Home / Romansa / Malaikat Juga Tahu (Cinta Andini) / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Malaikat Juga Tahu (Cinta Andini) : Chapter 21 - Chapter 30

54 Chapters

Percobaan Kedua

Siang ini Bagas yang kebetulan baru saja selesai bertemu dengan klien di salah satu hotel dekat kantor Dini. Ia berniat mengajak istrinya itu untuk makan siang bersama. Setelah menunggu lima menit di parkiran, Dini dengan membawa ponsel di tangannya masuk ke dalam mobil."Kita mau makan apa?""Nasi padang aja deh," usul Dini yang disetujui oleh Bagas.Sesuai rekomendasi Dini, Bagas menghentikan mobilnya di restoran padang yang terlihat cukup ramai dari kendaraan bermotor yang parkir. Begitu selesai memilih lauk, mereka lantas menuju tempat duduk lesehan."Lancar urusan kamu tadi sama klien?""Lancar," sahut Bagas tersenyum."Tadi Mama telepon," ucap Bagas. Mendengar perkataan Bagas itu sudah macam-macam pikirannya."Apa kata Mama?" Dini mencoba bersikap biasa."Malam ini mau ngajak makan malam diluar.""Kirain," ucapnya dengan nada yang sangat kecil namun sayang Bagas tetap bisa mendengarnya."Kirain apa?" tanya Bagas dengan mata yang sengaja dibesarkannya saat memandang Dini."Gak pa
Read more

Cerita Lama

Akhir pekan ini, Dini kembali ikut dengan Bagas ke kantor. Sedang banyak proyek kerjasama hingga mengakibatkan Bagas harus masuk kantor meski ia seharusnya libur."Kamu gak bosan kan?""Daripada di apartemen sendiri, lebih baik ikut kamu," sahut Dini seraya menikmati snack yang diambilnya dari kulkas yang berada di dekat Bagas duduk.Dini duduk di sofa tamu, membaca majalah. Sesekali pandangan teralih saat beberapa karyawan masuk untuk meminta tanda tangan Bagas."Kita makan siang yuk," ajak Bagas menghampiri Dini."Kerjaan kamu sudah selesai?" tanya Dini bertepatan dengan masuknya Vina ke ruangan."Masih ada yang harus saya kerjakan, Vin?" tanya Bagas pada Vina."Ini yang terakhir, Pak." Vina menunjukkan dimana Bagas harus tanda tangan.Dini lantas bergegas membuang bungkus snack yang telah dimakannya.Meninggalkan kantor dengan mengendarai mobil, Bagas mengajak Dini untuk makan di rumah makan milik teman kuliahnya yang berada di dekat kampusnya dulu. Memilih menu lalapan dengan lauk
Read more

Wanita Itu

"Kamu lagi banyak pikiran, Din?" tanya Tiara mendekat."Nggak. Cuma lagi pusing aja," sahut Dini memijat keningnya."Sama aja kali, pusing itu ya karena lagi banyak pikiran," lanjut Tiara lagi."Gimana kalau sore habis pulang kerja, kita jalan. Ke mall atau santai di cafe? Tenang aja, pulangnya aku yang anterin," usul Tiara."Iya deh," jawab Dini setelah berpikir beberapa detik. Ia memang perlu menyegarkan pikirannya, tapi Dini masih belum yakin untuk membagi kisah dengan orang lain.Sepulang kerja dengan mengendarai mobil Tiara, mereka berdua pergi menyusuri jalan Jakarta. Tentunya Dini telah meminta izin Bagas terlebih dahulu. Setelah banyak pertimbangan, mereka akhirnya memutuskan untuk bersantai salah satu kedai es krim. Dini yang tak terlalu memperhatikan saat perjalanan tadi, sedikit terkejut saat sadar bahwa tempat yang mereka kunjungi bersebelahan dengan toko kue yang namanya sangat Dini ingat di telinga.'Hah! Sugar Pastry,' batin Dini. Benar-benar terkejut saat matanya memba
Read more

Saran Artikel

Bangun lebih pagi dari Bagas, Dini langsung menyibukkan diri di dapur. Pagi ini ia ingin membuat sarapan yang manis-manis."Kayaknya sudah pas nih," ucap Dini mengecek kekentalan adonan untuk membuat pancake. Ia kemudian menyiapkan teflon di atas kompor dan mengoleskan mentega. Dengan cekatan ia menuang adonan ke atas teflon, memperhatikan adonan pancake di atas teflon agar tidak gosong. Aroma harum pancake sampai tercium ke dalam kamar yang memang pintunya tak tertutup rapat."Cepat banget dia bangun." Bagas melirik jam di atas nakas yang masih menunjukkan pukul enam kurang sepuluh. Bagas turun dari ranjang dan berjalan menuju asal aroma yang begitu menggugah selera."Sepagi ini kamu sudah menciptakan aroma yang sangat menggoda," ucap Bagas berdiri di samping Dini."Aroma menggoda dari mana? Ini aroma makanan bukan aroma tubuh orang," sahut Dini seraya memindahkan pancake ke dalam piring. Ia mematikan kompor dan menyimpan sisa adonan ke dalam kulkas."Kamu mau pake topping rasa apa?"
Read more

Teringat Sekilas

Terbangun tengah malam karena mimpi yang dapat dikatakan buruk, Dini tak dapat terpejam dengan cepat. Ia meminum segelas air yang berada di atas nakas. Mimpi yang Dini takutkan.'Gak mungkin lah. Aku percaya dia,' gumam Dini menatap Bagas yang terlelap tidur di sampingnya. Ia mengambil ponsel dan membuka media sosialnya. Mengusap layar ponselnya membaca berita-berita yang seperti itu saja. Dini kembali membuka aplikasi pencarian informasi. Artikel mengenai tips dan trik menjalin hubungan harmonis dengan pasangan.'Enter,' gumamnya. Layar ponsel langsung dipenuhi dengan artikel-artikel yang ingin dibacanya. Tak jauh beda isi artikel saat ini, dengan artikel yang lebih dulu dibacanya sewaktu di kantor. Sesekali ia memandang Bagas kemudian melanjutkan membaca artikelnya.'Jauhkan dari hal yang tidak-tidak Ya Tuhan,' doanya dalam hati.Begitu asyik membaca artikel demi artikel, ia sampai tak menyadari bahwa Bagas telah bangun. Dengan mata yang masih berat untuk dibuka, Bagas melihat Dini
Read more

Apa Aku Bahagia

Sesuai dengan ucapan Bagas kemarin, Dini telah selesai menyiapkan sarapan untuk Bagas."Kamu masak apa sih?" Bagas menghampirinya di dapur lengkap dengan setelan jasnya."Nasi goreng aja, Gas. Mau makan sekarang? Biar aku siapin," ucap Dini yang diangguki oleh Bagas."Ternyata ucapan aku yang dulu salah ya?""Ucapan yang mana? tanya Dini. Ia ikut menemani Bagas sarapan."Aku bilang dulu, aku mungkin gak bisa menyediakan waktu sebagai seorang suami. Tapi nyatanya, malah terbalik. Aku malah menyediakan waktu untuk melakukan tugas seorang suami. Salah satunya makan masakan istri." Tak tau ini pujian atau apa, tapi Dini begini bahagia mendengarnya.Bagas yang siap untuk pergi, pamit pada istrinya."Kamu mau kemana?" tanya Bagas saat Dini masih mengekor hingga melewati pintu apartemen."Mau antar kamu sampai ke mobil," ucap Dini."Pintunya ditutup dulu dong," ucap Bagas seraya menutup pintu apartemen.Berjalan masuk ke dalam lift yang akan mengantarkan mereka ke parkiran bawah."Hati-hati
Read more

Pemandangan Tak Sedap

Kembali dengan rutinitas di kantor, saat Bagas tengah asyik mengetik di laptop, jemari tangannya berhenti dengan sendiri. Bagas memutar kursinya dan menatap ke arah luar melalui jendela."Bahagia? Apa yang Dini pikirkan hingga di alam bawah sadar ia sampai mempertanyakan kebahagiaannya?" Bagas bertanya-tanya. Sejenak pikirannya melayang ke pesta pernikahan mereka yang terjadi hampir satu tahun lalu. Dan sampai hari ini ia belum menyentuh Dini, walau di beberapa kesempatan hal itu hampir saja terjadi tapi selalu gagal. Bagas menghela nafas panjang. Kadang pertanyaan dari orang tuanya juga sedikit mengganggu. Ia lalu berputar dan menarik kalender yang ada di mejanya. Memandangi deretan angka yang tertera di sana."Mungkin aku bisa mengajaknya liburan," gumam Bagas seraya menekan tombol untuk memanggil sekretarisnya masuk ke ruangan.Tak berapa lama, pintu ruangan Bagas diketuk."Permisi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" Vina masuk dan berjalan mendekat."Apa jadwal saya untuk tanggal ini
Read more

Dia Adalah Prita

Bangun sangat pagi Dini bergegas untuk pergi lari pagi di sekitaran apartemen. Udara pagi yang masih segar membuat pikirannya sedikit lebih tenang. Setelah selesai lari pagi sebanyak tiga putaran, gadis itu kembali ke apartemen."Kamu gak ada di kamar. Aku kira kamu pergi, taunya kamu olahraga pagi," ucap Bagas cemas saat melihat Dini keluar dari dalam lift. Bagas baru saja akan mencari Dini keluar."Udara pagi ini lumayan membuat pikiran ku tenang," kata Dini berjalan masuk meninggalkan Bagas.Menatap Dini bingung, Bagas menyusul masuk ke dalam unit apartemen."Ada apa sih, Din?" Bagas meraih tangan Dini sebelum masuk ke dalam kamar."Aku tahu aku bukan siapa-siapa kamu. Jadi aku tahu diri," kata Dini datar menatap Bagas."Kamu ngomong apa sih, Din? Aku gak ngerti," ucap Bagas masih menahan tangan Dini."Aku tahu hal yang gak kamu bilang sama aku. Oke, itu memang hak kamu tapi itu sangat mengganggu aku," ucap Dini."Kamu bisa bilang langsung, Din. Jangan kayak gini."Dini terdiam."Y
Read more

Nasehat Mama Mertua

Bagas duduk sambil menikmati udara pagi dari balkon. Dini yang baru saja selesai mandi mengurungkan niatnya untuk mendekati Bagas kala mendengar Bagas menghela nafas. Begitu nelangsa. Dini memilih untuk berpakaian terlebih dulu."Mau kemana pagi-pagi gini, Din? Kamu gak kerja kan?" tanya Bagas berpaling saat mendengar suara pengering rambut yang Dini gunakan."Nggak. Aku mau ke rumah Mama," sahut Dini singkat.Bagas menatap Dini yang masih mengeringkan rambutnya."Kamu gak usah liatin aku kayak gitu, aku bisa berangkat sendiri," sambung Dini sambil meletakkan pengering rambutnya."Tunggu aku siap-siap sebentar," kata Bagas beranjak dari kursinya lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi.Tidak terlalu menghiraukan ucapan Bagas, Dini memilih pakaian lalu mengenakannya. Tak sampai tiga menit berada di kamar mandi, Bagas sudah keluar lagi dari kamar mandi. Masih dengan badan yang basah dan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya, ia mematung sejenak saat melihat pakaian yang istrinya ke
Read more

Makan Malam

"Nanti sore aku jemput," ucap Bagas membukakan pintu mobil untuk Dini."Iya, Gas." Dini keluar dari mobil. Menoleh sebentar menatap Bagas yang masih berdiri di samping mobilnya, lalu kembali melangkah masuk ke dalam gedung kantornya. Meninggalkan kantornya Dini, Bagas memacu lajunya mobilnya. Menurut informasi dari Vina, hari ini ia harus bertemu dengan beberapa klien di tempat yang berbeda. Setibanya di kantor, Bagas langsung meminta Vina untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk meeting hari ini."Hari ini kamu ikut saya meeting ya," kata Bagas sambil mengecek beberapa dokumen yang telah Vina berikan."Baik, Pak.""Nanti kamu sama Pak Toni ya. Saya bawa mobil sendiri aja. Selesai semua meeting, saya ada urusan," lanjut Bagas."Baik, Pak." Vina lanjut memberikan dokumen yang harus Bagas cek ulang.***Di ruangan kantornya, Dini menatap layar komputer dengan jemari tangan yang lincah menari di atas keyboard. Ia sedang mengerjakan laporan yang diminta Pak Hasan harus se
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status