Home / Rumah Tangga / Selir Hati Sang Penguasa / Chapter 52: Ketakutan Demi Ketakutan

Share

Chapter 52: Ketakutan Demi Ketakutan

Author: ARCELYOS
last update Last Updated: 2024-12-01 23:32:26

Suasana pagi di kediaman dinas gubernur terasa lebih sunyi dari biasanya. Dalvin harus berangkat ke Palembang untuk menghadiri pertemuan para pejabat. Meski biasanya Kiara selalu mendampingi suaminya dalam acara-acara resmi, kali ini kondisi kehamilannya yang semakin membesar membuatnya tidak memungkinkan untuk bepergian jauh. Tubuhnya masih sering terasa lemah, dan Dalvin tahu betul bahwa perjalanan ini terlalu berat untuk Kiara.

Di ruang tamu, Dalvin mengenakan jas resmi, bersiap untuk pergi. Kiara duduk di sofa dengan wajah pucat, tangannya menggenggam erat cangkir teh yang sudah dingin. Matanya tampak cemas, mengikuti setiap gerak-gerik suaminya. Dalvin menghampirinya, menunduk untuk mencium keningnya dengan lembut.

“Kau yakin baik-baik saja di sini, Kiara?” Dalvin bertanya lembut, meski ada nada khawatir dalam suaranya.

Kiara mengangguk pelan, meski tatapannya menghindari mata suaminya.

“Aku baik-baik saja, jangan khawatir. Ini bukan pertama kalinya aku tinggal di sini sendirian
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 53: Menjauhi Sorotan

    Kiara duduk di atas ranjang pemeriksaan dengan tatapan kosong. Dokter di hadapannya berbicara dengan suara lembut dan tenang, namun tidak mampu mengurangi kecemasan yang berkecamuk di hatinya. Dimas berdiri di sampingnya, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang sama.“Bu Kiara,” dokter memulai dengan nada penuh pengertian. “Saat ini, kondisi kehamilan Anda membutuhkan perhatian khusus. Ibu mengalami stres berat, yang tidak hanya memengaruhi kondisi fisik, tetapi juga perkembangan janin. Demi kesehatan Ibu dan bayi, sangat penting bagi Ibu untuk beristirahat dengan cukup dan menghindari hal-hal yang bisa memperparah stres.”Kiara menunduk, menahan napas sejenak. Mendengar penjelasan dokter itu membuatnya sadar bahwa kehamilan ini lebih rumit dari yang ia kira. Ini adalah kehamilan pertamanya, sesuatu yang seharusnya membahagiakan, tetapi kini terasa berat karena tekanan yang ia rasakan. Sorotan media, ancaman dari Irene, serta beban yang datang dari posisinya sebagai istri gubernur tela

    Last Updated : 2024-12-01
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 54: Kedamaian Macam Apa?

    Kiara duduk di tepi tempat tidur, menggenggam ponselnya dengan tangan gemetar. Panggilan dari Dalvin baru saja berakhir, menyisakan ruang dalam hati yang terasa kosong. Ia memandang layar ponsel yang kini redup, meresapi setiap kata yang baru saja disampaikan oleh suaminya. Rasa kecewa dan perih berbaur menjadi satu.Dalvin menelefon hanya untuk mengatakan bahwa ia tak bisa menemui Kiara dalam waktu dekat. Ancaman dan sorotan media yang semakin ketat membuat Dalvin khawatir bahwa ada yang akan melacak keberadaan Kiara jika ia sering mengunjunginya di vila terpencil itu. Dalvin memang menginginkan keturunan dari Kiara, sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat, namun kini Kiara merasa seolah terjebak, seperti bayangan yang ditinggalkan sendirian dalam kegelapan."Dalvin, bagaimana mungkin aku harus terus menunggu seperti ini?" gumam Kiara pelan, airmata menggenang di matanya. "Benar, aku hanya alat untuk menghasilkan keturunanmu saja."Dimas, yang telah mengamati ekspresi Kiara dari k

    Last Updated : 2024-12-02
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 55: Pengabaian

    Pagi di vila terasa sunyi dan damai. Sinar matahari menembus jendela, menyinari ruang makan yang sederhana namun nyaman. Dimas, mengenakan kaus polos dan celana training, sibuk di dapur. Berbeda dari biasanya, kali ini ia meninggalkan pakaian formalnya. Ia tampak lebih santai, seperti laki-laki pada umumnya, dan ia berharap tampilan kasualnya dapat membuat Kiara merasa lebih nyaman dan akrab.Agaknya, kehidupan Dimas berubah drastis semenjak wanita bernama Kiara hadir di hidupnya. Ia telah mengubah mindset yang selama ini terpatri sebagai bawahan Tuan Dalvin. Ia tidak boleh jatuh cinta dan mengabdi sepenuh hati pada pria itu. Namun, kenapa kali ini Dimas melanggar prinsipnya? Kenapa wanita yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali adalah Kiara?Di meja, ia telah menyiapkan susu khusus untuk ibu hamil, beberapa buah segar, dan roti panggang dengan olesan mentega dan selai. Dimas ingin memberikan Kiara sarapan yang lembut untuk mengawali hari, terutama mengingat kondisinya yang sed

    Last Updated : 2025-01-01
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 56: Ketidakberdayaan

    Di ruang kerja yang sunyi dan dipenuhi oleh ketegangan, Dalvin duduk di belakang mejanya dengan tangan yang terlipat di depan dada, matanya tertuju tajam pada pria di hadapannya—ayahanda Irene, seorang tokoh berpengaruh yang disegani di kalangan politisi dan pejabat. Kehadirannya menimbulkan aura tak menyenangkan, namun Dalvin tahu, pembicaraan ini tak bisa ia hindari.Dalvin tahu, pria itu akan jadi puncak kelemahan yang harus ia hadapi.“Kau mengecewakan kami, Dalvin,” kata pria itu dengan nada dingin. “Menikah lagi? Menunjukkan istrimu yang kedua ke hadapan publik seolah-olah Irene tak pernah ada dalam hidupmu?” Suaranya rendah namun penuh ancaman, jelas tak menyembunyikan ketidaksukaannya.Dalvin menegakkan punggungnya, mencoba mengendalikan diri. “Dengan segala hormat, Pak, pernikahan saya dengan Kiara adalah keputusan pribadi. Saya berhak menjalani kehidupan yang saya pilih, sama seperti Irene yang juga memiliki kehidupan dan pilihan sendiri.” ujar Dalvin, membela diri.Pria it

    Last Updated : 2025-01-02
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 57: Hanyalah Alat

    Dalvin melangkah masuk ke ruangan Irene dengan perasaan berat. Setelah pertemuan terakhir dengan ayahanda Irene, yang meninggalkan ancaman jelas, dia tahu pertemuan ini tak bisa lagi dihindari. Langkahnya terasa berat, seolah ada beban yang tak terangkat, dan jantungnya berdebar dengan setiap langkah mendekati tempat Irene beristirahat. Dalvin menatap sejenak sosok Irene yang tengah duduk dengan sikap angkuh, menatapnya dengan tatapan penuh kemenangan.“Selamat datang, Dalvin,” ucap Irene dengan senyum sinis, seolah-olah sudah yakin bahwa ini adalah saat kemenangannya. “Akhirnya kau kembali padaku.”Dalvin menatapnya dengan tatapan tak terbaca, mencoba menahan emosi yang bergolak dalam dadanya. “Kau tahu aku di sini karena perintah ayahmu, Irene. Jangan anggap ini seperti yang kau harapkan.”Irene tersenyum tipis, lalu mengangkat bahunya dengan santai. “Dalvin, selama aku masih hidup, kau tidak akan pernah bisa melangkah sejauh itu. Kau tahu kekuatan keluargaku dan siapa aku di matam

    Last Updated : 2025-01-02
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 58: Teror Sang Penguasa

    Kiara terbangun dengan jantung berdebar kencang. Seperti ada firasat buruk yang tak henti menghantui pikirannya. Dimas, yang tidur di sofa kamar sebelah untuk berjaga, segera terbangun ketika mendengar suara dari kamar Kiara.“Kiara, ada apa?” tanya Dimas, segera berlari mendekati pintu kamar. Di dalam, Kiara sedang duduk sambil memegang perutnya dengan napas tak beraturan.“Entahlah, aku merasa cemas… sangat cemas,” jawab Kiara dengan suara bergetar. Wajahnya tampak pucat, seolah-olah tubuhnya bisa merasakan ada sesuatu yang salah.Dimas meraih tangannya, mencoba menenangkan. “Apa kamu merasa tidak sehat? Haruskah aku memanggil dokter?”Kiara menggelengkan kepala, berusaha menahan air mata. “Bukan soal kesehatan, Dimas. Aku hanya… entah kenapa, aku merasa ada yang akan terjadi. Rasa takut ini tidak bisa kuhentikan.”Dimas menggenggam tangan Kiara dengan lembut. “Aku di sini, Kiara. Aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu atau bayi ini. Percayalah.”Namun, sebelum Dimas bisa

    Last Updated : 2025-01-02
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 59: Upaya Dimas

    Kiara berlari dengan napas yang semakin berat, dadanya sesak, tapi ia tahu tak ada pilihan selain terus bergerak. Sepanjang jalan setapak itu, gemerisik dedaunan terdengar jelas di tengah keheningan malam. Setiap kali angin menerpa, rasa takut seakan makin menancap di hatinya. Ia menggigit bibirnya, menahan air mata yang ingin pecah. Suara tembakan itu masih terngiang di benaknya. Dimas… apa yang terjadi padanya?“Aku harus tetap tenang… aku harus keluar dari sini,” gumam Kiara, berusaha menyemangati diri. Keinginannya untuk bertahan hidup semakin kuat karena bayi yang dikandungnya. Dia menaruh tangan di perutnya, berharap bisa melindungi kehidupan kecil yang ada di dalam sana.Langkah-langkahnya semakin berat saat kakinya mulai lelah. Namun, di kejauhan, ia melihat bayangan rumah kayu kecil dengan lampu menyala di beranda. Dengan segenap tenaga, Kiara berjalan menuju rumah itu, berharap siapa pun yang tinggal di sana bisa membantunya.Sesampainya di depan pintu, ia mengetuk keras, b

    Last Updated : 2025-01-02
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 60: Melarikan Diri

    Dimas duduk di kursi pesawat, tangannya erat menggenggam tangan Kiara yang masih terlihat bingung dan sedikit ketakutan. Pandangan Kiara terpaku pada jendela, melihat daratan yang perlahan menjauh di bawah awan-awan. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan kegelisahan yang tak kunjung reda sejak Dimas memutuskan untuk membawanya pergi ke Belanda.“Dimas…,” Kiara mulai, suaranya nyaris berbisik di tengah deru mesin pesawat yang perlahan mengudara. Ia menatap Dimas dengan pandangan tak yakin. “Apakah ini benar? Bagaimana kalau Dalvin mencariku? Bukankah kita malah memperburuk keadaan?”Dimas memandang Kiara, dengan raut wajah penuh kesungguhan. “Aku tahu, Kiara. Aku tahu ini tidak mudah. Tapi aku juga tahu, jika kita terus tinggal di sana, bahaya itu akan terus menghantui kita. Irene, ancaman-ancamannya… semua itu bukan sekadar gertakan. Kau tahu itu.” Suaranya tegas, meski lembut. Dimas ingin Kiara memahami, bahwa ini bukan sekadar keputusan spontan tanpa dasar.Kiara diam, p

    Last Updated : 2025-01-02

Latest chapter

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 84: Dalvin dan Dimas

    Ruangan rumah sakit penuh dengan kesibukan. Dokter dan perawat berseliweran, membawa berbagai peralatan menuju ruang operasi. Di tengah suasana panik itu, Dimas berdiri di lorong dengan wajah tegang. Sementara itu, Dalvin berdiri tidak jauh darinya, rahangnya mengeras dan matanya tak pernah lepas dari Dimas.Dalvin bisa melihat cinta di mata Dimas. Tatapan mata yang belum pernah Dalvin lihat sepanjang hidupnya bersama Dimas. Karena itulah batin Dalvin berteriak, ia tidak mau melihat Dimas seperti itu.Dokter keluar dari ruang persalinan dengan langkah cepat, menghampiri mereka berdua. "Kami akan segera melakukan operasi caesar. Detak jantung bayi melemah, dan kami harus bertindak cepat," jelas dokter dengan nada serius."Dokter, tolong selamatkan mereka," ujar Dalvin tanpa ragu.Dimas mengangguk tegas. "Lakukan apa pun yang diperlukan. Jangan biarkan istriku atau bayinya terluka."Tatapan Dalvin berpindah ke Dimas, penuh kemarahan. Kata-kata dokter seolah tak terdengar, tenggelam ole

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 83: Dalvin Datang

    Di ruang kerjanya yang megah, Dalvin duduk termenung. Di hadapannya, segelas kopi yang sejak tadi tak tersentuh mulai mendingin. Sebuah laporan tebal tergeletak di atas meja, tak menarik perhatian Dalvin sama sekali. Pikirannya dipenuhi oleh satu nama—Kiara.Seorang pria berjas hitam berdiri di hadapannya, wajahnya tegas tapi penuh keraguan. Beliau adalah ajudan sekaligus Sekretaris yang kini menggantikan Dimas. Dalvin memutar bola mata, menatap pria itu saksama."Tuan Dalvin, laporan terakhir dari tim kami. Nona Kiara sudah dibawa ke rumah sakit di Amsterdam. Dari informasi yang kami dapat, kemungkinan besar beliau akan melahirkan dalam waktu dekat."Dalvin mengangkat wajahnya, tatapannya tajam. "Amsterdam? Jadi mereka benar-benar pergi sejauh itu..." gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri."Benar, Tuan. Tim kami memastikan Dimas masih mendampingi Nona Kiara. Mereka terlihat cukup hati-hati, tapi kami berhasil mengawasi pergerakan mereka," pria itu melanjutkan.Dalvin menghela napas

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 82: Tenangkan aku, Dimas

    Kiara terkulai lemah di atas ranjang hotel, matanya setengah terpejam karena kelelahan. Sejak beberapa hari terakhir, ia merasa gelisah dengan kontraksi-kontraksi palsu yang datang silih berganti. Setiap kali rasa sakit itu datang, tubuhnya menggigil dan perutnya terasa kencang. Meski begitu, ia tahu itu bukan tanda bahwa persalinan akan segera terjadi, tapi tetap saja, rasa tidak nyaman itu cukup membuatnya kelelahan."Aduh... Dimas..." Kiara mengeluh, memegangi perutnya yang semakin membesar.Kiara merasa sesak, dan kali ini rasa sakit itu seakan lebih kuat dari sebelumnya.Dimas yang berada di sampingnya, segera duduk di tepi ranjang dan menggenggam tangan Kiara dengan lembut. Sejak hari-hari terakhir di Amsterdam, ia tak bisa lagi menahan kekhawatiran melihat Kiara yang semakin menderita. Apalagi kalimat Dalvin, semua itu akan menjadi sebuah ancaman bagi Dimas dan Kiara ke depannya."Ada apa, sayang? Apakah rasa sakit itu semakin menjadi?" Dimas bertanya khawatir, matanya memandan

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 81: Dalvin Mengetahui Semuanya

    Dalvin duduk di ruang kerjanya yang luas, dikelilingi oleh tumpukan berkas dan file penting yang menanti untuk ditandatangani. Namun, hari itu pikirannya teralihkan oleh laporan yang baru saja ia terima. Di meja kerjanya, ponsel bergetar, menandakan panggilan masuk. Dalvin mengangkat telepon dengan wajah serius."Tuan Dalvin, saya punya kabar penting," suara suruhan Dalvin terdengar dari ujung telepon. "Kami telah melacak keberadaan Kiara dan Dimas. Mereka berada di Amsterdam."Dalvin terdiam sejenak, terkejut mendengar berita itu. Jantungnya berdebar kencang, dan seketika rasa cemas menyelubunginya. Amsterdam? Kiara dan Dimas? Tak pernah terlintas di pikirannya bahwa mereka akan pergi sejauh itu."Amsterdam?" Dalvin bertanya, berusaha tetap tenang meski hatinya berkecamuk. "Apa mereka melakukan perjalanan bersama? Ah ya tentu saja, maksudku apa mereka tinggal bersama?""Ya, Tuan," jawab suruhannya dengan nada hati-hati. "Mereka pergi bersama, dan yang lebih mengejutkan, mereka sudah

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 80: Diawasi

    Kiara duduk di sofa ruang keluarga dengan tangan memegangi perutnya yang semakin membesar. Wajahnya pucat, dan keringat dingin membasahi dahinya. Ia sering mengeluh mulas belakangan ini, dan rasa itu kian hari semakin intens. Dimas yang duduk di sampingnya tampak gelisah, mengawasi Kiara dengan tatapan cemas.“Kiara, kita harus pergi ke dokter sekarang,” desak Dimas, suaranya tegas namun penuh perhatian. "Ini dekat dengan HPL bukan?"“Tapi aku takut, Dimas,” jawab Kiara lirih. “Aku dengar prosedur pemeriksaan untuk pembukaan itu menyakitkan. Aku tidak tahu seperti apa, tapi katanya akan sakit.”Dimas menggenggam tangan Kiara dengan lembut. “Aku ada di sini. Apa pun yang terjadi, aku akan menemanimu. Ini demi kesehatanmu dan bayi yang kamu kandung. Jika nanti sakit, kamu boleh meremas tanganku dengan keras."Kiara menatap mata Dimas yang penuh keyakinan. Akhirnya, ia mengangguk meski hatinya masih dipenuhi kecemasan. Dengan sigap, Dimas membantu Kiara berdiri dan mengenakan mantel. Mer

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 79: Ambisi Cecilia

    Pagi itu, Dimas sedang sibuk di dapur. Ia mengaduk adonan pancake dengan cekatan sambil sesekali melirik ke arah Kiara yang duduk di sofa ruang tamu. Wanita itu tampak sibuk membaca buku tentang persiapan melahirkan, sesekali mengusap perutnya yang semakin besar. Dokter mengatakan bila menunggu dua minggu kedepan untuk melahirkan.“Kiara,” panggil Dimas dari dapur. “Kamu mau tambahan cokelat atau sirup maple di pancake-nya? Atau mau ditambahi ciuman dari aku?” imbuhnya.Kiara menoleh dan tersenyum kecil. Ia gemas pada Dimas yang sudah mulai gombal terhadapnya.“Sirup maple saja. Aku sedang mengurangi yang manis-manis. Kata Dokter berat badanku cepat naik, aku harus menjaganya supaya tidak sulit melahirkan."Dimas mengangguk, menuangkan adonan ke penggorengan. Suara desis adonan bertemu dengan wajan panas memenuhi ruangan, menciptakan aroma manis yang membuat suasana pagi terasa hangat.Namun, di tengah kehangatan itu, ponsel Dimas yang tergeletak di meja makan bergetar. Nama yang tert

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 78: Sakit di Dada

    Kiara terbangun di pagi itu dengan rasa sakit yang semakin mengganggu di dadanya. Beberapa kali ia terbangun dan meraba dadanya yang terasa sangat penuh dan membengkak. Setiap gerakan terasa begitu nyeri, dan meskipun ia mencoba untuk tidur, rasa sakit itu tak kunjung mereda."Ahh..." Kiara mengeluh pelan, meremas bantal yang ada di sampingnya. Ia tak bisa menahan rasa tidak nyaman itu lebih lama. Tak ada yang bisa membantunya kecuali Dimas, yang tidur dengan tenang di sebelahnya.Dimas yang terbangun mendengar suara desahan Kiara segera menoleh. "Kiara? Kamu kenapa?" tanyanya, suaranya penuh kekhawatiran. Matanya masih setengah terpejam, namun ia bisa melihat ekspresi kesakitan di wajah Kiara.Kiara menatap Dimas dengan tatapan penuh harap. "Dimas, dadaku... Sakit sekali," kata Kiara dengan nada lemah. "Aku merasa seperti hampir meledak, ini lebih sakit dari kemarin saat kamu memompanya. Keringatku juga dingin."Dimas menggaruk tengkuknya, sedikit bingung. Ia tidak tahu bagaimana har

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 77: Menyusun Rencana

    Cecilia melangkah keluar dari bandara dengan perasaan campur aduk. Di tangannya, ia menggenggam tiket pesawat yang baru saja ia gunakan untuk kembali ke Indonesia. Hatinya penuh dengan kecemasan dan tekad. Ia tahu, apa yang akan ia lakukan hari ini akan mengubah banyak hal, terutama bagi keluarga Kiara.Keluarga Kiara harus tahu bila putrinya hidup. Hanya itu yang ada di benak Cecilia.Perjalanan ke rumah keluarga Kiara terasa lebih panjang dari biasanya. Ia memandangi jalanan yang penuh kenangan, mengingat bagaimana dulu ia dan Kiara sering melewati jalan ini bersama. Kini, Kiara berada ribuan kilometer jauhnya, berjuang untuk hidup dan bayinya, sementara orangtuanya di sini tidak tahu apa-apa.Ketika mobil berhenti di depan rumah besar dengan taman rapi, Cecilia menarik napas dalam-dalam. Ia turun dari mobil dan melangkah ke pintu depan. Tangannya gemetar saat mengetuk pintu, seolah ia membawa beban yang terlalu berat untuk disampaikan. Semua salahnya, ia yang telah membawa Kiara da

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 76: Titah Kegelapan

    Di sebuah ruangan besar dengan pencahayaan redup, Irene duduk di kursi roda mewahnya. Wajahnya dingin, tanpa ekspresi, namun matanya menyiratkan kebencian yang dalam. Wanita itu belum puas dengan apa yang terjadi di hidupnya. Ia ingin siapapun yang ia benci, hancur lebur tak bersisa.Di hadapannya berdiri lima orang pria berpenampilan garang, berpakaian serba hitam, dengan wajah tanpa belas kasihan.Irene memutar cangkir teh di tangannya, aroma melati memenuhi udara. Ia menatap mereka satu per satu sebelum akhirnya berbicara dengan suara rendah namun penuh wibawa.“Kalian tahu kenapa kalian ada di sini?” tanya Irene, suaranya nyaris seperti bisikan namun cukup untuk membuat semua pria itu tegang.Salah satu dari mereka, seorang pria bertubuh besar dengan bekas luka di wajahnya, maju selangkah. “Kami akan mendengar perintah Anda, Nyonya. Kami siap menjalankan apa pun yang Anda inginkan.” ujar pria itu dengan tatapan tajam.Irene tersenyum tipis, namun senyumnya dingin seperti es. Wani

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status