Semua Bab Selir Hati Sang Penguasa: Bab 61 - Bab 70

84 Bab

Chapter 61: Perpisahan Yang Tidak Diinginkan

Dalvin duduk di kursi kantornya dengan raut wajah tegang. Tangannya meremas sebuah surat yang baru saja diterimanya. Berita tentang hilangnya Kiara dan Dimas sudah menyebar di kalangan stafnya. Para pembantu dan petugas keamanan di rumah dinas pun bungkam, tidak ada yang bisa memberi tahu dengan pasti ke mana Kiara pergi. Dalvin merasakan kegelisahan yang semakin hari semakin menyusup ke dalam pikirannya.Di dalam kekalutan itu, Dalvin tidak bisa menahan diri untuk mengkonfrontasi Irene. Namun, bayangan ayah Irene terus menghantuinya. Sang mertua sudah mengancam akan menghancurkan karier dan reputasinya jika ia terus bersikeras mempertahankan Kiara sebagai istrinya. Meski begitu, Dalvin tetap merasa tidak bisa menerima bahwa Irene terlibat dalam kepergian Kiara.Saat Irene masuk ke dalam ruangan, ia terlihat tenang, bahkan tersenyum puas. Dalvin menatapnya dengan tatapan tajam, menyimpan berbagai pertanyaan yang sulit terungkapkan.“Kau terlihat gelisah, Dalvin,” kata Irene dengan na
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

Chapter 62: Seolah Dilupakan

Di ruang kantor imigrasi Amsterdam, suasana terasa tenang namun penuh ketegangan. Dimas duduk bersama Kiara, saling berpandangan dengan perasaan campur aduk. Petugas di depan mereka dengan tenang menyiapkan dokumen-dokumen yang harus mereka isi, sesekali menatap keduanya dengan sikap profesional.“Pak Dimas dan Ibu Kiara, kami membutuhkan dokumen resmi yang menyatakan hubungan kalian sebagai pasangan,” ucap petugas itu dengan nada tegas namun sopan.Dimas menarik napas panjang, lalu mengangguk pelan. “Baik, Pak. Kami sudah menyiapkan dokumennya.”Kiara menatap Dimas dengan ekspresi penuh kebingungan dan kekhawatiran. “Dimas… apa yang sedang kau lakukan?” bisiknya pelan, hampir tak terdengar oleh petugas di depan mereka.Dimas menoleh dan menggenggam tangan Kiara, menatapnya dengan sorot mata tenang dan penuh kepastian. “Kiara, ini untuk keamananmu. Tanpa status pernikahan yang sah, kita tidak akan bisa tinggal di sini dalam jangka waktu panjang. Kita akan terlalu mudah ditemukan.”Ki
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

Chapter 63: Kesedihan Kiara

Di malam yang tenang itu, Dimas menata buah-buahan segar di piring kecil dan menyajikannya di meja ruang tamu. Di depannya, Kiara duduk di sofa, matanya terpaku pada layar televisi yang menampilkan tayangan berita dari Indonesia. Berita itu tak asing, tetapi setiap kali muncul, perasaan di hati Kiara selalu bergejolak. Dimas duduk di sebelahnya, memberikan piring buah itu dengan senyum lembut yang seolah-olah berusaha menenangkan."Ayo, makan buahnya. Kau butuh energi lebih, terutama dalam situasimu sekarang," ucap Dimas, berusaha menghangatkan suasana yang hening dan penuh ketegangan.Kiara mengambil sepotong buah dan mengangguk pelan, walau pikirannya masih tertuju pada layar televisi. Namun, di tengah obrolan ringan dan tawa kecil yang sesekali muncul, tayangan berita kembali menarik perhatian mereka. Wajah Kiara berubah pucat ketika berita terbaru itu muncul."Berita yang baru kami terima," ujar pembawa berita, "Gubernur Dalvin telah mengonfirmasi bahwa istrinya, Kiara, mengalami
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

Chapter 64: Hidup Baru?

Dalvin duduk sendiri di ruang kerja, pandangannya kosong menatap ke luar jendela. Hatinya berat, seolah dipenuhi oleh bebatuan yang tak tertahankan. Informasi yang ia terima pagi itu, bahwa Dimas membawa Kiara ke Belanda, membuatnya terombang-ambing antara perasaan lega dan luka yang tak terukur. Ia tahu, di sisi lain, keputusan Dimas mungkin adalah yang terbaik. Tapi tetap saja, kehilangan sosok yang telah memberinya harapan akan pewaris menjadi sesuatu yang menyakitkan.Dalvin meraih ponselnya, menekan nomor orang kepercayaannya, seorang lelaki bernama Rafi, yang telah bekerja bersamanya selama bertahun-tahun dan tahu banyak tentang setiap lika-liku kehidupan Dalvin. Setelah nada panggil yang singkat, suara Rafi terdengar di ujung sana.“Pak Gubernur?” suara Rafi penuh hormat, meski terdengar sedikit cemas.“Rafi, aku butuh bantuanmu,” suara Dalvin terdengar lirih, menahan gejolak emosi yang meluap.“Apa yang bisa saya lakukan, Pak?”Dalvin terdiam sejenak, menarik napas panjang se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

Chapter 65: Kiriman Uang?

Pagi itu, Dimas duduk di meja kecil di ruang tamu apartemen mereka di Amsterdam, membuka laptop dengan mata yang masih sedikit berat karena kurang tidur. Kiara masih terlelap di kamar, tubuhnya tertutup selimut tebal, meringkuk dalam tiduran yang dalam. Dimas menatap layar laptopnya, dan beberapa pesan email masuk ke dalam inboxnya. Satu per satu ia membuka pesan-pesan itu, dan matanya terbelalak saat melihat transfer dana yang luar biasa besar masuk ke rekeningnya."Ini..." Dimas bergumam sendiri, terkejut. Ternyata Dalvin, meskipun jauh, masih memikirkan kehidupannya dan Kiara. Dengan wajah cemas, Dimas mulai membaca rincian transaksi yang datang bersama surel. Dimas diberi akses untuk bekerja dari jarak jauh, dengan gaji tetap yang masuk setiap bulan. Itu adalah sesuatu yang seharusnya bisa meringankan beban mereka, tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang merasa tidak nyaman. Tidak nyaman karena ini semua datang dari Dalvin, dan itu berarti segala sesuatu yang dilakukan Dimas sekar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

Chapter 66: Bercintalah Denganku

Malam itu, suasana di apartemen terasa lebih sunyi dari biasanya. Kiara terjaga dalam kegelapan, matanya basah oleh air mata yang tak bisa dibendung lagi. Emosinya naik turun seperti ombak, tak dapat dikendalikan. Ia terbaring di tempat tidur, merasakan ketidakpastian yang menggerogoti hatinya. Kehamilannya yang seharusnya menjadi momen bahagia kini terasa penuh dengan kecemasan. Bagaimana bisa, seorang wanita harus melewati semua ini tanpa kehadiran suaminya, Dalvin, yang seharusnya ada di sisinya? Mengapa Dalvin semudah itu membuangnya?Dimas terbangun mendengar suara isakan Kiara yang samar dari samping tempat tidurnya. Ia mendongak dan melihat Kiara duduk di tepi tempat tidur, kepalanya tertunduk, wajahnya tertutup tangan yang gemetar. Tanpa pikir panjang, Dimas bangkit dan berjalan mendekat."Kiara?" suara Dimas terdengar lembut, namun penuh perhatian.Kiara mendongak, dan dalam sekejap air mata kembali mengalir deras. "Dimas, aku merasa sangat takut. Aku merasa sangat sendiria
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

Chapter 67: Ingin Menjadi Satu-satunya

Pagi itu terasa berbeda. Kiara terbangun lebih awal dari biasanya, matanya masih terasa sedikit berat akibat tidur yang nyenyak. Namun, ada perasaan aneh yang membangkitkan semangatnya. Hari ini, ia ingin melakukan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang tak hanya bisa membuatnya merasa sedikit lebih normal, tetapi juga membuatnya merasa lebih dekat dengan kehidupan barunya bersama Dimas.Sepertinya benar. Selama ini Kiara membutuhkan kehangatan dari suami. Setelah orgasme dua kali, Kiara merasa perasaan ingin menangisnya pun hilang.Kiara bangun dari tempat tidur, perlahan menyusun langkah menuju dapur. Udara pagi yang segar menerpa wajahnya, memberikan dorongan untuk memulai hari dengan penuh energi. Ia membuka lemari es dan mulai menyiapkan bahan-bahan untuk sarapan. Sejenak, Kiara terdiam, merasakan ketenangan yang sudah lama tidak ia rasakan. Ia mulai memasak dengan penuh semangat, memasukkan ayam untuk digoreng, menyiapkan sup hangat, dan memeras jeruk untuk jus segar. Tawa kecil te
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

Chapter 68: Tidak Ingin Diganggu Lagi

Setelah sarapan yang hangat dan penuh kebersamaan, Kiara merasa ada keinginan untuk lebih dekat dengan Dimas, untuk berbagi momen yang lebih intim dan lebih pribadi. Malam yang ia lalui bersama Dimas membuat Kiara mempertanyakan, apakah boleh ia seperti itu? Namun, Dimas membawanya ke lembah surgawi yang belum pernah ia rasakan selama menjadi istri Dalvin.Yakni, perasaan menjadi satu-satunya.Ada perasaan yang mendalam dalam hati Kiara, perasaan yang sulit ia ungkapkan, tetapi ia tahu betul bahwa saat itu, Dimas adalah satu-satunya orang yang bisa memberinya rasa nyaman dan aman. Pria itu, seketika membuat Kiara lupa akan perasaan cintanya kepada Dalvin.“Dimas,” Kiara memanggil, suaranya lembut namun penuh makna. “Bagaimana kalau... kita mandi bersama.”Dimas terkejut mendengar permintaan itu. Ia merasa sedikit canggung, apalagi dengan status mereka yang belum lama berubah. Meski sudah merasakan hubungan suami istri, namun perasaan malu itu masih ada.“Kiara... Kamu yakin?” tanya Di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Chapter 69: Kau Akan Kehilangan Banyak

Cecilia melangkah dengan langkah cepat, penuh kemarahan, menuju ruang tamu di rumah Dalvin. Wajahnya merah padam, dan matanya memancarkan kemarahan yang tak bisa lagi disembunyikan. Ia tidak percaya apa yang baru saja ia dengar tentang Kiara. Berita kematian Kiara yang diumumkan oleh Dalvin begitu mengagetkan, dan kali ini, Cecilia tidak bisa menahan amarahnya. Ketika ia tiba di hadapan Dalvin, Cecilia langsung meledak. “Dalvin!” serunya dengan suara yang penuh tekanan, matanya menatap tajam pada pamannya itu. “Om, harusnya anda tahu betul apa yang Om lakukan! Mengapa Om mengatakan Kiara sudah mati? Apa yang ada di pikiranmu? Orangtuanya hampir gila karena tidak bisa melihat jasad putrinya yang jelas-jelas masih hidup!" Dalvin terdiam sejenak, tidak siap dengan ledakan emosi dari keponakannya itu. Ia mencoba untuk tetap tenang, meskipun hatinya juga dipenuhi kekesalan dan kebingungannya sendiri. Ia tak ingin berdiskusi dengan Cecilia dalam keadaan seperti ini, namun kata-kata itu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Chapter 70: Jadi Kekasih, Ya?

Kiara terbangun di pagi itu dengan rasa sakit yang semakin mengganggu di dadanya. Beberapa kali ia terbangun dan meraba dadanya yang terasa sangat penuh dan membengkak. Setiap gerakan terasa begitu nyeri, dan meskipun ia mencoba untuk tidur, rasa sakit itu tak kunjung mereda."Ahh..." Kiara mengeluh pelan, meremas bantal yang ada di sampingnya. Ia tak bisa menahan rasa tidak nyaman itu lebih lama. Tak ada yang bisa membantunya kecuali Dimas, yang tidur dengan tenang di sebelahnya.Dimas yang terbangun mendengar suara desahan Kiara segera menoleh. "Kiara? Kamu kenapa?" tanyanya, suaranya penuh kekhawatiran. Matanya masih setengah terpejam, namun ia bisa melihat ekspresi kesakitan di wajah Kiara.Kiara menatap Dimas dengan tatapan penuh harap. "Dimas, dadaku... Sakit sekali," kata Kiara dengan nada lemah. "Aku merasa seperti hampir meledak, ini lebih sakit dari kemarin saat kamu memompanya. Keringatku juga dingin."Dimas menggaruk tengkuknya, sedikit bingung. Ia tidak tahu bagaimana har
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status