Membuka matanya perlahan, Dini merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya. Ia lalu menunduk dan melihat pada bagian atas tubuhnya, terdapat beberapa jejak merah yang Bagas tinggalkan. Senyum malu-malu tersungging di bibirnya. Ia lalu membenamkan diri dalam dekapan Bagas yang juga menyambutnya dengan mempererat dekapannya. Baru beberapa detik, Dini kemudian terperanjat dan meronta."Ada apa, Din?" tanya Bagas membuka mata."Sudah pagi, Gas. Sudah jam delapan lewat," kata Dini menunjuk jam yang berada tepat di depan kasur mereka."Yaudah lah, tidur lagi aja," sahut Bagas santai."Aku kerja, Gas. Kamu enak bisa masuk kerja sesuka kamu," bantah Dini. Baru akan menyibakkan selimut, Bagas kembali menarik tangan istrinya."Gas, aku harus kerja," ucap Dini."Kamu sudah terlambat. Mau nyampe kantor jam berapa?""Ya aku bisa ngasih alasan sama orang kantor nanti," kata Dini."Ambil ponsel kamu sini," pinta Bagas pada Dini."Buat apa?""Ambil aja dulu," tukas Bagas dengan sebelah tangan menenga
Read more