Semua Bab Malaikat Juga Tahu (Cinta Andini) : Bab 41 - Bab 50

54 Bab

Bali 2

Selesai makan malam, mereka masih menikmati waktu bersantai di restoran."Mama telepon," kata Dini menunjukkan layar ponselnya. Panggilan video."Angkat aja," suruh Bagas.Mengusap layar ponselnya ke arah atas, Dini menerima panggilan dari Mira."Hai, Ma," sapa Dini melambaikan tangan. Tampak Mira dan Mama di layar ponselnya. Wajah Dini langsung berubah cerah saat melihat wajah Mama. Walau sebenarnya dia juga cukup sering video call dengan Mama di berbagai kesempatan."Yang lagi liburan," ucap Mira dan Mama kompak sambil mengumbar senyum bahagia.Dini tertawa kecil."Gas, Bagas," panggil Mira. Dini langsung memberikan ponselnya."Iya, Ma. Hai, Ma." Bagas menyapa Ibu mertuanya."Harus bawa hasil ya. Ingat itu," ucap Mira. Bagas mengarahkan kamera pada Dini."Ingat pesan Mama ya, Din," ucap Mira."Iya, Ma," sahut Dini malu-malu."Have fun ya," kata Mira mengakhiri panggilan video itu."Kita ke kamar sekarang?" tanya Bagas mengembalikan ponsel milik Dini."Iya. Aku capek, ngantuk juga."
Baca selengkapnya

Masih Berada Di Bali

Setelah kemarin puas bermain air terjun dan mendatangi beberapa tempat kuliner, hari ini Bagas dan Dini menikmati senja di pantai sambil menunggu jam makan malam. Netra Dini dan Bagas tak lepas dari pemandangan bule yang lalu lalang di depan mereka."Setelah makan malam ini kita mau kemana?" tanya Bagas saat makan malam mereka tengah disajikan."Di kamar aja kali. Cuacanya dingin banget," sahut Dini sambil menggosok-gosok kedua lengan tangan."Oke." Bagas meraih ponselnya kemudian tampak sibuk sebentar.'Ngapain dia' tanya Dini dalam hati melihat gelagat aneh suaminya itu.Bagas tampak menikmati sajian yang ada di depannya sampai-sampai ia tak banyak bicara. Pikiran negatif mulai merasuk otaknya."Hufh." Dini menghela nafas panjang sambil menutup sendok dan garpunya tanda ia telah selesai makan."Kenapa? Kayak capek gitu.""Ngantuk. Aku mau balik ke kamar duluan," kata Dini."Tungguin, Din. Aku masih makan," ucap Bagas menahan Dini yang telah beranjak dari tempatnya duduk."Kalau kamu
Baca selengkapnya

Liburan Telah Usai

+628xxxAy, aku balik duluan. Aku tunggu kamu di Jakarta.Pesan yang Prita kirimkan langsung dihapus oleh Bagas. Senyum sinis terukir di bibirnya. Ia lalu meletakkan ponselnya dan menghampiri Dini yang telah siap untuk melakukan spa bersama di hotel tempat mereka menginap."Aku sudah siap, Gas," kata Dini meraih ponselnya.Hari ini Dini terlihat menggoda dengan mengenakan dress berwarna soft pink dengan punggung dan bahu yang sedikit terbuka."Kenapa harus pakai baju kayak gini sih," kata Bagas mendaratkan bibirnya di bahu mulus Dini.Meninggalkan kamar, mereka diantar oleh petugas hotel ke tempat spa. Setelah berganti pakaian, mereka berdua menikmati setiap perawatan yang diberikan. Diakhiri dengan mandi susu berdua."Jadi gak pengen pulang dari sini kalau kita berdua begini setiap hari. Ngabisin waktu bersama dengan kamu kemana-mana. Menikmati setiap sisi liar kamu," bisik Bagas di telinga Dini."Apa sih," kata Dini malu mencubit perut Bagas."Memang benar kan. Kamu ternyata punya b
Baca selengkapnya

Aroma Asing Di Mobil

Setelah menunggu hampir satu jam, mobil Bagas akhirnya terlihat juga memasuki halaman kantor Dini."Akhirnya. Makasih ya kamu sudah nemenin aku, Dit," kata Dini menyimpan ponselnya ke dalam tas. Sedari tadi Aditya menemaninya menunggu jemputan Bagas di lobby kantor."Buat kamu apa sih yang enggak, Din," ucap Aditya."Eh, hampir lupa. Ini buat kamu," kata Dini memberikan beberapa souvenir dan sekotak pie susu khas Bali untuk Aditya."Makasih ya. Kamu cepet balik dari cuti aja aku sudah seneng. Beberapa kali aku ke sini gak lihat kamu kayak ada yang kurang," kata Aditya membuat Dini merasakan sesuatu."Hahaha. Bisa aja kamu, Dit. Aku duluan ya. Kamu nanti baliknya hati-hati ya. Dah," tukas Dini. Ia keluar dari lobby kantor dan menghampiri Bagas di dalam mobil."Maaf ya buat kamu nunggu lama, Sayang," ucap Bagas tak enak."Gapapa, Mas. Yang penting kita ke rumah Mamanya sama-sama," sahut Dini. Ia menoleh saat Aditya lewat di samping mobil Bagas."Kita ja
Baca selengkapnya

Saling Berdua Bukan Dengan Pasangan

Bertemu lagi dengan Aditya di kantor, ada rasa senang di hati Dini."Ketemu Pak Hasan ya, Dit?" tanya Dini yang baru saja dari toilet."Tepatnya sih ketemu kamu, Din," jawab Aditya santai. Sesantai tatapan matanya yang terlihat tulus."Hahaha, becanda aja. Aku antar ke ruangan Pak Hasan yuk," ajak Dini.Beranjak dari sofa, Aditya mengikuti Dini berjalan menuju ruangan Pak Hasan."Dit, silahkan masuk," kata Pak Hasan dari tempat duduknya.Dini membuka lebih lebar pintu di ruangan Pak Hasan dan mempersilahkan Aditya masuk. Ia lalu menutup pintu ruangan Pak Hasan dan kembali ke ruangan."Lama amat di toilet, Din," sergah Tiara begitu melihat Dini masuk."Tadi baru dari ruangan Pak Hasan ngantar Aditya," terang Dini."Oh. Eh kamu belum cerita gimana liburan kamu di Bali, seru gak?" Tiara memasang telinga siap mendengar cerita dari Dini."Biasa aja. Gak ada yang bisa diceritain. Mungkin lebih seru kerja kali dari," sahut Dini datar."Kok bisa g
Baca selengkapnya

Kenyataan Pahit

Setelah menunggu beberapa hari, akhirnya mobil yang Bagas belikan untuk Dini datang juga. Bagas sengaja meminta pada pihak showroom untuk mengantarkan mobil itu di hari sabtu, saat mereka sama-sama sedang libur. “Cantik banget,” goda Bagas saat melihat Dini telah siap dengan pakaian casual nya.“Ya udah ayo, nanti supermarketnya penuh. Ini kan akhir pekan,” kata Dini.Bagas sengaja mengajak Dini untuk keluar dengan alasan membeli beberapa bahan makanan, padahal ia ingin memberikan kejutan pada Dini. Mobil miliknya yang sudah terparkir di basement.“Buka mobilnya, Gas,” kata Dini siap untuk masuk ke dalam mobil Bagas.“Buka sendiri. Ini kuncinya,” ucap Bagas sambil menekan tombol yang ada pada kunci itu.Terdengar bunyi yang bukan berasal dari mobil Bagas.“Mobil punya kamu, Sayang,” kata Bagas memeluk Dini.“Yang bener” Dini bertanya balik tak percaya. Mata berkaca-kaca saking senangnya.Bagas mengangguk.Begitu semangatnya, Dini langs
Baca selengkapnya

Pesan Sampah Dari Prita

Bagas begitu terkejut saat terbangun dan tak melihat Dini di sampingnya. Mengenakan pakaiannya, ia segera keluar kamar dan mengecek keberadaan Dini."Kenapa dia malah tidur di sini?" tanya Bagas bingung melihat istrinya tidur di sofa. Ia berjongkok dan menatap wajah Dini dari dekat. Wajahnya terlihat sembab dengan mata yang sedikit bengkak."Din… Dini, kamu sakit, Sayang?" tanya Bagas memegang kening istrinya itu.'Gak demam kok' ucap Bagas dalam hati. "Din," kata Bagas membangun Dini. Ia menggoyang-goyangkan bahu Dini pelan.Membuka mata perlahan, Dini merasakan pedas pada matanya karena terlalu lama menangis semalam."Kamu kenapa tidur di sini?""Gapapa, Gas. Aku nonton film kemarin. Aku mandi dulu ya, Gas," ucap Dini tak semangat. Ia benar-benar tak tahu harus bersikap apa setelah tahu Bagas dulu melakukan hal itu dengan mantan pacarnya. Yang sekarang kembali lagi dan Bagas masih menemuinya. Mungkin saja hal itu akan Bagas ulangi lagi.Bagas
Baca selengkapnya

Kehilangan Calon Buah Hati

Hari ini, Dini terpaksa lembur karena harus menyelesaikan laporan keuangan. Laporan yang akan disampaikan di rapat awal bulan yang jatuh di hari esok. Setelah menyimpan file dalam bentuk pdf dan mengirimkannya ke email atasannya, Dini bersiap pulang. Setelah hampir seminggu suasana di antara Bagas dan Dini tidak kondusif, kemarin mereka mulai kembali berbaikan. Dini merasa Bagas yang ia kenal dulu sudah kembali.Dini tetap memberi kabar pada suaminya akan pulang terlambat, seperti permintaan Bagas tadi pagi, meski tak ada balasan dari Bagas. Karena posisi akhir bulan, mungkin ia juga tengah lembur di kantor, pikirnya. Tak jauh dari kantornya, Dini menepikan mobil, dan berniat hendak membeli martabak kesukaan Bagas. Baru beberapa langkah meninggalkan mobilnya, Dini melihat mobil Bagas menepi.'Ih, sehati gitu' ucapnya dalam hati senang. Ia melangkah kaki lebih cepat agar bisa mengejutkan Bagas. Tangannya meraih pundak Bagas dan tersenyum. Namun senyum di bibir merahnya tak bertahan lam
Baca selengkapnya

Kehilangan Calon Buah Hati 2

Seorang dokter lain yang melihat dokter yang menangani Dini tadi, menghampiri."Dok, pasien tadi siapa?""Dokter Wina," ucap dokter Ningsih, dokter yang menangani Dini tadi. "Pasien, ibu muda. Baru selesai kuret dan pengangkatan kista. Kenapa? Dokter Wina kenal?""Mirip sama menantu temen saya, Dok. Namanya siapa?""Andini Wijaya kalau gak salah. Dia kesini gak sama suaminya, diantar sama teman kerjanya. Saya duluan ya, Dok," ucap dokter Ningsih."Ia, Dok." Dokter Wina kemudian menghubungi Mira. Ia yakin benar kalau pasien yang dilihatnya sekilas tadi, adalah menantu dari Mira, teman arisannya.Alunan lagu legend yang dibawakan oleh penyanyi internasional kelas atas terdengar memenuhi setiap sudut ruangan kamar."Ma, ada telepon." Teriakan kecil Hendri yang tengah serius menatap layar ponselnya membuat Mira yang sedang berada di depan meja rias, sedikit terkejut."Angkat dong, Pa. Mama lagi tanggung nih," kata Mira dengan jari yang masih memoles cream malam ke wajahnya."Gak bisa, Ma.
Baca selengkapnya

Rumah Sakit

Sepanjang malam Bagas menunggu di luar kamar karena Mira tak memperbolehkan ia masuk. Begitu melihat dokter dan beberapa perawat hendak masuk ke dalam, Bagas langsung beranjak dan mengikuti mereka masuk. Melihat itu, Mira tak mungkin langsung mengusir Bagas di depan dokter dan perawat.“Saya periksa dulu ya,” kata dokter itu ramah meminta izin untuk mengecek perut Dini.Meski sedikit tak enak, Dini tetap pasrah.“Masih ada keluhan?” tanya dokter itu lagi.“Gak ada sih, Dok,” sahut Dini dengan senyum tipis di bibirnya. Wajahnya sudah mulai cerah tidak pucat seperti kemarin.“Kalau gitu, nanti sore sudah bisa pulang ya,” ucap dokter itu sambil berjalan meninggalkan kamar Dini bersama satu perawat, sementara perawat yang lain memberikan obat untuk Dini.Begitu dokter dan perawat tadi telah keluar, Mira langsung berkacak pinggang menatap Bagas. Siap untuk menerkam anaknya itu.“Keluar,” kata Mira dengan jari telunjuk menunjuk ke arah pintu.“Ma,” lirih B
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status