All Chapters of Suami Penggantiku Ternyata Pewaris: Chapter 41 - Chapter 50

129 Chapters

Bab 41. Penuh Tekanan

"Arga, kamu benar-benar tidak bisa diandalkan," suara Andi terdengar dingin namun mengancam di ujung telepon. Arga menahan napas sejenak, berusaha mencari kata-kata yang tepat, tapi mulutnya terasa terkunci. Tak ada jawaban yang keluar. "Bagaimana kamu bisa membiarkan Nadya kehilangan bayi kalian? Itu satu-satunya jalan untuk membuat Kakek Bramantyo sedikit melunak terhadapmu," lanjut Andi, dengan nada penuh penekanan. "Sekarang kamu sudah gagal dalam hal itu, jangan sampai kamu juga gagal dalam proyek kita." "Aku tahu, Pa," jawab Arga akhirnya, suaranya pelan, seakan kehilangan tenaga. Andi mendengus, "Apa gunanya tahu kalau kau tak bisa bertindak dengan benar? Kamu seharusnya lebih fokus menjaga kandungan Nadya. Sekarang semuanya berantakan." Andi menambahkan dengan suara semakin rendah namun tajam, "Jika kamu tak bisa diandalkan dalam menjaga anak, bagaimana kamu bisa dipercaya dalam mengurus perusahaan?" Arga masih diam, rasa tertekan semakin menyeruak dalam dadanya. Dia mem
last updateLast Updated : 2024-10-05
Read more

Bab 42. Kambing Hitam

"Citra, ngapain kamu ke sini?" Nadya langsung menyambut kedatangan Citra dengan tatapan dingin begitu dia memasuki kamar rumah sakit. Citra menghentikan langkahnya, merasa canggung di bawah tatapan Nadya, ayah, dan ibu tirinya yang duduk di sebelah ranjang. Dari semua orang di ruangan itu, hanya ayahnya yang tampak diam, menundukkan kepala tanpa menyapa. Ibu tiri Citra, Anita, langsung menatapnya dengan mata menyipit, seolah keberadaan Citra sudah cukup untuk membuat suasana semakin panas. "Aku... aku cuma ingin memastikan Nadya baik-baik saja," Citra menjawab pelan, suaranya bergetar. Dia tidak menyangka akan menemukan keluarganya di sini, terlebih dengan suasana yang penuh ketegangan. "Baik-baik saja?" Nadya tertawa pendek, namun terdengar sinis. "Kamu pikir aku bisa baik-baik saja setelah apa yang kamu lakukan?" Citra menggigit bibir, merasa serba salah. "Aku nggak bermaksud... Aku benar-benar nggak sengaja waktu itu. Aku nggak menarik kamu dengan keras, Nadya." "Nggak
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 43. Penuh Intrik

"Argaku sayang, aku sudah boleh pulang," ujar Nadya dengan senyuman manis, sambil merapikan rambutnya yang tampak masih rapi, meski baru saja keluar dari masa perawatan.Arga, yang sedang sibuk membereskan tas di sampingnya, menoleh dengan wajah bingung. "Cepat sekali kamu pulih, Nadya. Padahal kemarin masih lemah, sekarang malah terlihat seperti nggak pernah sakit."Nadya tertawa kecil. "Dari dulu aku memang cepet sembuh. Selain itu, pengobatan di rumah sakit ini mahal, jadi hasilnya juga pasti lebih cepat."Hening sejenak, tapi kemudian Nadya kembali berucap dengan lugas. "Sungguh aku puas sekali dengan layanan di rumah sakit ini. Benar benar membuat orang sakit cepat sembuh."Arga hanya mengangguk, walaupun ada rasa curiga yang masih tersisa. "Ya... mungkin memang karena perawatannya bagus."Nadya melirik ke arah jendela kamar rumah sakit sambil tersenyum tipis. "Aku bilang, kan, kamu nggak perlu khawatir."Tanpa berdebat lebih jauh, Arga berdiri dan mengambil tas yang tadi ia siap
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

Bab 44. Dipermainkan

"Mas, kenapa kita harus ke sini? Kamu yakin ini cuma pertemuan keluarga biasa?" Citra berbisik dengan cemas, menggenggam tangan Raka saat mereka melangkah masuk ke rumah besar milik Kakek Bramantyo. "Tenang, Citra. Kita diundang, pasti ada sesuatu yang penting," Raka menjawab dengan suara tenang, tapi matanya waspada, seolah sudah tahu lebih banyak dari yang ia ungkapkan. Begitu mereka masuk ke ruang tengah, Nadya, yang sudah duduk dengan percaya diri, langsung menatap Citra dengan senyum sinis. "Oh, Citra... akhirnya datang juga. Sebaiknya kamu siap-siap saja dimarahi habis-habisan oleh Kakek. Setelah keguguran yang aku alami, Kakek pasti sangat kecewa. Apalagi setelah berita itu menyebar, Kakek nggak pernah menghubungi kamu lagi, ‘kan?" Citra terdiam. Kata-kata Nadya membuat kecemasannya semakin menjadi. Benar, sejak berita tentang keguguran Nadya, Kakek Bramantyo memang tidak pernah menghubunginya. Apakah benar dia akan disalahkan? Raka, merasakan kegelisahan Citra, menggengga
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

Bab 45. Mati Kutu

"Papa tolong maafkan aku. Aku tidak bermaksud berbuat seperti ini. Ini semua karena aku begitu mencintai Arga," suara Nadya bergetar, wajahnya basah oleh air mata, masih duduk di lantai ruang keluarga Kakek Bramantyo. Semua orang sudah pergi meninggalkannya, dan kini hanya ada dia dan Andi, yang baru saja datang kembali.Andi memandang Nadya dengan ekspresi dingin, tatapannya sulit diartikan. Ia tidak langsung menjawab permohonan Nadya, hanya berdiri diam di ambang pintu, mengamati dengan teliti. Nadya merasa jantungnya berdegup kencang, takut akan apa yang akan dikatakan Andi.Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, Andi akhirnya membuka suara."Apa kamu sungguh mencintai Arga?" tanya Andi, suaranya datar, tanpa emosi.Nadya mengangguk dengan cepat. "Tentu saja, Pa! Aku sangat mencintai Arga. Aku melakukan ini karena aku takut kehilangannya. Aku... aku terlalu takut jika dia akan meninggalkanku," jawabnya terbata-bata.Andi menarik napas panjang dan kemudian menghela d
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

Bab 46. Malam Pertama yang Tertunda

Setelah beberapa hari Citra tidak dapat tidur dengan nyenyak karena hatinya cemas dan dipenuhi rasa bersalah, kali ini Citra merasa puas karena kembali bisa beristirahat dengan nyenyak. Citra terbangun dan duduk di tepi ranjang sambil tersenyum kecil. Mengingat permasalah yang memberatkan hatinya kini sudah terselesaikan. Ia kemudian beranjak dari kamar menuju dapur untuk mengambil segelas air. Namun, baru saja kakinya melangkah. Ia mendapati Raka ternyata sudah bagun lebih dulu, bahkan pria itu kini terlihat sudah berpakaian rapi. Raka menyesap tehnya sambil membaca koran. Di samping Raka, Citra mendapati keranjang yang berisi makanan serta tikar. Kening Citra mengernyit heran, “Mas, kamu mau pergi hari ini?” Mendengar pertanyaan Citra, Raka menaruh korannya di atas meja, “Ya, kita akan pergi hari ini.”“Kita? Pergi kemana?” Seingat Citra mereka tidak memiliki janji untuk pergi hari ini. Raka kemudian bangkit berdiri dari sofa dan berjalan menghampiri Citra, “Pergi untuk mengga
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

Bab 47. Dari Mana Informasi Itu

Citra merasakan sinar matahari menyentuh wajahnya, perlahan matanya mulai terbuka dan mendapati Raka masih terlelap di sampingnya, tanpa busana. Jantungnya berdegup kencang saat mengingat apa yang terjadi malam sebelumnya. Wajahnya seketika memerah, tak menyangka, akhirnya mereka benar-benar melewati malam pertama bersama. Citra menggigit bibirnya, berusaha tenang. Namun, suasana pagi yang hening justru membuat kenangan semalam semakin jelas dalam ingatannya. Sentuhan Raka, kehangatan yang mereka bagi, semuanya membuatnya tersipu malu. Dia melirik ke arah Raka yang masih terlelap, lalu dengan pelan-pelan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Tapi saat itu, Raka tiba-tiba bergerak dan matanya terbuka sedikit. Raka tersenyum kecil melihat Citra yang tampak berusaha menutupi diri. “Kenapa ditutup-tutupin? Semalam kan aku udah lihat semuanya,” kata Raka dengan nada menggoda. Citra langsung tersipu dan membuang muka. "Mas Raka!" serunya pelan, mencoba menyembunyikan
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

Bab 48. Kecelakaan yang Janggal

Melihat Raka yang nampak diam seakan tengah berpikir, Bramantyo kembali bertanya, "Jadi, kamu tahu semua ini dari mana, Raka?" Bramantyo menatap cucunya dengan pandangan penuh pertanyaan.Raka menatap kakeknya sejenak sebelum menjawab, "Aku meminta seseorang untuk menyelidikinya, Kek."Bramantyo mengangguk pelan, tampak merenung sejenak sebelum bertanya lagi, "Baiklah, Kakek paham. Lalu, kapan kamu mau kembali ke perusahaan? Usahamu sendiri sudah terlihat baik-baik saja. Kamu tidak harus mengurusnya setiap hari, kan?"Raka menarik napas panjang sebelum menjawab, "Aku akan kembali setelah urusanku selesai, Kek."Bramantyo mengernyit, penasaran dengan jawabannya. "Urusan apa yang kamu maksud, Raka? Apa yang begitu penting sampai kamu harus menundanya?"Raka menatap kakeknya dengan serius, ada kesedihan yang tersirat di matanya. "Kakek masih ingat kecelakaan orang tuaku? Kenapa Kakek terlihat baik-baik saja setelah kematian mereka?"Pertanyaan itu langsung menghentikan Bramantyo. Ia terd
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

Bab 49. Sekutu

"Kenapa kamu masih di sini, Nadya?" Bramantyo berdiri di ambang pintu ruang tengah, baru sampai setelah dari rumah Raka, terkejut mendapati Nadya duduk di sana. Nadya yang sedang berbicara pelan dengan Andi langsung terdiam, suasana ruangan mendadak tegang. Andi mencoba tersenyum tenang, berdiri menghampiri Bramantyo. "Pa, tenang dulu. Aku bisa jelaskan semuanya." "Jelaskan apa, Andi?" Bramantyo memotong tajam, suaranya bergetar menahan marah. "Kenapa kamu masih membiarkan Nadya di sini? Dia sudah membohongi kita semua, membohongi keluarga kita! Seharusnya dia diusir keluar, bukan malah dipertahankan!" Andi menarik napas dalam, berusaha meredam situasi. "Pa, aku tahu apa yang Nadya lakukan salah. Tapi aku pikir kita bisa memberikan kesempatan padanya. Dia juga manusia, Pa. Dia menyesal atas semua yang dia lakukan." "Nadya menyesal?" Bramantyo jelas tidak percaya. "Seharusnya dia langsung pergi dari sini, dan Arga menceraikannya. Tidak ada tempat untuk orang yang mengkhianati ke
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

Bab 50. Pemilik Cafe

“Citra, kamu sudah siap?” Suara Raka terdengar dari pintu kamar, menyela aktivitas Citra yang sedang mematut diri di depan cermin.Citra menoleh, mendapati Raka yang sudah rapi dengan kemeja casual dan celana jeans. “Iya, sebentar lagi,” jawabnya sambil merapikan rambutnya yang sudah ditata rapi. Hari ini Citra sudah kembali bekerja di kafe setelah beberapa hari libur.Raka melangkah masuk, memperhatikan Citra yang sibuk memoles sedikit lipstik. “Biar aku antar kamu ke kafe.”Citra menatap Raka melalui cermin, alisnya terangkat. “Mas, kebetulan lewat sana juga?”Raka tersenyum tipis. “Ya, ada urusan di sekitar sana. Jadi bisa sekalian antar kamu.”Citra tertawa kecil mendengar nada suara Raka yang terkesan formal. “Baiklah, kalau begitu, Mas,” ucapnya sambil mengambil tas tangan kecilnya.Mereka berdua keluar rumah dan menuju mobil yang terparkir di halaman.Citra memandangi pemandangan jalanan kota yang mulai ramai dengan aktivitas pagi.“Ngomong-ngomong, kapan kamu wisuda?” tanya Ra
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status