Semua Bab Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu: Bab 231 - Bab 240

262 Bab

Bab 231. Penuh Gelisah

"Maaf aku tidak bisa membantumu menemui ibu," ucap Arjuna saat mereka telah tiba di halaman depan Tirta. Naura mengangguk, dia masih terus menggendong bayi angkat mereka sejak awal meninggalkan Mansion Renjana. "Tidak apa-apa, serahkan padaku. Aku pasti bisa meyakinkan ibuku," jawab Naura. Arjuna mengecup kening Naura lama sebelum berpisah. "Aku akan mampir kemari setelah selesai mengurus pekerjaan."Naura sekali lagi mengangguk. "Iya, hati-hati." Dia menikmati setiap sentuhan kecil Arjuna yang penuh lembut. Setelah turun dari mobil dan mengucapkan dua hingga tiga kalimat perpisahan, mobil Arjuna pun mulai meninggalkan kawasan Mansion Tirta. Begitu menoleh, Naura tertegun melihat sosok ibunya di ambang pintu masuk mengenakan kursi roda dengan perawat pribadi di belakangnya. "Ibu." Sapa Naura sambil tersenyum hangat. Mela menatap putrinya penuh kebingungan, tepatnya pada bayi yang digendong Naura. "Kamu harus menjelaskan ini, Naura," ucap Mela, dari nada bicaranya dia terdengar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-07
Baca selengkapnya

Bab 232. Sebagai Kepala Keluarga Tirta Juga

Naura menatap Aran sedikit kelabu, sesekali ia menghela napas tipis. Diam-diam kepalanya sibuk memikirkan kalimat Helena dan Mela, kedua wanita itu menentang keputusannya mengadopsi seorang anak. Apa salah anak ini? Mengapa mereka menghakimi sebegitunya? Jalan hidup setiap orang berbeda-beda, jangan hanya karena kasus satu dan dua mereka memukul rata seluruhnya. Naura mengelus lembut lengan mungil Aran, bayi itu tertidur lelap setelah sebelumnya kenyang meminum susu. "Maafkan aku..." gumam Naura pada Aran, sejujurnya dia merasa sedih karena anak itu mendapatkan banyak penolakan. Tak lama suara ketukan pintu terdengar, Naura mengizinkan masuk tanpa menoleh. Kate masuk sambil membawa dua map file yang berisi pekerjaan. "Nyonya, maaf mengganggu waktu Anda. Tetapi ini adalah laporan dari--""Taruh saja di meja kerjaku, Kate. Terima kasih banyak." Potong Naura dengan tatapan lesu pada Aran. Kate mengangguk mengerti, lalu ia memperhatikan raut wajah lemas Naura dan mulai merasa kha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-07
Baca selengkapnya

Bab 233. Badai Telah Usai

Untuk mengalihkan pikirannya dari masalah adopsi, Naura memutuskan untuk menyambung kesibukannya. Aran dia serahkan pada perawat baru yang diberikan Arjuna, sehingga ia dapat dengan fokus dan tenang mengurs pekerjaan. Matanya melirik ke kanan dan kiri bagian monitor, menelaah isinya. Setelah sesuai, dia akan memberikan tanda tangan digital di dokumen tersebut. Di tengah kesibukannya, suara ketukan pintu terdengar. Kate masuk seperti biasa. "Nyonya, maaf mengganggu waktu sibuk Anda. Tetapi, tuan Renjana datang berkunjung."Naura mengangguk singkat. "Suguhkan minuman dulu untuknya, aku masih sangat sibuk mengurus pekerjaan. Sampaikan maafkan untuk yang satu ini." Tidak bisa dipungkiri, Naura sulit untuk melepas diri dari pekerjaannya jika sudah terlanjur mengerjakan.Lima menit setelah Kate pergi, suara ketukan pintu kembali terdengar. Naura mengerutkan keningnya, ada apa lagi? Saat bibirnya hendak melontarkan penolakan kembali, suara berat yang tak asing tiba-tiba terdengar. "M
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-07
Baca selengkapnya

Bab 234. Kasih Ibu

Usai 'permainan' besar dan panas mereka, Naura dan Arjuna bergegas menemui Aran di kamarnya. Arjuna membantu Naura dalam memasang pakaiannya, sesekali mereka bercanda dengan menggoda satu sama lain. "Berhenti bermain-main, Arjuna!" Kesal Naura saat Arjuna terus mengusilinya. Arjuna hanya terkekeh, lalu mengangguk pelan. Setelah usai, keduanya meninggalkan ruang kerja Naura berbarengan. Arjuna menggenggam erat tangan Naura, keduanya terlihat sangat bahagia. Setelah cukup lama terasa suram, suasana Mansion Tirta sudah kembali normal seperti sebelumnya. Sampai di kamar Aran, Naura tertegun melihat Mela dan beberapa pelayan ada di sana. Naura tersenyum melihat Mela yang sibuk bercanda dengan Aran, suara gelak tawa bayi itu terdengar sangat merdu. "Ibu." Panggil Naura, membuat Mela menoleh dan tersenyum. "Kamu sudah selesai bekerja?" tanya Mela, wanita itu sepertinya sudah tidak ada di perasaan pagi tadi. "Iya, belum semua tetapi baik-baik saja. Ibu sudah minum obat?" jawab Naur
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-07
Baca selengkapnya

Bab 235. Arjuna Berulang Tahun?!

Setelah Arjuna pergi, Naura memastikan Aran baik-baik saja sebelum akhirnya dia menyusul Arjuna ke kamar tamu. Sampai di sana, Naura sibuk memeriksa beberapa stel pakaian baru yang disiapkan pelayan. "Ambil yang ini, sisanya simpan kembali," ujar Naura setelah memutuskan hendak memberikan stelan pakaian yang mana untuk Arjuna.Para pelayan patuh, mereka segera membawa beberapa stelan pakaian yang tidak dipilih dan melangkah keluar. Naura pun mulai melangkah ke tumpukkan pakaian lama Arjuna, wanita itu mengeluarkan barang-barang Arjuna secara pribadi agar segera dirapikan oleh para pelayan. Di tengah ini, dompet Arjuna yang hendak ia letakkan di atas meja terjatuh hingga terbuka. Naura tertegun melihat KTP milik pria itu, bibirnya dengan cepat tersenyum. Sosok Arjuna muda terpampang jelas di KTP tersebut, jangan tanyakan seperti apa ketampanannya. Tidak cukup digambarkan hanya dengan kata-kata. Pria berdarah Indonesia dan Belanda itu benar memiliki aura 'penarik' yang luar biasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-07
Baca selengkapnya

Bab 236. Kekhawatiran Besar Helena

"Aku pulang dulu, ya?" ucap Arjuna saat berpamitan dengan Naura yang menggendong Aran. Naura mengangguk tipis. "Hati-hati, kabari aku jika sudah sampai." "Tentu, sayang," jawab Arjuna sambil mengecup kening Naura dan Aran secara bergantian. Setelah berpamitan juga pada calon ibu mertuanya, Arjuna bergegas masuk ke dalam mobil. Di dalam sudah ada Damian yang siap menekan pedal gas, hingga mobilnya pun mulai meninggalkan kawasan Mansion Tirta. "Auramu sudah berubah sekarang," ujar Damian tiba-tiba dari kursi kemudi. Arjuna yang duduk di belakang pun melirik ke kaca spion yang langsung jatuh pada wajah menyebalkan Damian. "Apa?" balas Arjuna singkat. "Iya, seolah kamu telah menjadi ayah sekaligus suami yang sayang pada keluarga kecilnya, betapa menggemaskannya... Aku tidak menyangka, pertemanan kita akan tiba di titik ini," ucap Damian dengan tujuan meledek Arjuna. Arjuna menatap jijik sahabatnya. "Tutup mulutmu jika masih menginginkan gaji bulan ini."Damian balas melotot tajam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya

Bab 237. Aran Demam

Naura termenung di kamar Aran sambil memandingi wajah bayi tersebut yang tertidur lelap. Setelah kepergian Arjuna, Naura hanya menghabiskan waktu di kamar Aran. Bibirnya tersenyum tipis saat Aran menggenggam erat jari telunjuknya sambil melenguh di tengah tidurnya khas bayi. "Tidur yang nyenyak, sayang," ucap Naura penuh kasih, hingga perlahan ia ikut terlelap.Keesokan paginya, Naura sudah perlu bersiap untuk berangkat bekerja. Setelah kemarin memilih untuk libur dan fokus pada Aran, hari ini Naura tidak bisa mengabaikan pekerjaannya lagi. Dia pamit dengan memeluk Mela dan mengecup singkat dahi Aran, lalu mobil yang dikendarai oleh Kate bergegas meninggalkan kawasan Mansion Tirta. "Nyonya, hari ini kita kedatangan tamu dari Brunei, saya telah mengatur pertemuan di jam satu siang setelah makan siang, bagaimana?" tanya Kate, memastikan Naura tidak keberatan dengan jadwal yang ia tentukan. "Apa tidak bisa lebih cepat? Aku khawatir jika meninggalkan Aran terlalu lama," tawar Naura
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya

Bab 238. Protes Para Tetua

Naura melangkah turun dari mobil begitu sampai di Mansion Tirta. Matanya melihat sekilas ke arah deretan mobil yang tak asing di halaman depan Mansion nya. Sepertinya tetua Tirta datang berkunjung. Naura melangkah masuk dengan tenang, sebelum semakin masuk, langkah Naura terhenti kala mendengar percakapan dari ruang tengah. "Anda tahu jelas, nyonya besar. Mengadopsi anak sebagai putra pertama sangatlah berisiko, tidak ada pemimpin Tirta yang pernah melakukan hal seperti ini. Keputusan nyonya Tirta sangat mengkhawatirkan." "Saya setuju, nyonya besar. Anda harus bisa membujuk nyonya Tirta lebih lagi, karena kalau tidak--""Kenapa?" Potong Naura, dia bergegas melangkah masuk dan menatap satu persatu wajah para tetua.Para tetua itu dengan cepat menundukkan pandangannya, namun tak lama mereka kembali menatap Naura perlahan. "Apa itu adalah bayi yang akan Anda adopsi, nyonya?" tanya sang tetua. Naura mengangguk. "Ya, namanya Aran."Tiga orang tetua yang datang berkunjung itu pun sege
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya

Bab 239. Aran, Anak Yang Malang....

"Tapi dengan satu syarat." Naura menatap satu persatu wajah yang telah menentang keputusannya. "Syarat?" ucap salah satu tetua. Naura mengangguk. "Anak ini tetap berstatus sebagai anak angkat ku, tetapi dia akan dirawat jauh dari Mansion ini. Dia akan mendapatkan fasilitas dan tanggungan penuh dari Tirta dan Renjana, namun tidak akan ikut campur dalam hal bisnis keluarga apa lagi kursi pemimpin." Para tetua dengan cepat saling tatap, raut wajah mereka terlihat khawatir meskipun Naura sudah mengatakan akan menempatkannya jauh dari pusat. Tetapi melihat raut wajah Naura yang tidak bisa lagi diajak bernego, ketiga tetua itu pun akhirnya menghela napas tipis. Salah satu dari mereka yang duduk di tengah pun bicara. "Baiklah, nyonya. Sepertinya kami memang tidak bisa membujuk lebih Anda lagi." Naura tidak menjawab, matanya hanya menatap para tetua dengan dingin. Perlahan suasana berubah canggung, Naura pun tiba-tiba berdiri. "Jika tidak ada lagi yang perlu dibahas, silahkan para tet
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya

Bab 240. Akhir Keputusan

Keesokan paginya sebelum berangkat ke kantor, Naura bersama Mela dan Kate berdiri di halaman depan Mansion Tirta. Setelah berdiskusi semalaman, mereka sepakat akan menitipkan Aran pada salah satu pelayan senior yang baru saja pensiun. Naura tak melepas pandangannya dari awal ia menggendong Aran pagi ini, perasaannya terasa campur aduk. Mbok Erna, dia lah yang akan merawat Aran menggantikan Naura. Tak lama mobil Arjuna tiba, mereka semua hanya menunggu kedatangan pria itu untuk menyerahkan Aran bersama ke mbok Erna. "Saya titip Aran, mbok Erna," ucap Naura setelah Arjuna mulai bergabung dan kini berdiri tepat di sampingnya. Mbok Erna mengangguk lazim. "Sebuah kehormatan saya, nyonya. Terima kasih telah mempercayakan, saya." Naura balas mengangguk juga, matanya memperhatikan Aran yang kini telah berada di gendongan mbok Erna. "Jika terjadi sesuatu tolong segera hubungi saya," ujar Arjuna sambil menyerahkan kartu namanya. "Baik, tuan," balas mbok Erna sambil menanggapi kartu nam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
222324252627
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status