Semua Bab Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu: Bab 221 - Bab 230

262 Bab

Bab 221. Takut Salah Cinta

Naura melangkah keluar dari penjara, pikirannya diam-diam penuh dengan pertemuannya bersama Althaf sebelumnya. Jadi... Pria itu memilih untuk berhenti begitu saja tanpa perlawanan apa pun?Meskipun hal tersebut terdengar baik, tetapi tetap patut diwaspadai. Serangan yang sebelumnya dilayangkan Althaf sangat besar, rasanya tanda tanya besar jika pria itu mengaku mengalah. Lamunan Naura pecah begitu melihat sosok Arjuna yang menunggu di parkiran mobil. Pria itu tersenyum tipis, mata hijau emerald-nya terlihat sangat cerah saat bertabrakan dengan cahaya hangat matahari sore. "Sudah?" tanya pria itu. Naura tersenyum tipis, kedua sudut alisnya menyatu bingung. "Kamu di sini?"Arjuna mengangguk. "Apa salah?"Naura tertawa ringan, lalu mulai mendekati Arjuna. Pria itu dengan lembut langsung meraih tangan kanannya dan mengecup singkat. "Bisa ikut aku pergi ke suatu tempat sebentar?" tanya Arjuna. Naura mengangguk. "Tentu, kemana kita akan--""Kamu akan mengetahuinya nanti." Potong Arju
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 222. Kini Aman Bersamamu

"Kamu baik-baik saja?" tanya Arjuna khawatir setelah melihat Naura terlihat lebih lemas dari biasanya. Naura mengangguk singkat. "Iya, kepalaku hanya agak pusing. Kemana kita akan pergi, Arjuna?"Arjuna terdiam sejenak, namun tak lama ia mengangguk. "Baiklah, kalau dirasa memang benar-benar tidak enak badan tolong segera katakan padaku." Melihat Arjuna tidak menjawab pertanyaannya, Naura pun sedikit melipat keningnya. "Kemana kita akan pergi?" tanya Naura lagi. Arjuna kembali terdiam, lalu tak lama pria itu tersenyum tipis. "Kamu tidur saja, masih ada waktu sekitar dua jam lagi hingga sampai tujuan."Naura menaikkan alis kirinya. "Dua jam?" Itu bukan waktu yang sebentar. Kemana sebenarnya Arjuna hendak membawanya pergi?Arjuna sekali lagi mengangguk. "Istirahat saja, aku akan membangunkanmu setelah kita sampai, sayang."Melihat Arjuna enggan memberitahunya, Naura hanya bisa menghela napas dan menuruti permintaan pria itu. Ia menyandarkan punggungnya dengan nyaman, kemudian matany
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 223. Menyusuri Malam

"Bocor? Bagaimana bisa?" tanya Naura heran, matanya menatap ke ban mobil Arjuna yang entah sejak kapan mengempes. Arjuna hanya menggeleng singkat sebagai jawaban ketidaktahuannya, tangannya kini sibuk mengutak-atik ponsel untuk menghubungi Damian. "Tidak perlu khawatir, aku akan memanggil helikopter," ujarnya dengan nada bicara yang masih tenang.Setelah lima menit berlalu, decakan menahan kesal mulai terdengar dari bibir Arjuna. Naura menoleh, menatap lembut prianya. "Ada apa?""Tidak ada sinyal di sini," jawab Arjuna cepat dengan nada frustasi.Naura ikut mengerutkan kening, lalu mengambil ponselnya. "Aku akan coba bantu-" Belum selesai Naura menuntas kalimat, wanita itu kembali menambahkan yang baru. "Maaf, sinyalku juga hilang." Arjuna tersenyum tipis mendengarnya, lalu kembali sibuk mencari sinyal. Bahkan setelah sepuluh menit berlalu, tidak ada tanda-tanda bahwa Arjuna berhasil menghubungi Damian atau siapapun itu yang bisa membantu situasi mereka. Naura menghela napas tip
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

Bab 224. Ramalan

"kita sampai," ucap Arjuna sambil melirik sekilas ke arah Naura yang memeluknya erat dari atas gendongan. Naura tersenyum tipis, saat ia berusaha untuk turun, Arjuna menahan gerakannya. "Sabar dulu, di sini kotor," ujarnya lembut, lalu melangkah lebih cepat mendekati halte dan perlahan meletakkan Naura di kursi halte. Naura tersenyum tipis ke arah Arjuna. "Punggungmu baik-baik saja?"Arjuna mengangguk. "Bukan masalah." Lalu ia berjongkok dan memasangkan kembali heels Naura. "Kita akan mampir sebentar jika nanti melewati rumah sakit untuk memeriksa kondisi kakimu," ujar Arjuna lagi. Naura menggeleng pelan. "Tidak perlu, ini hanya lecet biasa. Sampai di Mansion lebih cepat maka lebih baik.""Kalau begitu kita akan memanggil dokternya ke Mansion," balas Arjuna, membuat Naura menggeleng pelan sambil tersenyum. Di momen ini, suara batuk wanita tua terdengar tak jauh dari samping mereka. Naura pun menoleh, lalu melihat sosok wanita tua dengan pakaian serba hitam yang nyentrik seperti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

Bab 225. Punya Anak?

Naura menghela napas lega setelah mereka berhasil naik ke dalam bus. Arjuna berdiri tepat di belakangnya, tangan kanan pria itu berpegang erat pada genggaman tangan menggantung di bus, sedangkan tangan kirinya berada di atas bahu Naura untuk melindungi wanitanya dari keramaian. Bus sangat penuh, bahkan AC nya sama sekali tak terasa, angin hanya muncul ketika pintu bus dibuka untuk naik dan turun penumpang. "Kamu baik-baik saja?" tanya Arjuna, berbisik. Naura tersenyum tipis sambil mengangguk singkat. "Iya, aku baik-baik saja."Rasa khawatir Arjuna dapat dirasakan langsung oleh Naura, pria itu sering sekali bertanya mengenai keadaannya. Hal ini tak pernah gagal membuatnya tersenyum samar. Naura kemudian mendongak untuk melihat wajah Arjuna yang agak kelelahan, pria itu bercucuran keringat di sekitar dahi. Dengan cepat Naura membuka tas-nya dan mencari sapu tangan, lalu mengelap dahi Arjuna perlahan. "Terima kasih, sayang," ucap Arjuna, membuat Naura tiba-tiba terkekeh. Bahkan s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

Bab 226. Mengurus Bayi

Naura dan Arjuna tiba di rumah sakit, saat ini keduanya tengah duduk berhadapan dengan dokter. Sang dokter baru saja selesai memeriksa keadaan sang bayi. Setelah menjelaskan apa yang terjadi antara mereka dan bayi itu, sang dokter mengangguk mengerti. "Memang banyak kasus seperti ini di sini," ucap sang dokter wanita paruh baya itu dengan helaan napas di ujungnya. "Banyak? Lalu bagaimana anak-anak mereka?" tanya Naura, ia terkejut bercampur miris. "Macam-macam, nyonya. Ada yang meninggal saat baru dilahirkan, dititipkan ke panti asuhan, atau dibiarkan begitu saja hingga meninggal sendiri." Sang dokter menjawabnya sambil menuliskan resep obat di secarik kertas. Naura mengerutkan keningnya, lalu menatap bayi laki-laki tanpa nama di gendongannya lagi. Mengapa banyak orang yang tak bertanggungjawab seperti itu di dunia ini? Makhluk mungil ini tidak memiliki salah, mereka suci. "Bayinya sehat, saya sudah menuliskan nutrisi yang sekiranya dibutuhkan untuk sang bayi. Pastikan nurtisin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya

Bab 227. Helena Menentang

Kembali ke Mansion Renjana, Naura turun dari mobil dibantu Arjuna. "Hati-hati," ucap Arjuna, matanya sibuk memperhatikan sosok Naura yang sibuk menggendong bayi, khawatir wanita itu akan terjatuh dari langkahnya. Naura tersenyum. "Terima kasih."Helena memperhatikan anak dan calon menantunya, bibirnya tersenyum. Apakah ini gambaran untuk satu tahun kemudian? "Butuh bantuan?" tanya Arjuna, dia tidak bisa berhenti khawatir. "Terima kasih, aku baik-baik saja," jawab Naura, kedua tangannya penuh menggendong bayi. Tiba di ruang tengah, mereka semua duduk. Semua mata tertuju pada bayi yang digendong Naura, bahkan para pelayan pun kesulitan menahan rasa penasarannya. Beberapa pelayan ada yang berdiri di balik dinding-dinding tinggi untuk mengintip bayi tersebut. Kedatangan mereka bersama Naura yang menggendong bayi dengan mudah menyebar ke seluruh bagian Mansion dalam hitungan menit. Tidak ada yang berbicara, hanya ada suara tangis bayi yang perlahan mulai mengeras. "Jadi bagaimana
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Bab 228. Aran Renjana

Setelah kepergian Helena, Naura dan Arjuna pun ikut berpisah. Naura memutuskan untuk tidur satu kamar dengan bayi tersebut, sedangkan Arjuna masih perlu pergi ke ruang kerjanya untuk mengurus pekerjaan. Tiba di kamar sang bayi, Naura mempercepat langkahnya mendekati ranjang besar di kamar tersebut karena sang bayi telah menangis sangat kencang. Kamar itu belum dihias apa pun selayaknya kamar bayi pada umumnya, hanya dipastikan bersih dan layak untuk ditiduri. "Dia terus menangis setelah berpisah dari Anda, nyonya," ucap pelayan yang tadi menanggapi bayi tersebut sebelum Naura mulai berdiskusi. Naura menatap bayi tersebut semakin khawatir, namun saat ia mencoba menggendongnya perlahan, isak tangisnya pun menghilang. "Sepertinya bayi ini sangat menyukai Anda, sudah lebih dari sepuluh pelayan yang bergantian kemari untuk menenangkannya tetapi tidak ada satupun yang berhasil membuatnya tenang," ucap sang pelayan lagi. "Apa pihak dapur sudah menyiapkan resep makanan yang disarankan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Bab 229. Serahkan Padaku

Di tengah momen penuh bahagia keduanya, suara ketukan pintu dan laporan seorang pelayan untuk Arjuna terdengar. Arjuna terpaksa meninggalkan kamar itu dan Naura, dia memang sedang sibuk mengurus bisnis makanan kemasan baru dengan pihak luar internasional. Tepat setelah Arjuna pergi, suara tangis Aran kembali terdengar. Naura dengan cepat menghampiri anak tersebut dan menggandongnya, perlahan mulai menimang-nimang. "Tidak apa-apa sayang," ucap Naura lembut pada Aran, sesekali ia menghela napas karena sejujurnya dia mulai merasa lelah. Naura terus menimang Aran, sekeliling kamar telah ia jejaki namun anak itu tak kunjung tertidur. Tangisnya sudah tidak sekencang sebelumnya, namun mata Aran tak kunjung terpejam. Lelah, Naura mengambil duduk di sofa besar seberang kasur. Dia bersandar sambil memejamkan mata singkat. "Tidurlah, sayang," ucap Naura lagi dengan lembut. Perlahan, kedua matanya terpejam. Naura mulai terlelap tanpa sadar, sedangkan Aran masih terus terjaga. Tetapi per
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Bab 230. Terima Kasih Banyak, Sayang

Naura membuka matanya perlahan setelah merasakan cahaya matahari mulai masuk ke dalam ruangan. Dia mengambil posisi duduk dan tertegun setelah mendapatkan pengelihatan utuh secara sadar. Arjuna tertidur dengan posisi duduk sambil menggendong Aran di sofa. Aran juga masih tidur terlelap di gendongan pria itu, keduanya terlihat sangat menggemaskan. Nuara tersenyum hampir menahan tawa, lalu buru-buru mencari ponselnya untuk mengabadikan momen tersebut. Cekrek!Setelah tombol dipencet, flash kamera muncul secara tiba-tiba. Naura lupa mematikannya, membuat tidur Arjuna terusik hingga akhirnya bangun. "Kamu bangun?" tanya Arjuna, matanya masih sangat memerah karena kekurangan tidur. Naura turun dari kasur, lalu hendak mengambil alih Aran. "Jangan." Tahan Arjuna, tidak membiarkan Naura menyentuh Aran. "Kenapa?" tanya Naura bingung. "Dia akan terbangun lagi nanti, aku baru tidur jam lima tadi," jawab Arjuna khawatir sambil mengeluhkan deritanya. Naura terkekeh pelan, lalu akhirnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
27
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status