All Chapters of Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan : Chapter 221 - Chapter 230

275 Chapters

221. Hijau Mentereng

Sepertinya ... bukan hanya Amaya saja yang terkejut, tapi Kelvin juga. Dari samping prianya duduk, Amaya bisa melihat Kelvin yang kedua alisnya terangkat. Sepasang matanya membola dan bibirnya sedikit terbuka dengan kehadiran Calista. Tamu undangan lain yang satu meja dengan Amaya memberi reaksi yang sama. Mereka tercenung untuk beberapa saat sebelum Amaya berdeham dan menjawab lebih dulu wanita itu. “Bu Calista di sini juga?” tanyanya, sehingga Kelvin dan orang-orang yang ada di sekitarnya terjaga dari keterkejutan mereka. “Udah dari tadi atau baru masuk, Vin?” tanya Calista—padahal yang menanggapi tadi adalah Amaya. Bukankah dari sini saja sudah jelas apa tujuannya datang ke meja ini? Untuk menarik perhatian Kelvin! Itu jawabannya. Baik, mulai sekarang Amaya tak akan bicara. Biar Kelvin yang mengambil alihnya. “Barusan,” jawab Kelvin akhirnya. “Kamu udah pulang dari Kanada ternyata.” “Udah lama sih.” “Selamat menikmati acaranya kalau gitu.” Calista melambai kecil pada Kelv
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

222. Dilema Kelvin

Biasanya, seorang wanita yang berhasil menangkap buket bunga harus menjadi orang selanjutnya yang dinikahi oleh kekasih mereka. Amaya tahu betul bahwa Calista tengah ingin memainkan psikologi Kelvin dengan memposisikannya di tempat tersudut. Dalam keadaan seperti ini, di antara ratusan pasang mata yang menjadikan mereka sebagai pusat perhatian—dan demi menjaga agar seseorang tidak kena malu—maka si pihak yang tersudut akan memilih untuk menurut, sehingga mau tak mau Kelvin harus menerima buket bunga hasil tangkapan Calista itu. Live music dan hingar-bingar yang semula terjadi di sekitar Amaya seakan terserap, menciptakan ballroom besar itu menjadi hening selain beberapa suara yang menunggu jawaban Kelvin. Salah seorang dari dua pembawa acara yang ada di resepsi Arsha serta Kaluna mendekat pada Kelvin yang hanya bergeming. Sekujur tubuh Amaya rasanya kebas, matanya perih dan berair menatap Calista serta atribut serba hijaunya yang sangat ingin ia cakar dengan garpu di tangannya ini
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

223. Mekar—Seperti Payung

Amaya mengikuti langkah kaki Kelvin setelah prianya itu lebih dulu mengambilkan tas miliknya, sebuah aksi yang sepertinya sengaja dibuat Kelvin untuk menunjukkan pada semua orang bahwa ini bukan lagi menjadi tempat yang nyaman untuknya—atau lebih wajar disebut muak! Amaya tak mengatakan apapun sekeluarnya mereka dari pintu ballroom yang terperangkap dalam hening. Kelvin bahkan masih tidak bicara saat mereka tiba di parkiran hotel dan masuk ke dalam sedan miliknya kemudian mengemudikannya menjauh dari sana. Amaya hanya terus memandangnya dari samping, ingin mengajaknya bicara tetapi sepertinya ia masih membutuhkan lebih banyak waktu untuk berdiam sehingga Amaya juga mengunci bibirnya. Ia memikirkan sesuatu agar mood buruk prianya itu kembali baik. Saat ia melihat mini market beberapa jarak di hadapannya, Amaya memintanya untuk menepi. “Bisa berhenti dulu di mini market itu nggak?” tanyanya memberanikan diri. “Bisa,” jawab Kelvin singkat. Kelvin menepikan mobilnya di depan mini m
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

224. Ikan Hiu Ketemu Patrick, I Love You Cantik

“Tapi, gimana soal yang pernah kita omongin waktu itu?” tanya Kelvin setelah tawa di antara mereka perlahan menjadi lirih. “Apa?” tanya Amaya balik. “Resepsi, Sayang,” jawabnya mengalihkan pembicaraan ke topik lain. “Kamu setuju nggak kira-kira?” “Aku sih mau-mau aja, tapi coba besok kita bilang ke Mama sama Papa dulu,” usul Amaya. “Aku juga belum bilang itu ke Kak Gafi sama Kak Rena.” “Menurut kamu, mereka bakalan setuju nggak?” Amaya mengangguk lebih dari satu kali. “Setuju aja sih kayaknya. Bagi Mama Riana dan Papa Rajendra itu adalah momen buat ngumpulin semua rekan sama kenalannya karena Mas Vin satu-satunya anak mereka, ‘kan?” “Kalau beneran setuju, kamu mau kayak gimana kira-kira?” Amaya mengangkat sekilas kedua bahunya. “Belum ada pandangan sih ... mungkin kayak Kak Gafi dulu?” “Adat Jawa pagi, modern malam?” sambung Kelvin setelah mengingat seperti apa dulu pernikahan Gafi dan Serena. “Iya. Mas Vin sekalipun kadang ngomongnya suka pedes, tapi kalau lagi mode
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

225. Cinta Buta

Kaluna masuk ke dalam ruang ganti di dalam hotel dengan keadaan hati yang tak karuan rasanya. Jika sebelumnya ia berjalan dengan anggun, kali ini tidak sama sekali. Ia mengangkat bagian depan gaun pengantin dengan model ball gown itu dengan sedikit gegas dan gusar. “Pelan-pelan, Nona,” ucap salah seorang staf dari make up artist yang menyambut kedatangannya dan memintanya untuk duduk di kursi yang menghadap ke cermin untuk dibantu dilepaskan aksesoris di rambutnya. Kaluna mendorong napasnya dengan kasar, ia menoleh pada salah seorang perempuan—temannya yang mengenakan pakaian bridesmaid—setelah sedikit tenang dan memintanya melakukan sesuatu. “Bisa tolong panggilin Calista nggak, Rin?” Temannya yang dipanggil ‘Rin’ itu mengangguk tak keberatan. “Bisa,” jawabnya seraya meletakkan ponsel milik Kaluna di atas meja yang ada di hadapannya. “Ini HP-mu, tunggu bentar, jangan marah-marah loh tapi, Lun ....” “Nggak janji!” jawab Kaluna dengan sedikit ketus. “Yang sabar ....”
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

226. Kembali Ke Kampus

Sudah saatnya kembali ke kesibukan kampus, Amaya sebagai mahasiswa dan Kelvin sebagai dosen. Tapi mungkin ada yang sedikit membedakannya mulai semester ini. Kelvin tak lagi menjadi dosen mata kuliah Amaya, melainkan dosen yang lain. Tak apa ... mereka juga masih bisa bertemu di kampus, mereka bahkan menghabiskan banyak waktu di rumah juga, bukan? Pagi ini di dalam ruang ganti—Kelvin seringnya menyebut begitu sehingga Amaya turut mengatakannya demikian padahal anak-anak muda sekarang akan menyebutnya sebagai walk in closet—Amaya sudah selesai bersiap. Ia dengan dress di bawah lutut yang ia kenakan, ia pilih yang warnanya broken white, baju yang dibelikan oleh Kelvin saat mereka berbulan madu di Kanada. Jika biasanya Amaya akan menyiapkan setelan jas lengkap untuk Kelvin pergi ke Rajs Holdings sebagai kepala konsultan, pagi ini Amaya menyiapkan yang tak terlalu formal untuk suaminya itu pergi ke kampus. Kelvin ia pilihkan jas broken white dengan kemeja putih. Tapi setelah ia siapk
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

227. Dosen Baru Itu Wanita Yang Menyukai Suamiku

"Sekalipun kita nggak satu fakultas, tapi sepertinya saya akan sering ke sini karena saya ada kenalan di fakultas ini," kata Calista. "Saya duluan, have a good day." Amaya melihat wanita itu berjalan melewatinya, membuat Amaya dan teman-temannya yang mengikuti pandang ke mana perginya Calista pun dibuat bingung. Wanita itu lambat laun menjauh, suara kakinya yang terbalut oleh stiletto tak lagi terdengar sementara Amaya mendengus dengan kesal. 'Astaga,' batinnya. 'Siapa kenalan yang dia maksudkan di fakultas ini? Arsha? Kelvin?' "Siapa, May?" tanya Alin yang datang dari samping kanan Amaya. "Sepupunya Bu Kaluna." "Siapa Bu Kaluna ?" "Istrinya Pak Arsha," jawab Amaya. "Kalian kenal?" Naira ikut penasaran. "Kenal sebatas kenal aja, Namanya Bu Calista. Aku nggak suka sama sikapnya yang agak lain." "Bukannya udah kelihatan ya?" tanya Randy. "Sorry—maksudku bukan bermaksud nggak sopan dan mau ngatain dosen baru. Tapi ... bajunya itu agak ... sedikit terbuka." "Emangnya
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

228. Duduk Di Samping Kelvin

Amaya tak menjawab permintaan bergabung dari Calista. Tangannya yang ada di bawah meja tiba di atas paha Kelvin, memberinya sedikit remasan, sebuah isyarat ia tak setuju jika wanita itu turut duduk bersama dengan mereka. "Di sebelah Pak Kelvin ada kursi yang kosong tuh satu," tunjuk Calista sekilas. "Saya gabung ya?" Calista hampir beranjak tetapi hal itu urung ia lakukan sebab Randy tiba-tiba saja berdiri dan menjawab, "Maaf, Bu ... tapi ini udah ada yang nempatin," ucapnya. "Siapa?" Randy memandang ke arah kanan dan menunjuk pada seorang pemuda yang mengenakan hoodie warna putih tengah membawa nampan berisi makanan miliknya, Ziel. "Itu anaknya udah datang," kata Randy. "Dia kakinya agak pincang gara-gara ditabrak becak kemarin, maaf ya, Bu ... saya yang nyimpan tempat buatnya tadi—BANG ZIEL!" seru Randy seraya melambaikan tangannya pada Ziel. Yang dipanggil tampak bingung. Ia berhenti dan mengangkat kedua alisnya. Sepasang matanya memindai Randy dan semua orang yang duduk di m
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

229. Sendiri Saja, Jangan Keroyokan!

Setelah pertemuan dengan dosen berakhir, Amaya berjalan keluar bersama dengan Alin yang dengan bingung bertanya, "Jadi mulai semester lima ini dosen ekonometrikanya bukan Pak Kelvin?" Amaya mengangguk menjawabnya, "Iya." "Kamu udah dikasih tahu sama Pak suami ya?" "Jangan nyebut begitu kalau di kampus ah!" "Iya, maaf ...." Alin merangkul bahunya sebelum tangan lain menyela di tengah-tengah mereka, seolah tak ingin ketinggalan kegiatan berpelukan itu, Naira. "Mau beli es kopi nggak?" tanyanya. "Ada varian yang baru launching, dari namanya sih kelihatannya enak." "Emang apa namanya?" tanya Amaya lebih dulu. "Leci Latte." Amaya dan Alin sama-sama mengangguk. "Boleh," jawab mereka hampir bersamaan. Dan tiba-tiba Randy yang datang dari belakang mereka berlari lebih dulu seraya berseru, "Yang paling akhir sampai di kafe pacarnya si Boneng!" "RANDY!" panggil Alin yang berlari mengikutinya. "Curang!" Naira pun turut berlari meninggalkan Amaya yang tak siap dengan pernyataan tiba-
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

230. Amaya Solo Vs Geng Para Bude

"IBU-IBU? BHAHAHAK!" Suara beberapa orang yang duduk di kursi pada sudut diagonal dari Amaya berada tampak tak bisa menahan tawanya begitu mendengar ia menyebut Calista dan 'gengnya' itu sebagai 'IBU-IBU'. "Emang boleh se-ibu-ibu itu?" "Tapi emang bener nggak sih? Mereka dari tadi keroyokan nyerang si cewek yang dikatain bocil tapi malah maju solo itu loh!" "Dikira cupu ternyata suhu." Suara pengunjung kafe Amore saling bersahutan di mana sebagian besarnya memberi dukungan untuk Amaya yang masih tak berpaling menatap Calista, si rok merah, si rambut pendek dan si baju hijau yang tak ia ketahui namanya itu. Mereka berempat tampak bergerak gugup mendengar tanya yang baru saja terlontar dari bibirnya. Hal yang berbanding terbalik dengan yang dilakukan oleh teman tiga serangkai Amaya yang bergerak saling sikut karena mereka menahan tawa. Mungkin karena mereka sungkan pada Calista yang merupakan dosen baru di kampus sehingga tak meloloskan tawa keras seperti pengunjung di sudut kafe
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
28
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status