bersamaan, Wisangpati tidak kalah berjuang hebat demi bisa lolos dari jerat akar yang tiba-tiba membelit kakinya dengan misterius itu. Ia justru membiarkan tubuhnya terus ditarik oleh akar itu dan mengikuti kemana akar itu bergerak dengan terus melemaskan tubuhnya.Ia hanya memindahkan dan sedikit menggerakkan tubuhnya apabila ia terseret di area yang cukup membahayakan dirinya. Dan saat ia tau bahwa akar itu menariknya mendekati sebuah pohon dan pastilah ia akan menabrak pohon besar tersebut, maka cepat-cepat ia menggunakan ilmu meringankan tubuhnya, sehingga ia terangkat dan mengapung ke atas.Lalu ia meraih salahsatu dahan pohon itu dan di saat bersamaan mengayunkan kakinya ke atas kuat-kuat disertai tenaga dalamnya. Hingga akhirnya akar pohon yang membelit kedua kakinya itu pun putus. Dan ia tampak bergelantungan di pohon, setelah berhasil meloloskan diri dari jerat akar yang misterius itu.Mereka berkumpul kembali setelah terpisah puluhan tombak, akibat terkena

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 054 - Akar Misterius

    Tak disangka pada saat mereka baru saja melewati setengah panjang danau itu, hujan yang begitu deras tiba-tiba turun merepotkan mereka bertiga. Angin bertiup kencang menggoyang keseimbangan mereka. Raut panik mulai terpancar di wajah mereka. Kondisi cuaca nampaknya sedang kurang bersahabat, namun dengan sekuat tenaga mereka berpegangan erat pada rakit itu dan terus mendayung lebih cepat.Petir terus menggelegar di seantero langit, kondisi air yang sebelumnya tampak tenang menjadi sedikit bergejolak beriak-riak, membuat laju rakit yang mereka dayung itu menjadi tersendat-sendat, sehingga mereka tampak terombang-ambing di tengah danau.Seluruh tubuh mereka kontan basah kuyup, dan untung saja kitab itu mempunyai sampul pelindung yang berbahan perak, sehingga tahan dari serangan air yang berusaha menembus kitab itu. Itulah barang yang paling berharga yang harus dijaga oleh Arya Wisesa dalam keadaan seperti itu.Karena riak-riak air disertai angin yang semakin kencang menggoyang rakit mere

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 053 - Jalur Selatan

    “Aku tidak peduli dengan laki-laki paruh baya itu, dan seberapa sakti ilmu yang dia miliki. Yang sedang aku cari saat ini hanyalah pemuda itu, pemuda bernama Arya Wisesa yang telah lama kucari sejak berbulan-bulan yang lalu. Tapi apabila laki-laki paruh baya itu yang menjadi penghalang untuk menangkap pemuda itu, maka pedangku sendiri yang akan memenggal kepalanya!” tegas Bara Jagal.“Ya, kisanak. Sejauh ini hanya itu yang aku ketahui. Karena sejak beredarnya selebaran itu, kami juga jadi ikut mencari-cari di mana pemuda itu. Tapi sebaiknya kisanak merubah tujuan ke arah timur, karena pemuda itu memang sudah meninggalkan Desa Gandareksa beberapa hari yang lalu.” Garang Bonggol memberanikan diri memberi saran pada Bara Jagal.“Hmmm, kau benar juga. Apakah kau masih tertarik mengikuti sayembara itu dan mendapatkan hadiahnya?” tanya Bara Jagal.“Oh, tentu saja kisanak, bagiku itu adalah hadiah yang sangat besar, karena bagi perampok pinggiran desa seperti kami butuh waktu berbulan-bulan

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 052 - Petunjuk Penting

    Di kuil yang ada di puncak gunung itu Arya Wisesa menjadi semakin rajin melakukan meditasi.Di tempat itulah, dari hasil meditasinya ia mulai mendapat petunjuk tentang di mana keberadaan dua pedang sakti yang saat ini sedang ia cari. Ia menyimpan petunjuk yang telah ia baca di dalam kitab ilmu silat itu dalam kepalanya. Setelah ini, ia akan memulai perjalanan baru untuk menemukan kedua pedang tersebut.Pada pagi hari, setelah lima hari berturut-turut bermeditasi di kuil tersebut, Arya Wisesa memberi tahu Wisangpati tentang rencananya yang akan segera pergi mencari kedua pedang sakti sesuai dengan petunjuk yang telah didapatkannya.Sambil duduk bersila berhadap-hadapan, mereka pun terlihat mengobrol dengan serius.“Paman, dari petunjuk yang telah aku dapat dari kitab ilmu silat, dua pedang sakti itu berada di arah barat. Tersimpan di sebuah gua yang berbeda. Aku meminta izin untuk pergi mencari kedua pedang tersebut,” kata Arya Wisesa.“Apa kau sudah benar-benar yakin, Arya? Kedua peda

DMCA.com Protection Status