Semua Bab Suami Miskinku Ternyata Konglomerat: Bab 21 - Bab 30

39 Bab

Bab 21. Perseteruan Antara Andi dan Arga

“Tuan Delano, bagaimana bisa menantu Anda yang miskin itu hadir di acara ini. Sepertinya dia hadir sebagai supir dari keluarga Wicaksono, memalukan,” ejek Arga dengan wajah meremehkan.Aku sangat geram tanganku mengepal saat itu juga, inggin rasanya aku membungkam mulutnya dengan bogem mentah. Tapi Ayah yang melihat ke arahku segera memegang tangan ini, membuatku sedikit melunak.“Dia bukan pria miskin lagi, Anda tau itu. Saat ini dia adalah menantu keluarga Wicaksono, tentu saja Tuan Arga harus menghormatinya. Tidak peduli dia dari kasta atau trah rendahan sebelumnya, setelah Andi menikah dengan putri dari kasta Wicaksono maka derajatnya lebih tinggi dari Tuan Arga Dwiguna. Saya minta Tuan Arga sadar akan posisi, jangan membuat saya bertindak tidak menghargai Anda," jelas Ayahku.Tau ngak perasaan apa yang aku rasakan saat ini, Aku sangat bahagia. Bagaimana tidak, Ayahku membela suamiku di depan mantan calon jodohku yang duda sombong.Arga keluar dengan membanting pintu mobil, terli
Baca selengkapnya

Bab 22. Perseteruan Memanas

Aku sangat takut saat mas Andi merebut Wine itu dari tanganku. Apalagi ditambah Arga mengajukan protes atas tindakan mas Andi.“Apa hakmu untuk mengambil Wine kehormatan untuk saya, dari Inggit?” ujar Arga Dwiguna, yang setelahya dia melanjutkan lagi perkataannya.“Tuan Bramasta, kali ini saya sangat tersinggung. Pria di hadapan saya ini sudah menyingung saya untuk kesekian kalinya,” jelasnya.Suasana semakin menegang dan sanggat terasa panas, apalagi aku saat itu merasakan keringat mengucur seperti jagung dari dahiku.“Maaf jika saya lancang, saya adalah Andi Hermawan suami dari Inggit Garnasih Wicaksono. Sebagai Suami dan menantu dari keluarga Wicaksono, saya ingin menggantikan Istri saya untuk menerima kehormatan ini. Karena, kesalahan yang terjadi bukan hanya berasal dari keluarga Wicaksono. Tapi saya juga ikut andil di sana, kiranya Tuan Bramasta mau mengabulkan permohonan ini,” jelas mas Andi.Aku tidak menyangka kalau dia akan berbicara seperti itu dihadapan semua Bangsawan tert
Baca selengkapnya

Bab 23. Aku Pikir Dia akan....  

Sesekali memegang wajahku, sesekali mengomel bagai anak kecil. Bahkan ada satu kalimat yang tidak selesai membuatku penasaran.“Hai kamu,” ucapnya sembari menunjuk wajahku di dalam lift. Aku hanya menatapnya tanpa senyuman lagi, sangat lelah. Bahkan dalam hati ini sudah menaruh dendam padanya, saat dia sadar nanti.“Kamu punya telinga ngak, Aku ini adalah Pangeran,” ujarnya lalu dia melanjutkan lagi, “Pangeran Kodok, hahaha...” tawanya lepas, tanpa beban. Aku yang semula kesal ikut tertawa, melihat tingkah konyolnya.Ada peyesalan, melihat kondisi mas Andi saat ini sampai pintu lift terbuka aku masih tetap memasang wajah tanpa senyum. Berusaha membawa mas Andi keluar lift sangat sulit, apalagi saat tangannya dengan segaja menahan pintu lift untuk tertutup lgi.“Mas, kamu harus istirahat,” ucapku yang masih membopoh tubuhnya.“Sttt... kamu jangan berisik, tugasmu hanya menjadi istri yang baik. Kita mainan dulu ini lucu sekali,” jari tanggannya di letakkan tepat di bibirku. Dengan mata
Baca selengkapnya

Bab 24. Melamar Pekerjaan di Srikandi.

Sepekan dari kejadian yang membuatku terjebak dengan mas Andi, kehidupanku dengannya sekarang mulai baik-baik saja Aku mulai terbiasa dengan tingkah konyolnya. Bahkan saat dia ingin mengambil haknya sebagai suami, tidak seperti diawal-awal yang membuat wajahku memerah bagai kepiting rebus. Terutama kejadian terakhir di Hotel saat dia dalam pengaruh Alkohol.“Mas aku mau melamar pekerjaan di Srikandi, kira-kira masih ada lowongan enggak, ya?” tanyaku pada mas Andi.“Nanti Mas saja yang bawa CV mu, Kebetulan ada staf yang jabatannya lumayan tinggi Mas kenal.” Mendengar ucapan mas Andi membuatku bingung, kenapa bukan dia yang melamar sebagai karyawan di perusahaan itu.“Mas, kalau kenal sama staf dengan jabatan bagus, kenapa bukan mas Saja yang melamar di sana?” tannyaku.“Tidak ada lowongan kerja yang sesuai dengan, Mas,” jawabnya simpel.Aku tertegun, apa maksudnya tidak sesuai dengan Dia, Apa karena dia tidak sekolah? Apa karena lulusan yang sesuai dengannya tidak ada?Pertanyaan sepe
Baca selengkapnya

Bab 25. Terserah Maumu

Aku menghindari perseteruan itu, biasa kak Naysila akan mencari gara-gara lagi jika merasa di abaikan. Walau kecewa banget dengan cara Ibu berbicara, lebih baik aku tetap mengalah untuk sementara waktu.“Nggit, tolong ambilkan sosis itu dong,’' pinta kak Naysila lagi.“Aku masih sibuk,” jawabku tanpa mempedulikannya.“Kamu cari gara-gara ya, dari tadi!” Suaranya meninggi, tapi hanya aku balas dengan senyuman sinis. Melepas apron yang aku kenakan saat ini, lalu meninggalkan dia begitu saja.Mengambil sapu untuk melanjutkan membersihkan ruangan demi ruangan, seperti yang aku duga dia akan tetap mencari masalah denganku. Sengaja kak Naysila membuang kulit apel di lantai, aku menyapu dan dia mengulang lagi.Siapa saja kalau di buat seperti itu pasti akan naik pitam, apa lagi aku bukan seperti anak tiri yang bisa di bully habis-habisan. Spontanitas kuambil kulit apel yang berceceran dilantai, lalu aku jadikan satu sama piring buah miliknya.“Mohon maaf, kalau mau makan buah tolong perhatik
Baca selengkapnya

Bab 26. Wawancara

“Mas aku mau bergegas, takut terlambat,” ujarku berpamitan dengannya.“Semangat, ya,” ucapnya mengepalkan dua tanggan sambil terus memberiku semangat.“Mas mau pulang makan? Aku sudah siapkan makanan untuk Mas, sengaja aku simpan di kamar kita, di meja yang biasa untuk sarapan,” ucapku lagi.Dia hanya mengangguk tangannya seolah menyuruhku untuk bergegas. Saat itu juga aku meninggalkan mas Andi, sambil terus melambaikan tangan. Aku masih tampak malu-malu, mengingat kelakuan konyol yang aku lakukan.Sambil jalan sedikit langkah lompat girang, bagai anak kecil yang menari-nari di jalanan. “Semoga wawancaranya lancar, aku sangat deg-degkan,” gumamku sepanjang jalan.Tepat di depan mal Srikandi, aku bingung harus ke mana. Tidak mungkin aku mencari ruagan staf mengelilingi mal sebesar ini. Menarik napas panjang aku memberanikan diri bertanya kepada sekuriti.“Maaf Pak, saya mendapat panggilan wawancara ini.” Aku menunjukkan pesan singkat di smartphone milikku.“Oh, ini Wibu milik The nex
Baca selengkapnya

Bab 27. Wawancara Vs Cemburu

Aku masih penasaran dengan pemimpin mal Srikandi ini, selama wawancara dia hanya bertbisik di telinga pak Irawan yang selanjutnya menyampaikan padaku. Apakah suaranya sebegitu rahasia? Bahkan hanya pak Irawan yang boleh mendengarkannya.“Nona, apakah selama percobaan bersedia menjadi SPG di salah satu tenan di mal ini?” tanyanya, dengan wajah sedikit takut-takut, Aku ingin tertawa tapi aku tahan.Bayangkan seorang pemimpin, sengaja mewawancarai secara langsung untuk mempekerjakan di tenan mal. Bukan sebagai staf, unik banget? Sebegitu beruntungnya kah aku, sampai harus beliau yang wawancara. Padahal pekerjaan seremeh ini cukup HRD bagian tenan yang merekrutku.“Saya bersedia, bahkan di letakkan di mana saja saya bersedia,” jawabku dengan senyum tipis.Dia berbisik lagi, yang selanjutnya di sampaikan oleh pak Irawan. “Kalau menjadi Istri Tuan muda?”Aku langsung menelan saliva dalam, rasanya ingin mengumpat tapi tidak sopan. ‘Sumpah, ngak waras ini orang. Sudah jelas-jelas di CV aku st
Baca selengkapnya

Bab 28. Cerita Konyol Inggit dan Andi

Aku tidak sabar ingin bercerita dengan mas Andi, segera ku berlari ke halaman parkir di mal Srikandi. Berjalan kecil mencari sosok mas Andi, hanya saja sudah hampir dua kali berkeliling tidak aku dapatkan mas Andi, apa kah dia masih di rumah?Teringat kembali postur tinggi mas Andi dan tuan Muda digin itu, mungkin kalau mas Andi memiliki keberuntungan sama seperti dia akan lebih mantap di mata keluargaku, Aku hanya ingin keberuntungan yang di miliki King Bramasta. Sedangkan sifat dan keramahan aku ingin mas Andi, tetap mas Andi sekarang.Bayangan dan impian konyol itu mengelayut di pikiranku saat ini sampai aku tertawa geli sendirian, beberapa mata memperhatikanku kali ini, bahkan ada yang tertawa secara diam- diam saat melintas. Konyol mereka pikir aku gila, akhirnya aku putuskan untuk pulang ke rumah.Masih dengan perasaan bahagia aku membuka pagar yang sanggat tinggi, bahkan tingginya melebihi mas Andi. Teringan saat aku masih usia 7 tahun. Saat itu Ibu sangat marah padaku, untung
Baca selengkapnya

Bab 29. Hari Pertama Kerja

“Sudah siap, sayang!?” tanya mas Andi yang menungguku di depan kamar.Aku hari ini sudah bangun sangat pagi, menyelesaikan rumah utama. Bahkan menyiapkan sarapan sampai makan siang, sehingga pagi ini aku sudah bersiap-siap berangkat kerja di mal Srikandi.“Sudah siap, ayo kita berangkat Mas,” ajakku yang menutup pintu kamar.Hampir lupa, hari ini kami sudah tidur di rumah utama . Kamar belakang di persiapkan untuk acara keluarga besar kasta Wicaksono, kemungkinan minggu depan sih acaranya. Langkah mas Andi berdampingan denganku menuruni anak tangga, sedangkan di meja makan sudah ada ayah bersama Ibu, pasukan yang lain masih belum keluar dari kamar mereka masing-masing.“Enggak sarapan dulu, Nggit?” tanya Ayah yang menyapa saat kami menuruni anak tangga.“Sudah bawa bekal, nanti kami sarapan di sana saja,” balasku singkat sembari berpamitan.“Hati-hati di jalan, tetap semangat bekerjanya. Jangan lupa minggu depan ada acara di rumah, jadi usahakan minta libur sama Bos mu,” balas Ayah
Baca selengkapnya

Bab 30. Training

“Kamu yakin dengan yang kamu bilang tadi?” tanyaku memastikan, kalau benar itu yang dia katakan. Pasti Bos itu punya tujuan lain, secara logika saja kenapa harus dia yang terjun langsung.‘Kemarin saja saat wawancara dia tidak bisa bicara sendiri, bagaimana cara dia mengajari kami,’ batinku seolah tertawa memikirkannya.Windi belum menjawab pertanyaanku, sepertinya dia juga berpikir. Sampai dia mulai membuka suara lagi. “Kalau di pikir secara logika memang enggak masuk akal, hanya aku berharap itu benar terjadi,” balas Windi, yang membuat aku yakin juga dengan pemikiranku.Aku dan Windi menunggu orang yang akan training kami di tenan ini. Sebenarnya aku sedikit tahu cara menjalanka tenan minuman, Aku hanya takut kalau salah dalam takaran dan jenis minuman yang mau di pasarkan.“Maaf menunggu lama.” Suara yang tidak asing di telingaku.“Mas Andi!” ucapku terkejut. Windi heran aku mengenal mas Andi, sepertinya dia juga kecewa karena yang datang mas Andi“Kalian saling kenal?” tanya nya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status