Home / Romansa / Malaikat Juga Tahu (Cinta Andini) / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Malaikat Juga Tahu (Cinta Andini) : Chapter 31 - Chapter 40

54 Chapters

Kue Tak Diundang

"Din, kamu gak mau ambil cuti?" tanya Tiara di sela-sela kesibukan mereka."Cuti?" ulang Dini mengalihkan pandangan. Yang tadinya ia menatap layar komputer kini beralih menjadi menatap kalender meja. Ia menghela nafas.'Terakhir kali aku cuti kayaknya udah lama deh' gumam Dini dalam hati."Iya. Kamu itu harusnya sering liburan sama suami, Din. Sering menghabiskan waktu bersama," kata Tiara."Iya sih. Coba deh nanti aku tanya Bagas dulu. Akhir-akhir ini dia sibuk banget di kantornya," ucap Dini."Nanti kalau udah ketemu tanggal kamu mau cutinya kapan, kasih tau aku ya," kata Tiara. "Buat apa?""Biar aku bisa cuti juga setelah kamu," jawab Tiara sambil tertawa."Ternyata ada maksud terselubung," cetus Dini."Kan gantian. Pak Hasan kan gak bolehin kita cuti bareng," tukas Tiara lagi."Iyalah. Siapa yang backup kerjaan nanti kalau kita berdua sama-sama cuti," kata Dini.Kembali sibuk lagi dengan kerjaan masing-masing, Dini mulai memikirkan tempat yang akan mereka kunjungi nanti bila cuti
Read more

Nikmatnya Malam ini

Sebuah pesan dari nomor tak dikenal muncul di pemberitahuan ponselnya."Siapa?" gumam Bagas membuka pesan masuknya itu.+628xxxAku masih menyimpan nomor kamu, Ay.Isi pesan yang Bagas langsung tahu itu dari siapa. Dengan cepat ia langsung menghapus pesan itu. Mencoba kembali fokus dengan kerjaan, tapi matanya malah lebih sering menatap layar ponsel daripada layar laptop."Arghh, apa-apaan ini!" seru Bagas kesal memasukan ponselnya ke dalam laci. Ia beranjak dari ruangan dan pergi ke ruang produksi untuk mengalihkan perhatiannya. Ia memilih menghabiskan waktunya di ruang produksi hingga jam siang menjelang."Permisi, Pak," ucap Vina membuat Bagas berpaling."Ada apa?""Pak Irwan mencari Bapak, katanya ponsel Bapak gak bisa dihubungi. Pak Bagas disuruh untuk menghubungi Pak Irwan secepatnya," kata Vina."Oke. Saya sekalian makan siang keluar ya," ucap Bagas.Mengambil ponsel di ruang kerjanya, Bagas kemudian meninggalkan kantor. Ia mengirimkan pesan pada Dini lebih dulu kemudian menghu
Read more

Wanita Masa Lalu

Membuka matanya perlahan, Dini merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya. Ia lalu menunduk dan melihat pada bagian atas tubuhnya, terdapat beberapa jejak merah yang Bagas tinggalkan. Senyum malu-malu tersungging di bibirnya. Ia lalu membenamkan diri dalam dekapan Bagas yang juga menyambutnya dengan mempererat dekapannya. Baru beberapa detik, Dini kemudian terperanjat dan meronta."Ada apa, Din?" tanya Bagas membuka mata."Sudah pagi, Gas. Sudah jam delapan lewat," kata Dini menunjuk jam yang berada tepat di depan kasur mereka."Yaudah lah, tidur lagi aja," sahut Bagas santai."Aku kerja, Gas. Kamu enak bisa masuk kerja sesuka kamu," bantah Dini. Baru akan menyibakkan selimut, Bagas kembali menarik tangan istrinya."Gas, aku harus kerja," ucap Dini."Kamu sudah terlambat. Mau nyampe kantor jam berapa?""Ya aku bisa ngasih alasan sama orang kantor nanti," kata Dini."Ambil ponsel kamu sini," pinta Bagas pada Dini."Buat apa?""Ambil aja dulu," tukas Bagas dengan sebelah tangan menenga
Read more

Sidak Kantor Dan Apartemen

Menyajikan teh untuk Hendri, Mira masih kepikiran dengan apa yang ia lihat kemarin malam. Seingatnya setelah mencampakkan Bagas, wanita itu pindah keluar kota ikut dengan atasannya yang tajir untuk menikah. Setelah sekian lama kenapa wanita itu kembali lagi ke kota dimana Bagas berada."Mikirin apa sih, Mama?" tanya Hendri meminum teh yang Mira sajikan."Mama kemarin lihat Prita, Pa.""Prita? Mantan pacar Bagas?" Hendri memperjelas."Iya, Pa. Mama juga kaget lihatnya," ucap Mira masih tak percaya."Mama lihat di mana? Salah liat kali.""Nggak salah liat, Pa. Mama liat dia kemarin. Kita keluar dari restoran, dia baru datang sendiri.""Sudah gak usah dipikirin. Bagas juga sudah menikah. Papa lihat dia juga bahagia sama Dini. Mama push mereka aja, tanyain kapan mau punya anak. Papa sudah pengen gendong cucu. Teman-teman Papa semuanya kalau ketemu yang dibahas cucu, bukan kerjaan lagi.""Iya nanti Mama coba ajak ngobrol mereka berdua, Pa. Mama juga sama.
Read more

Membalas Pesan Dari Prita

Mengeringkan rambutnya, Dini bersiap untuk pergi ke kantor. Ia kemudian menyiapkan pakaian yang akan Bagas kenakan lalu bergegas menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya itu.Senyum tak lepas dari bibirnya mengingat bagaimana Bagas memperlakukannya begitu lembut dan mesra."Tehnya dong, Din," kata Bagas tiba di ruang makan."Bentar, Gas," sahut Dini mendekatkan piring berisi dua lembar roti yang telah diolesi dengan selai coklat. Tak berapa lama Dini segera menghidangkan segelas teh untuk Bagas. Ia lalu kembali ke kamar dan mengambil tasnya.***Dini tiba di kantor tepat lima menit sebelum jam absen lewat. Begitu tiba di ruangan, ia merasa ada yang kurang. Tak ada yang berubah tapi suasana ada yang berbeda."Oh iya, Tiara hari ini cuti," ucap Dini melengos. Itu artinya selama Tiara cuti, ia hanya sendiri di ruangan ini. Sebenarnya tak sendiri juga, kadang ada anak magang yang menemaninya saat pekerjaan sedang banyak-banyaknya. Meletakkan tasn
Read more

Prita Yang Semakin Berani

Pesan yang dibalas dan telepon yang diangkat oleh Bagas, kini menjadi senjata tuan baginya. Hampir setiap jam Prita mengirimkan pesan dan foto-foto kenangan mereka di masa lalu. Kalau Bagas tak merespon, Prita akan langsung menerornya dengan panggilan yang bertubi-tubi.“Ada apa sih, Prita?” tanya Bagas sambil mengacak-ngacak rambutnya. Ia benar-benar terganggu tapi tak tahu kenapa ia juga tak bisa berkata kasar pada wanita dari masa lalunya itu.Di seberang sana, Prita tersenyum bahagia mendengar Bagas kembali menyebut namanya. Sejak Bagas kembali menghiraukannya, baru kali ini namanya Bagas sebut.“Aku seneng banget kamu sebut nama aku lagi, Gas. Rasanya, aku ...”“Ya kamu mau apa? Aku lagi sibuk kerja,” ucap Bagas dengan nada sedikit naik. Hanya sedikit.“Kamu lagi sibuk kerja? Aku kirimin kue yang ke kantor kamu? Kue kesukaan kamu, supaya kamu tambah semangat kerjanya,” ucap Prita penuh harap.“Gak usah, Prita. Kamu jangan ganggu aku, itu sudah cukup,” ucap Bagas lagi.“Aku ganggu
Read more

Nasehat Sayang Dari Mira

Aditya tak mengeluarkan sepatah katapun. Sebenarnya ia sedih melihat Dini yang seperti itu. Namun ia juga tak bisa serta merta berkomentar.Mengerjap-ngerjap matanya, Dini berusaha agar air matanya tidak terus menerus mengalir. Tangannya menyeka pipi yang telah basah."Ini," ucap Aditya memberikan tisu."Makasih, Dit. Gak tahu nih kenapa jadi kelilipan," dusta Dini sambil tertawa. Tawa yang sangat dipaksakan.Aditya hanya tersenyum."Dit, aku kayaknya turun di depan aja. Aku baru ingat mau ke rumah Mama," pinta Dini pada Aditya."Biar aku antar aja, Din.""Gak usah, Dit. Agak jauh nanti aku ngerepotin kamu," tolak Dini.Aditya tau apa yang sedang Dini rasakan, tak mungkin membiarkan wanita itu sendirian."Tadi kan awalnya kamu setuju untuk aku antar pulang. Kalau gitu aku antar kamu pulang ke apartemen aja. Kalau setelah itu kamu mau ke rumah orang tua kamu, itu terserah. Yang jelas aku sudah ngantar kamu sesuai dengan kesepakatan di awal," dalih Aditya.Dini hanya terdiam. Ia kembali
Read more

Sikap Kasar Bagas

Dini tak sengaja melihat layar ponsel Bagas yang menyala. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.‘Ay’ gumam Dini membaca isi pesan yang muncul di layar ponsel Bagas. Pikirannya mulai berkecamuk. Saat Bagas datang dari dapur, tanpa basa basi Dini langsung menanyakan perihal isi pesan itu.“Orang salah kirim kali, Din,” sahut Bagas santai seraya menikmati cemilan yang Dini buatkan.“Salah kirim? Tapi kenapa terdengar seperti panggilan kesayangan?” tanya Dini lagi.“Ya aku gak tahu, Din. Namanya juga orang salah kirim,” jawab Bagas.“Kalau gitu kamu buka lalu kamu balas pesannya,” kata Dini sedikit ngotot sambil menyodorkan ponsel milik suaminya.“Ngapain? Gak usah lah. Capek-capekin aja.” Bagas menerima ponselnya dari tangan Dini namun langsung meletakkannya kembali di atas meja.“Capek apanya? Cuma buka, lalu kamu balas. Kalau kamu capek, biar aku yang balas,” ucap Dini kembali mengambil ponsel milik Bagas dan memberikannya pada Bagas. “Gak usah.
Read more

Main Ke Rumah Mira

Mengambil kemeja Bagas dari keranjang pakaian kotor, entah mengapa muncul keinginan Dini untuk membaui kemeja yang telah suaminya itu pakai. Aroma parfum yang biasa Bagas pakai tercium jelas di hidung Dini telah tercampur dengan aroma parfum lain. Berkali-kali ia membaui, tetap sama. Aroma parfum yang tertinggal di kemeja Bagas itu bukan milik Bagas.“Kamu ganti parfum?” tanya Dini dengan nada rendah. Masih pagi dan Dini tak ingin ribut dengan Bagas.“Nggak. Parfumku masih yang itu. Parfum yang kamu belikan waktu itu. Kenapa?” tanya Bagas mendelik.“Baunya beda,” kata Dini menyodorkan kemeja itu.Bagas langsung membaui kemeja bekas pakainya. “Sama kok. Ini baunya sama kaya parfum yang biasa aku pakai.”“Beda, Gas. Kamu gak bisa cium?” Dini kembali menyodorkan kemeja berwarna biru itu.“Sama. Kamu yang gak bisa cium, Din.” Bagas bersikeras.“Gas,” lirih Dini.“Sama, Din. Kamu gak bisa cium?” Bagas naik pitam.“Gas, aku cuma nanya. Kamu kenapa marah
Read more

Bali

Duduk bersandar di kursi kerjanya, Bagas memandang layar laptop dengan pikiran yang berkelana kemana-mana. Kadang ia teringat ekspresi wajah Dini saat menangis, lalu berganti dengan gaya manja Prita. Bagas sendiri sebenarnya tak tahu apa yang mendorongnya mau untuk meladeni Prita. Ada rasa puas saat ia melihat sikap Prita yang membutuhkannya, namun ia juga tak bisa melihat istrinya menangis. Seketika ia langsung merasa bersalah. Ia memainkan pulpen di jemari tangannya. Mulai memikirkan cara agar bisa terus meladeni Prita namun tidak melukai Dini. Ia masih ingin melihat Prita mengemis untuk kembali padanya.***Setelah beberapa hari berturut-turut Bagas menunjukkan gelagat yang tak biasa. Hari ini ia kembali seperti Bagas yang Dini kenal. Sepanjang malam hingga pagi menjelang, ia tak membiarkan Dini jauh darinya.“Kemana? Kan hari ini kamu gak kerja?” Bagas memeluk erat Dini.“Aku mau ke kamar mandi, Gas. Sakit perut,” ucap Dini masih berusaha melepaskan diri dari Bagas.“Kamu ih. Haru
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status