Home / Rumah Tangga / Selir Hati Sang Penguasa / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Selir Hati Sang Penguasa: Chapter 51 - Chapter 60

84 Chapters

Chapter 51: Ancaman Cecilia

Irene terbaring di ranjang rumah sakit dengan kondisi lemah. Infus tergantung di sebelahnya, perlahan meneteskan cairan yang seharusnya membantu memulihkan kekuatannya. Namun, hatinya masih dipenuhi amarah dan kecewa karena rencananya untuk menghancurkan Kiara gagal total. Dalvin telah mengetahui ulahnya, dan kini ia terisolasi. Tidak ada yang memihaknya, dan kondisinya terus memburuk karena tekanan emosional.Kondisi Irene memang lemah. Akan tetapi ia memaksakan diri agar mendapatkan apa yang diinginkannya. Bukan Irene namanya jika ia tidak bisa melakukan apapun yang diinginkannya.Pintu kamar Irene tiba-tiba terbuka dengan kasar, membuat suara dentingan yang nyaring. Irene menoleh dengan lemah, hanya untuk melihat sosok Cecilia memasuki ruangan dengan langkah cepat dan sorot mata penuh kebencian.Cecilia, meskipun baru berusia 22 tahun, memiliki kepercayaan diri dan kekuatan yang tidak bisa diremehkan. Dengan latar belakang keluarganya yang terpandang dan kekuasaan orangtuanya yang
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Chapter 52: Ketakutan Demi Ketakutan

Suasana pagi di kediaman dinas gubernur terasa lebih sunyi dari biasanya. Dalvin harus berangkat ke Palembang untuk menghadiri pertemuan para pejabat. Meski biasanya Kiara selalu mendampingi suaminya dalam acara-acara resmi, kali ini kondisi kehamilannya yang semakin membesar membuatnya tidak memungkinkan untuk bepergian jauh. Tubuhnya masih sering terasa lemah, dan Dalvin tahu betul bahwa perjalanan ini terlalu berat untuk Kiara.Di ruang tamu, Dalvin mengenakan jas resmi, bersiap untuk pergi. Kiara duduk di sofa dengan wajah pucat, tangannya menggenggam erat cangkir teh yang sudah dingin. Matanya tampak cemas, mengikuti setiap gerak-gerik suaminya. Dalvin menghampirinya, menunduk untuk mencium keningnya dengan lembut.“Kau yakin baik-baik saja di sini, Kiara?” Dalvin bertanya lembut, meski ada nada khawatir dalam suaranya.Kiara mengangguk pelan, meski tatapannya menghindari mata suaminya. “Aku baik-baik saja, jangan khawatir. Ini bukan pertama kalinya aku tinggal di sini sendirian
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Chapter 53: Menjauhi Sorotan

Kiara duduk di atas ranjang pemeriksaan dengan tatapan kosong. Dokter di hadapannya berbicara dengan suara lembut dan tenang, namun tidak mampu mengurangi kecemasan yang berkecamuk di hatinya. Dimas berdiri di sampingnya, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang sama.“Bu Kiara,” dokter memulai dengan nada penuh pengertian. “Saat ini, kondisi kehamilan Anda membutuhkan perhatian khusus. Ibu mengalami stres berat, yang tidak hanya memengaruhi kondisi fisik, tetapi juga perkembangan janin. Demi kesehatan Ibu dan bayi, sangat penting bagi Ibu untuk beristirahat dengan cukup dan menghindari hal-hal yang bisa memperparah stres.”Kiara menunduk, menahan napas sejenak. Mendengar penjelasan dokter itu membuatnya sadar bahwa kehamilan ini lebih rumit dari yang ia kira. Ini adalah kehamilan pertamanya, sesuatu yang seharusnya membahagiakan, tetapi kini terasa berat karena tekanan yang ia rasakan. Sorotan media, ancaman dari Irene, serta beban yang datang dari posisinya sebagai istri gubernur tela
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Chapter 54: Kedamaian Macam Apa?

Kiara duduk di tepi tempat tidur, menggenggam ponselnya dengan tangan gemetar. Panggilan dari Dalvin baru saja berakhir, menyisakan ruang dalam hati yang terasa kosong. Ia memandang layar ponsel yang kini redup, meresapi setiap kata yang baru saja disampaikan oleh suaminya. Rasa kecewa dan perih berbaur menjadi satu.Dalvin menelefon hanya untuk mengatakan bahwa ia tak bisa menemui Kiara dalam waktu dekat. Ancaman dan sorotan media yang semakin ketat membuat Dalvin khawatir bahwa ada yang akan melacak keberadaan Kiara jika ia sering mengunjunginya di vila terpencil itu. Dalvin memang menginginkan keturunan dari Kiara, sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat, namun kini Kiara merasa seolah terjebak, seperti bayangan yang ditinggalkan sendirian dalam kegelapan."Dalvin, bagaimana mungkin aku harus terus menunggu seperti ini?" gumam Kiara pelan, airmata menggenang di matanya. "Benar, aku hanya alat untuk menghasilkan keturunanmu saja."Dimas, yang telah mengamati ekspresi Kiara dari k
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Chapter 55: Pengabaian

Pagi di vila terasa sunyi dan damai. Sinar matahari menembus jendela, menyinari ruang makan yang sederhana namun nyaman. Dimas, mengenakan kaus polos dan celana training, sibuk di dapur. Berbeda dari biasanya, kali ini ia meninggalkan pakaian formalnya. Ia tampak lebih santai, seperti laki-laki pada umumnya, dan ia berharap tampilan kasualnya dapat membuat Kiara merasa lebih nyaman dan akrab.Agaknya, kehidupan Dimas berubah drastis semenjak wanita bernama Kiara hadir di hidupnya. Ia telah mengubah mindset yang selama ini terpatri sebagai bawahan Tuan Dalvin. Ia tidak boleh jatuh cinta dan mengabdi sepenuh hati pada pria itu. Namun, kenapa kali ini Dimas melanggar prinsipnya? Kenapa wanita yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali adalah Kiara?Di meja, ia telah menyiapkan susu khusus untuk ibu hamil, beberapa buah segar, dan roti panggang dengan olesan mentega dan selai. Dimas ingin memberikan Kiara sarapan yang lembut untuk mengawali hari, terutama mengingat kondisinya yang sed
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Chapter 56: Ketidakberdayaan

Di ruang kerja yang sunyi dan dipenuhi oleh ketegangan, Dalvin duduk di belakang mejanya dengan tangan yang terlipat di depan dada, matanya tertuju tajam pada pria di hadapannya—ayahanda Irene, seorang tokoh berpengaruh yang disegani di kalangan politisi dan pejabat. Kehadirannya menimbulkan aura tak menyenangkan, namun Dalvin tahu, pembicaraan ini tak bisa ia hindari.Dalvin tahu, pria itu akan jadi puncak kelemahan yang harus ia hadapi.“Kau mengecewakan kami, Dalvin,” kata pria itu dengan nada dingin. “Menikah lagi? Menunjukkan istrimu yang kedua ke hadapan publik seolah-olah Irene tak pernah ada dalam hidupmu?” Suaranya rendah namun penuh ancaman, jelas tak menyembunyikan ketidaksukaannya.Dalvin menegakkan punggungnya, mencoba mengendalikan diri. “Dengan segala hormat, Pak, pernikahan saya dengan Kiara adalah keputusan pribadi. Saya berhak menjalani kehidupan yang saya pilih, sama seperti Irene yang juga memiliki kehidupan dan pilihan sendiri.” ujar Dalvin, membela diri.Pria it
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Chapter 57: Hanyalah Alat

Dalvin melangkah masuk ke ruangan Irene dengan perasaan berat. Setelah pertemuan terakhir dengan ayahanda Irene, yang meninggalkan ancaman jelas, dia tahu pertemuan ini tak bisa lagi dihindari. Langkahnya terasa berat, seolah ada beban yang tak terangkat, dan jantungnya berdebar dengan setiap langkah mendekati tempat Irene beristirahat. Dalvin menatap sejenak sosok Irene yang tengah duduk dengan sikap angkuh, menatapnya dengan tatapan penuh kemenangan.“Selamat datang, Dalvin,” ucap Irene dengan senyum sinis, seolah-olah sudah yakin bahwa ini adalah saat kemenangannya. “Akhirnya kau kembali padaku.”Dalvin menatapnya dengan tatapan tak terbaca, mencoba menahan emosi yang bergolak dalam dadanya. “Kau tahu aku di sini karena perintah ayahmu, Irene. Jangan anggap ini seperti yang kau harapkan.”Irene tersenyum tipis, lalu mengangkat bahunya dengan santai. “Dalvin, selama aku masih hidup, kau tidak akan pernah bisa melangkah sejauh itu. Kau tahu kekuatan keluargaku dan siapa aku di matam
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Chapter 58: Teror Sang Penguasa

Kiara terbangun dengan jantung berdebar kencang. Seperti ada firasat buruk yang tak henti menghantui pikirannya. Dimas, yang tidur di sofa kamar sebelah untuk berjaga, segera terbangun ketika mendengar suara dari kamar Kiara.“Kiara, ada apa?” tanya Dimas, segera berlari mendekati pintu kamar. Di dalam, Kiara sedang duduk sambil memegang perutnya dengan napas tak beraturan.“Entahlah, aku merasa cemas… sangat cemas,” jawab Kiara dengan suara bergetar. Wajahnya tampak pucat, seolah-olah tubuhnya bisa merasakan ada sesuatu yang salah.Dimas meraih tangannya, mencoba menenangkan. “Apa kamu merasa tidak sehat? Haruskah aku memanggil dokter?”Kiara menggelengkan kepala, berusaha menahan air mata. “Bukan soal kesehatan, Dimas. Aku hanya… entah kenapa, aku merasa ada yang akan terjadi. Rasa takut ini tidak bisa kuhentikan.”Dimas menggenggam tangan Kiara dengan lembut. “Aku di sini, Kiara. Aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu atau bayi ini. Percayalah.”Namun, sebelum Dimas bisa
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Chapter 59: Upaya Dimas

Kiara berlari dengan napas yang semakin berat, dadanya sesak, tapi ia tahu tak ada pilihan selain terus bergerak. Sepanjang jalan setapak itu, gemerisik dedaunan terdengar jelas di tengah keheningan malam. Setiap kali angin menerpa, rasa takut seakan makin menancap di hatinya. Ia menggigit bibirnya, menahan air mata yang ingin pecah. Suara tembakan itu masih terngiang di benaknya. Dimas… apa yang terjadi padanya?“Aku harus tetap tenang… aku harus keluar dari sini,” gumam Kiara, berusaha menyemangati diri. Keinginannya untuk bertahan hidup semakin kuat karena bayi yang dikandungnya. Dia menaruh tangan di perutnya, berharap bisa melindungi kehidupan kecil yang ada di dalam sana.Langkah-langkahnya semakin berat saat kakinya mulai lelah. Namun, di kejauhan, ia melihat bayangan rumah kayu kecil dengan lampu menyala di beranda. Dengan segenap tenaga, Kiara berjalan menuju rumah itu, berharap siapa pun yang tinggal di sana bisa membantunya.Sesampainya di depan pintu, ia mengetuk keras, b
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Chapter 60: Melarikan Diri

Dimas duduk di kursi pesawat, tangannya erat menggenggam tangan Kiara yang masih terlihat bingung dan sedikit ketakutan. Pandangan Kiara terpaku pada jendela, melihat daratan yang perlahan menjauh di bawah awan-awan. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan kegelisahan yang tak kunjung reda sejak Dimas memutuskan untuk membawanya pergi ke Belanda.“Dimas…,” Kiara mulai, suaranya nyaris berbisik di tengah deru mesin pesawat yang perlahan mengudara. Ia menatap Dimas dengan pandangan tak yakin. “Apakah ini benar? Bagaimana kalau Dalvin mencariku? Bukankah kita malah memperburuk keadaan?”Dimas memandang Kiara, dengan raut wajah penuh kesungguhan. “Aku tahu, Kiara. Aku tahu ini tidak mudah. Tapi aku juga tahu, jika kita terus tinggal di sana, bahaya itu akan terus menghantui kita. Irene, ancaman-ancamannya… semua itu bukan sekadar gertakan. Kau tahu itu.” Suaranya tegas, meski lembut. Dimas ingin Kiara memahami, bahwa ini bukan sekadar keputusan spontan tanpa dasar.Kiara diam, p
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status