All Chapters of Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu: Chapter 151 - Chapter 160

210 Chapters

Bab 151. Karma Wajendra

Keesokan harinya, dengan mata yang masih terlihat sembab dengan kantung mata yang semakin jelas, Zafir berusaha mengurus masalah ini lebih cepat. Zevan masih tertidur sofa ruang kerjanya, anak kecil itu belum mengerti masalah besar apa yang tengah terjadi di keluarganya. Zafir mengambil ponselnya untuk menelepon komandan petugas yang berjaga di kediaman Malini. Sejak hari di mana Zafir menetapkan ibunya sendiri sebagai tahanan, mereka tidak pernah melakukan kontak apa pun. Ibunya diblokir dari seluruh media, akses komunikasinya dicabut. Suara berat khas petugas keamanan terdengar begitu panggilan mereka terhubung."Selamat pagi, tuan Wajendra. Ada yang bisa saya bantu?"Zafir spontan mengangguk di panggilan mereka. "Ya. Kasus mengenai ibuku akan dibuka lagi, bawa beliau ke pengadilan. Aku akan mengajukan persidangan ulang dengan pengadilan." Saat perintahnya melayang, komandan petugas keamanan itu tak langsung menjawab, seolah kalimatnya tertahan sesuatu. "Kau dengar?" tanya Za
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 152. Gagal dan Sesal

Evelyn menatap kosong langit-langit bilik rumah sakit, dokter baru saja memeriksanya. Evelyn terbaring tak bertenaga di ranjang rumah sakit.Pikirannya kosong, tetapi di tengah kekosongan ini lah dia teringat akan sesuatu. Partner yang menjadi 'penuntunnya' dalam melakukan seluruh tindakan korupsi. Dengan cepat mata Evelyn melirik ke arah Stave yang berdiri tak jauh darinya, pria itu mengawasi Evelyn secara langsung. "Tuan Stave, tolong aku! Aku mohon!" ucap Evelyn, lalu beranjak bangun dari ranjangnya menuju Stave. Stave yang terkejut pun menghampiri Evelyn dan menahan wanita itu untuk turun dari ranjang. "Nyonya, saya mohon untuk--!""Aku sangat butuh bantuanmu, tuan Stave! Aku mohon! Aku mohon!" Potong Evelyn cepat, raut wajahnya terlihat sangat serius. "Mengenai apa, nyonya?" tanya Stave tidak mengerti. "Aku harus menelepon seseorang! Aku mohon! Pinjamkan aku ponselmu!" jawab Evelyn cepat sambil mencengkeram lengan Stave. Stave terdiam sedikit, lalu kepalanya menggeleng cep
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 153. Evelyn, Hebat dan Konyol

Setelah sempat lama tak sadarkan diri karena insiden kemarin, Evelyn akhirnya terbangun. Wanita itu langsung berteriak histeris, perawat dan dokter dengan cepat menghampirinya dan dengan cepat menyuntikkan obat penenang. Tubuh Evelyn mendadak lemas, tubuhnya menegang tapi air matanya masih terus mengalir di balik perban yang menutupi matanya. Kedua mata Evelyn dibalut rapat, hal ini membuatnya merasa ingin mati. Evelyn merasa telah membuka matanya, namun dia tetap tidak bisa melihat cahaya samar yang menembus perban. "Nyonya, mohon tenang lah," ucap Mona yang saat itu ada di sana. Mendengar suara Mona, Evelyn menggertakkan giginya marah. "Untuk apa kamu masih di sini, jalang?!" Mona mengerutkan keningnya, meskipun kalimat Evelyn sangat menyakiti hatinya tetapi wanita itu tetap tak beranjak dari kursinya. "Di mana Zevan?! Di mana anakku?!" Teriak Evelyn lagi. "Zafir! Panggil pria itu! Panggil suamiku kemari!" Sambungnya tak karuan. "Nyonya, saya mohon Anda--""Diam kau! Aku
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 154. Keluarga Evelyn

Begitu sidang panjang Evelyn selesai, wanita itu pun resmi dijebloskan ke penjara sekaligus diceraikan. Evelyn tidak memiliki nama Wajendra lagi di belakangnya, wanita itu kembali menjadi 'Evelyn'. Saking tidak bisa menerima kenyataan, Evelyn pingsan setelah palu diketuk tiga kali oleh pimpinan sidang. Wartawan telah menyerbu gedung persidangan, Zafir terus melangkah keluar sambil menyembunyikan Zevan di pelukannya agar tidak terpapar sinar flash kamera wartawan. "Tuan Wajendra, mohon berikan pernyataan Anda mengenai kasus mantan istri Anda, nyonya Evelyn.""Tuan, bagaimana perasaan Anda setelah bercerai? Lalu bagaimana mengenai putra Anda, bukankah dia masih sangat membutuhkan sosok ibu?""Tuan Wajendra....""Tuan Wajendra....""Tuan Wajendra...."Wartawan seperti semut, Stave dan para bawahan Zafir lainnya berusaha memblokir akses para wartawan agar tidak mendekat ke Zafir. Sampai di dalam mobil, pria itu mendudukkan Zevan di sebelahnya. Zafir menghela napas penat, di luar mob
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 155. Penyesalan Tak Berujung 1

Zafir duduk di dalam mobilnya menuju kantor, pandangannya menatap kosong ke luar. Perlahan, memori yang sempat ia lupakan tiba-tiba kembali bermunculan. Saat pertama kali ia bertemu Evelyn dan memperkenalkannya ke Naura. Rasa sesal kembali menggerogoti Zafir, pria nyaris mati rasanya jika mengingat penyesalannya. Tidak seharusnya ia membawa Evelyn dan mengkhianati Naura. Sosok Evelyn yang terlihat rapuh dan manis namun juga seolah gigih memperjuangkan hidupnya membuat Zafir tertarik. Evelyn memang sangat ceria, berbeda sekali dengan Naura. Hanya karena kesenangan sesaat, Zafir melepas kebahagiaan terbesar dari hidupnya yang seharusnya ia pertahankan. Jika saja... Zafir mendorong kuat gejolak hasrat waktu itu, apakah situasinya sekarang akan berubah?Kembali pada dua tahun lalu, saat semuanya masih sesuai dengan garis takdir masing-masing. "Iya, aku baru sampai hotel. Setelah ini rinciannya akan aku kirim melalui email. Sudah dulu, sayang. Sampai jumpa nanti," ucap Zafir di pan
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 156. Penyesalan Tak Berujung 2

Setelah tangis Evelyn mereda, Zafir mengajaknya duduk di sofa. Mereka mulai berbincang-bincang ringan. Evelyn menceritakan kondisinya, dia bekerja untuk mendapatkan uang. Tetapi dia tidak menceritakan keluarganya, wanita itu menyebut dirinya sebatang kara. Zafir mendengarkan cerita Evelyn sampai habis, simpati mulai menumpuk di hatinya. "Itu pasti berat untukmu," ucap Zafir. Evelyn mengangguk ringan, bibirnya tersenyum hambar seolah memiliki jutaan luka. "Tetapi... Inilah hidup saya, tuan. Saya--""Panggil saja Zafir jika sedang seperti ini, anggap aku teman ceritamu." Potong Zafir ramah, membuat Evelyn tersenyum dalam. "Kalau begitu Anda juga bisa menyebut saya, Evelyn," balas Evelyn. Zafir mengangguk. "Baiklah, Evelyn."Evelyn terkekeh mendengarkan Zafir menyebut namanya. "Iya, Zafir."Setelah beberapa detik hening, Evelyn pun kembali berbicara. "Sekarang giliran Zafir yang menceritakan hidupnya! Tidak adil jika hanya aku!"Zafir tertawa ringan. "Baiklah... Baiklah...."Evelyn
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 157. Orang Dari Masa Lalu

Naura melangkah masuk ke butiknya, saat pintu dibuka wanita itu telah menyadari satu hal yang berbeda. Tidak ada Hans. "Apa Hans mengambil cuti hari ini?" Naura melirik Kate. Kate menggeleng pelan. "Tidak, nyonya."Naura mengangguk singkat, lalu mempercepat langkahnya menuju ruangannya. Sampai di sana, matanya langsung tertuju pada amplop putih yang tergeletak di atas meja kerjanya. Naura duduk dengan tenang seperti biasa di kursinya, lalu membuka amplop tersebut. Saat melihat pengirimnya adalah Hans, Naura semakin tertarik dan tidak sabaran membacanya. Naura menatap dingin selama membaca isi surat Hans, begitu selesai ia melipat kembali surat tersebut sambil tersenyum tipis. Pria itu mengundurkan diri dan mengakui statusnya yang ternyata adik laki-laki Evelyn. Ternyata kecurigaan Felizia dan prasangkanya kemarin benar. Pria itu meminta maaf atas perbuatan Evelyn padanya di masa lalu, serta dirinya yang tidak segera jujur pada Naura.Hans bersyukur dapat diterima kerja dengan
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 158. Cinta Pertama

"Kalian saling mengenal?" tanya Helena yang langsung menyadari tatapan keduanya. Naura dengan cepat mengangguk dan menarik tatapannya dari pria itu. "Iya, dia teman SMA ku, Rangga. Kami pernah satu kelas dan satu tempat les," jawab Naura. Helena mengangguk mengerti, kemudian duduk di sofa yang menghadap ke ranjang pasien. Naura menyusul dan duduk dengan tenang di samping Helena. "Apa kamu yang menyelamatkan ku?" tanya Rangga, menatap Naura. Naura menggeleng. "Bukan, tapi ibuku. Aku kemari hanya untuk menemaninya."Rangga dengan cepat menatap Helena dan tersenyum canggung. "Maafkan saya, nyonya. Terima kasih banyak telah menolong saya dan putra saya." Helan tersenyum tipis. "Bukan masalah besar, nak Rangga. Jadi benar kalian teman SMA? Ini sebuah kejutan, bukan?"Rangga mengangguk. "Benar, nyonya. Saya teman Naura semasa SMA, kami cukup akrab."Tatapan Rangga berubah sedikit berbeda saat mengatakan ini, kemudian dia melihat Naura lagi yang memangku putranya. "Rama pasti merepot
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 159. Cinta Segitiga

Saat waktu semakin sore, Naura dan yang lain pun memutuskan untuk pulang. Karena Rama kecil tidak mungkin menetap di rumah sakit bersama ayahnya, Naura pun dengan senang hati menawarkan bantuan. Wanita itu akhirnya membawa Rama ke rumahnya. "Mau aku antar?" tawar Arjuna saat mereka melangkah keluar gedung rumah sakit bersama. Naura menggeleng pelan. "Tidak perlu, tidak masalah. Aku bisa bersama Kate, ibu juga pasti lelah dan butuh teman."Arjuna mengangguk mengerti, kemudian mengelus kepala Naura lembut sebelum akhirnya mereka berpisah untuk masuk ke mobil masing-masing. Di dalam mobil Arjuna seperti biasa tak banyak bicara, Helena pun langsung memejamkan matanya untuk beristirahat dan Damian fokus menyetir. Berbeda dengan Naura yang sibuk mengajak Rama bermain dan mengobrol, wanita itu terlihat sangat bahagia saat berinteraksi dengan Rama. Kate berulang kali melirik ke kaca spion untuk melihat ekspresi nyonya-nya yang bahagia, dia harap setelah pernikahan mereka atasannya ini l
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Bab 160. Bayangan Masa Depan

Keesokan harinya, Naura bersiap untuk bekerja seperti biasa. Rama bersedia dibantu pelayan lain untuk mandi dan lainnya setelah Naura membujuk lembut anak itu. Sebelum pergi ke kantor atau butik seperti biasa, Naura mengantar Rama terlebih dahulu ke rumah sakit untuk menemui Ayahnya. Naura tidak mungkin membawa Rama ke kantor atau meninggalkan anak yang takut orang baru itu di Mansion. Keputusan paling tepat adalah mengantarkan Rama kembali ke Rangga. Sampai di rumah sakit, Naura menggandeng tangan imut Rama. Anak kecil itu menggenggam erat tangan Naura, bagi orang yang tidak mengetahui kondisinya mungkin akan mengira bahwa mereka adalah ibu dan anak. Saat hendak masuk ke loby utama rumah sakit, dari arah yang berlawanan muncul Arjuna dan Damian. Tetapi ada satu hal yang membuat Naura melipat dalam keningnya, Arjuna menggendong Ana? "Ana?" "Bibi!" Pekik Ana, lalu tak sabaran melepaskan diri dari Arjuna. Ana berlarian ke pelukan Naura, membuat Naura melepas genggamannya pada R
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status