Home / Romansa / Malaikat Juga Tahu (Cinta Andini) / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Malaikat Juga Tahu (Cinta Andini) : Chapter 11 - Chapter 20

54 Chapters

Midnight

Kado-kado pernikahan yang dari kemarin masih tersusun rapi di lantai ruang tamu, baru saja selesai mereka bereskan. Sementara Bagas membersihkan diri, Dini pergi ke dapur guna mempersiapkan makan malam. Karena diluar hujan sedang turun, ia bermaksud ingin memasak makanan yang berkuah untuk menghangatkan badan. Dini meraih ponsel dan membuka salah satu aplikasi memasak untuk mencari resep sup ayam yang praktis. Menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan, ia segera asyik bereksperimen di dapur. Begitu semua bahan telah masuk ke dalam panci, ia menyetel api kompornya agar tidak terlalu besar."Oke deh," ucap Dini setelah selesai meletakkan peralatan makan di meja makan. Ia berbalik, bersiap menuju kamar. Namun langkahnya tertahan saat melihat Bagas berjalan ke arahnya sambil memakai baju. Bulu di dadanya terlihat jelas. Membuat Dini terbelalak."Sudah selesai masaknya?"Tak ada sahutan."Kamu sudah selesai masak belum?" tanya Bagas untuk kedua kalinya dengan nada suara sedikit lebih kencang.
Read more

Kembali Kerja

Hari pertama keduanya kembali ke rutinitas masing-masing. Bekerja. Dini yang bangun lebih dulu, dengan cepat membersihkan diri kemudian menyiapkan sarapan untuk Bagas. Secangkir teh tawar dan nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi. Ia kembali ke kamar, hendak memastikan apakah Bagas telah siap atau belum."Ups." Langkah kakinya terhenti di depan pintu. Sepasang bola mata coklat menyaksikan bagaimana atletisnya badan yang dimiliki Bagas. Gerakan tangannya yang memasukkan satu persatu kancing ke lubangnya, membuat Dini senyum-senyum sendiri."Ada yang salah?""Nggak," jawab Dini singkat. Ia masuk ke dalam dan mengambil tasnya.Setelah menyemprotkan parfum, Bagas menyusul Dini menuju meja makan."Kamu nganterin aku kan?" tanya Dini. Bagas yang tengah menyuap nasi gorengnya mengangguk.***Setibanya di meja kerja, teman seruangannya langsung mendekat."Cie pengantin baru, berseri-seri gitu mukanya.""Iya nih, kayaknya tiap hari nih," goda salah satu temannya sambil memegang rambut Di
Read more

Penampakan

Udara dingin tiba-tiba saja terasa sangat menusuk tulang, hingga membuat Dini terbangun. Ia melirik jam yang berada di atas nakas."Lah masih tengah malam," ucapnya. Ia meraba sekitaran kasur mencoba mencari remote AC yang biasanya selalu berada di dekat bantalnya."Kok panas? Keringat juga?" komentar Dini saat tak sengaja tangannya menyentuh tangan Bagas. Ia menyibak pelan selimut yang menutupi seluruh badan Bagas dan mendapati baju yang dikenakan suaminya basah. Dini kemudian meraba kening suaminya itu dan merasakan suhu tubuhnya sangat tinggi. Reflek Bagas menarik selimut lagi."Kamu ganti baju dulu ya, basah semua kena keringat ini," ucap Dini kemudian turun dari ranjang menuju lemari baju. Ia menatap setiap baju yang tersusun rapi dan mengambil satu baju kaos dengan bahan yang tipis. Dini memanggil nama Bagas pelan, menyuruhnya untuk duduk sebentar. Dengan lesu Bagas mengikuti permintaan Dini. Pria itu pasrah kala Dini membuka bajunya. "Ini," ucap Dini memberikan baju pada suami
Read more

Horror

Alarm yang sengaja dipasang Dini pukul setengah sepuluh malam berbunyi nyaring membangunkannya. Ia menoleh ke sebelah dan tidak mendapati Bagas. Membawa bantal dalam pelukannya, ia berjalan keluar dari kamar."Kamu mau kemana?" tanya Bagas kaget saat melihat Dini mendekap bantal."Mau nonton film di tv," ucap Dini. "Kamu sudah makan kan?" tanya Dini lagi sebelum keluar kamar."Sudah. Aku mau mandi dulu langsung tidur. Kamu jangan kelamaan nonton TV di luar." Pesan Bagas."Iya," jawab Dini singkat.Ia mengambil posisi rebahan di sofa menikmati film yang memang ingin ditontonnya. Film dengan durasi hampir dua jam itu akhirnya selesai juga menikmatinya. Tangan kirinya meraih remot TV kemudian menekan beberapa tombol, mengganti siaran TV. Sampai ia berhenti pada salah satu stasiun TV yang selalu menyiarkan film horror di jam-jam tengah malam seperti ini. Spontan Dini langsung berteriak kencang, berkali-kali memanggil nama suaminya. Mendengar suara sekencang itu, Bagas yang telah terlelap
Read more

Bertamu

Seperti beberapa hari yang lalu, sore ini sepulang kerja Dini tak bisa langsung pulang ke rumah. Tepat jam lima sore, supir kantor Bagas menjemput dan mengantarkannya ke kantor suaminya itu. Ia disambut ramah oleh resepsionis sebelum masuk ke dalam lift. Pintu besi itu terbuka lebar di lantai delapan tempat suaminya berkantor. Sekretaris Bagas, Vina, langsung mempersilahkan Dini masuk. Berjalan pelan masuk ke ruang kerja Bagas, Dini melihat suaminya tengah serius menatap layar komputer."Eh, kamu sudah datang," ucapnya saat melihat bayangan Dini mulai mendekat."Ia. Aku ganti baju dulu ya," ujar Dini sambil meletakkan tasnya. Ia berjalan masuk ke kamar mandi dengan membawa satu tas kecil di tangannya yang berisi baju pesta yang telah disiapkan Bagas. Dress berwarna hitam dengan potongan dada sedikit rendah, sukses mengalihkan perhatian Bagas begitu Dini duduk di depannya.Helaan nafas panjang membuat Dini menatap Bagas."Kamu kalau capek kenapa mesti maksain hadir ke acara klien kamu
Read more

Talking Deep

Pagi ini Dini bangun lebih dulu dari Bagas. Gadis itu turun dari atas tempat tidur kemudian berjalan menuju balkon menikmati cuaca pagi sabtu yang begitu cerah. Udara pagi yang masih segar seketika memenuhi paru-parunya. Memandang Jakarta dari ketinggian, membuatnya takjub dengan gedung-gedung pencakar langit yang seolah beradu tinggi satu sama lain. Bagas yang telah terbangun namun masih berada di atas ranjang, menatap Dini yang tampak asyik dengan paginya sendiri.'Andini' gumamnya dalam hati sambil menghela nafas. 'Aku tak akan membiarkan pernikahan ini hanya sebatas perjodohan saja. Aku akan membuat kita adalah jodoh satu sama lain' Bagas beranjak dari atas tempat tidur kemudian berjalan perlahan ke arah Dini. Sangat pelan sampai istrinya itu tak menyadari bahwa Bagas telah ada di belakangnya. Memeluk dan meletakkan wajahnya di ceruk leher Dini."Kamu lupa perkataan Mama waktu itu?""Apa?""Kita kan harus banyak istirahat biar bisa kasih cucu buat mereka," ucap Bagas santai sambil
Read more

Gathering

Tepat tiga bulan menikah, hubungan Bagas dan Dini sudah lumayan cukup dekat dan saling terbuka. Bahkan mereka sudah tak segan untuk berganti pakaian di depan satu sama lain. Walau tak jarang Bagas harus mati-matian menahan hasratnya agar tak memaksakan diri pada Dini. Ia sama sekali tak ingin menodai pernikahannya dengan kekerasan."Nanti sore kamu dijemput sama supir ya, aku pulangnya agak telat. Jangan lupa packing buat acara besok," pesan Bagas sesaat sebelum Dini turun dari dalam mobil."Iya, Gas. Kamu hati-hati ya, aku masuk kerja dulu," sahut Dini. Beberapa teman kerjanya yang telah berdiri tepat di belakang Dini, langsung menggandeng Dini, kiri dan kanan saat mobil Bagas pergi menjauh."Makin mesra aja nih sama suami.""Gimana rasanya?""Rasa apa sih? Kalian nih pikirannya aneh-aneh aja deh," jawab Dini dengan wajah malu-malu. Ia tahu maksud dari pertanyaan temannya, namun ia malu bila harus bilang mereka belum merasakan yang namanya malam pertama.***Dini tak dapat mengikuti
Read more

Masih Gathering

Setelah susur sungai tadi, kegiatan dilanjutkan dengan arum jeram. Lumayan jauh mereka berjalan melewati kebun-kebun warga sebelum akhirnya sampai di tempat arum jeram. Beberapa peserta yang lebih dulu sampai, langsung berarum jeram saat perahu karet datang dan telah mendapat pengarahan dari pemandu. Secara bergantian mereka berenam di persilahkan naik ke atas perahu karet dengan memegang dayung di tangan masing-masing. Perahu mulai mengikuti irama sungai yang belum terlalu kencang. Namun beberapa menit kemudian, mereka semua bekerja keras mengikuti instruksi dari pemandu."Dayung kiri. Dayung kanan." Begitu instruksi dari pemandu saat mereka melewati jeram yang deras. Teriakan dari mereka menjadi tanda bahwa mereka benar-benar menikmati kegiatan arum jeram ini.Beruntung mereka mendapat giliran di awal untuk arum jeram, jadi pada saat mereka selesai hari masih terlihat terang dan mereka punya banyak waktu untuk membersihkan diri sebelum lanjut ke acara malam. Diangkut menggunakan mob
Read more

Kepergok

Semakin hari hubungan Bagas dan Dini semakin meningkat. Layaknya orang pacaran, mereka telah sampai di tahap serius. Percaya satu sama lain."Gas, hari ini aku pulang malam. Lembur ada yang dikerjakan," ucap Dini sambil terus menatap layar komputer."Aku tunggu kamu di cafe depan kantor kamu aja ya. Aku dari kantor sekitar jam enam.""Iya, Gas. Kamu-kamu hati ya," pesan Dini."Iya, Sayang." Sahutan Bagas membuat Dini senyum-senyum sendiri.Tiara, rekan kerja Dini yang duduk di sebelahnya, memperhatikan ekspresi Dini."Ehem, ehem. Senyum-senyum aja nih," ujar Tiara yang duduk di atas kursi mendekati Dini."Gak papa, Ra.""Pak Hasan nih, padahal kemarin sudah aku kasih laporan yang biasa. Eh, tadi bilang hilang.""Print lagi aja, Ra. Ini aku mau minta tanda tangan ke ruangan Pak Hasan, mau sekalian aku bawain laporan kamu?""Boleh." Tiara memberikan satu map coklat pada Dini.Membawa beberapa berkas di tangannya, Dini menuju ruangan Hasan yang berada di pojokan. Dari jendela, Dini dapat
Read more

Bertemu Mertua

"Sudah mau satu tahun lo kalian. Mana cucu Mama sama Papa?" Ucapan yang sama keluar dari mulut orang tua Dini maupun Bagas. Dini hanya tersenyum mendengarnya. Setelah dari rumah orang tua Dini, mereka berkunjung juga ke rumah orang tua Bagas."Kalian ambil cuti lah, biar bisa bulan madu. Atau kalian mau Mama antar ke dokter kandungan buat program anak?""Kita juga lagi usaha kan, Sayang?" Bagas merangkul Dini."Iya," sahut Dini dengan senyum tertahan."Pokoknya harus ada progres ya. Biar Mama ada kegiatan tambahan, jaga cucu," ucap Mira."Dengar itu, Gas," sambung Hendri, "kalian sama-sama anak tunggal, harus punya momongan, untuk meneruskan garis keturunan.""Siap, Pa. Bagas sama Dini siap laksanakan tugas negara," sahut Bagas mantap.'Tugas negara,' batin Dini."Jangan banyak pikiran. Harus rileks ya," ucap Mira mengelus lengan Dini yang membuatnya tersipu malu.Sore sekitar jam lima, mereka berdua pamit pulang setelah makan sore terlebih dahulu."Sekarang kita mau kemana?""Tersera
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status