All Chapters of Suami Penggantiku Ternyata Pewaris: Chapter 61 - Chapter 70

128 Chapters

Bab 61. Pamitan

“Ini terakhir kalinya aku ngeliat dapur ini, ya?” kata Citra pelan, matanya menyapu seluruh sudut kafe tempat ia bekerja selama beberapa bulan terakhir.Rani, sahabatnya di kafe, tiba-tiba merangkul bahunya erat. “Iya, Cit. Aku masih nggak percaya kamu beneran berhenti kerja,” ucap Rani dengan suara bergetar, mencoba menahan air mata.“Ya ampun, jangan nangis dong, Mbak Rani,” balas Citra sambil tersenyum, meski hatinya juga terasa berat. Rani menyeka air matanya yang mulai jatuh. “Aku ngerti, tapi kita semua bakal kangen banget sama kamu, Cit. Meskipun kamu baru sebentar di sini, tapi kamu tuh udah kayak keluarga di sini.”Saat itu, beberapa pegawai kafe lainnya muncul dari dapur, membawa kue kecil dan balon-balon yang sudah didekorasi dengan sederhana. “Surprise!” teriak mereka bersamaan.Citra terkejut melihat mereka semua bersorak dengan penuh semangat. “Kalian... ngadain ini buat aku?”“Tentu aja! Masa kamu pergi gitu aja tanpa pesta perpisahan?” jawab salah satu teman kerjanya
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

Bab 62. Rumah Baru

“Mas, kita benar-benar akan tinggal di rumah itu minggu depan?” Citra bertanya pelan, memecah keheningan di ruang tamu saat mereka baru saja tiba di rumah. Dia meletakkan jaketnya di sofa, menatap Raka yang duduk di sebelahnya dengan santai.Raka menatap Citra dengan lembut. “Iya, kita akan pindah minggu depan. Kamu suka rumahnya?”Citra tersenyum, mengangguk pelan. “Aku suka banget. Tapi kafe di samping rumah itu, Mas... itu benar-benar bikin aku kaget. Aku nggak nyangka kamu bakal bikin kafe buat aku.”Citra kemudian menghadapkan tubuhnya semakin dekat pada Raka, “Oh ya, Mas. Tapi, jika kita pindah apa nggak masalah sama urusan kamu di Namba?” Raka tersenyum tipis, “Tenang aja, semua udah bisa aku serahkan ke orang lain.”Citra mengangguk, tetapi rasa penasarannya belum hilang. “Tapi, urusan apa sih sebenarnya yang kamu urus di Namba? Apa aku boleh tahu tentang itu, Mas?” Tanyanya lagi dengan nada lembut, mencoba tidak terdengar memaksa.Raka menatap Citra sejenak, wajahnya berubah
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

Bab 63. Perlakuan Sepantasnya

“Nadya, kamu dari kamar? Kenapa nggak bantuin di dapur?” sindiran tajam langsung keluar dari mulut Ratna begitu Nadya melangkah keluar dari kamar. Mata Ratna menatapnya tajam, penuh dengan kebencian yang jelas terlihat.Nadya menarik napas dalam-dalam, berusaha tetap tenang. "Maaf, Ma, aku tadi lagi agak pusing."Ratih mendengus, meletakkan majalah yang tadi sedang dibacanya ke meja dengan kasar. "Ah, alasan. Kamu memang pandai sekali berbohong. Sekarang, bahkan kamu telah membuat Arga tidak betah dirumahnya sendiri, padahal seharusnya kamu yang keluar dari sini."Nadya menunduk, tangannya mengepal, mencoba menahan emosi dalam hatinya. "Padahal aku kira kamu lebih baik dari Citra, ternyata kamu justru lebih buruk," lanjut Ratna tanpa belas kasih.Nadya mencoba tersenyum kecil meskipun hatinya kesal. "Tolong beri aku kesempatan memperbaikinya, Ma."Ratna menggerakkan tangannya dengan malas, seolah kata-kata Nadya tidak berarti. "Ya sudah, kalau begitu bikinin kopi sana. Tapi jangan ka
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

Bab 64. Bersyukur Memilikiku

"Citra, kamu kenapa?" Raka mendekati Citra yang duduk di tepi ranjang, wajahnya masih basah oleh air mata. Ia baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk menggantung di leher, melihat istrinya menangis sendirian membuat hatinya menjadi bertanya-tanya.Citra menunduk, menyeka air matanya dengan punggung tangan. "Nggak apa-apa, Mas.""Nggak mungkin nggak apa-apa. Ada apa? Kamu bisa ceritain ke aku." Raka duduk di sebelah Citra, tangan besarnya merangkul pundak Citra dengan lembut, mencoba memberi rasa nyaman.Citra menarik napas panjang, terlihat ragu untuk memulai cerita. Namun, setelah beberapa detik terdiam, akhirnya ia angkat bicara, suaranya terdengar pelan. "Tadi, Ayah nelepon."Raka masih menatap Citra, memberikan kesempatan untuknya melanjutkan ceritanya."Awalnya aku kira Ayah mau ucapin selamat karena aku lulus. Tapi, ternyata bukan itu," Citra tersenyum pahit, matanya menatap kosong ke depan. "Dia minta aku bicara sama Kakek Bramantyo, supaya Kakek maafin Nadya."Raka men
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

Bab 65. Kok Bisa Masuk Ruang VVIP?

Pagi ini, Citra kembali diajak oleh Raka untuk mengunjungi proyek pembangunan kafe baru yang akan dijadikan miliknya. “Mas... aku masih bingung, apa aku bisa ngurus pembangunan kafe? Aku kan nggak terlalu ngerti soal desain atau apa pun itu.” Citra menggigit bibir bawahnya, merasa tak percaya diri. Raka tertawa kecil dan menggenggam tangannya dengan lembut. “Tenang aja. Ada tim profesional yang bakal bantu. Kamu tinggal pilih sesuai selera kamu. Aku yakin kamu bakal suka.”Setibanya di lokasi proyek, suasana sibuk langsung menyambut mereka. Para pekerja bangunan sedang sibuk mengukur dan memasang material, sementara seorang pria berkacamata berdiri di dekat area bangunan utama, berbicara dengan seorang wanita yang tampak rapi dengan tablet di tangannya."Citra, kenalin ini Pak Arif, arsitek yang bakal bantu kita. Dan ini Bu Sari, desainer interiornya,” ujar Raka memperkenalkan mereka.Citra tersenyum dan mengulurkan tangannya. “Senang bertemu dengan kalian. Terima kasih sudah memban
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Bab 66. Rasa Tak Percaya

Nadya melangkah keluar dari Teras Rasa dengan pikiran yang penuh tanya. Tak bisa dipungkiri, rasa penasaran yang menggelora dalam dirinya mendorongnya untuk menyelidiki lebih jauh. Sehingga tadi ia memutuskan untuk bertanya pada salah satu pelayan di sana mengenai Citra dan Raka. Niatnya adalah untuk mengetahui sejak kapan mereka melakukan reservasi atau justru malah menggunakan nama Kakek Bramantyo. Namun, jawaban dari pelayan itu justru membuatnya semakin terkejut. Pelayan itu menyebutkan nama Raka sebagai pemilik restoran. Membuat jantung Nadya berdegup kencang. Namun, saat itu, Nadya hanya bisa memikirkan satu hal: Raka, yang selama ini dianggapnya sebagai pengangguran, ternyata memiliki usaha sebesar ini. Dia segera membayangkan bagaimana semuanya bisa terjadi.Sesampainya di rumah, Nadya langsung masuk ke dalam kamar. Arga, yang sedang duduk di tepi ranjang dengan ekspresi datar, menoleh sekilas ketika melihat Nadya masuk. “Kamu dari mana, habis belanja lagi?” tanya Arga, nada
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Bab 67. Bekas Luka

Raka dan Citra baru saja sampai di rumah mereka, namun langkah Raka langsung terhenti di depan pintu begitu nada dering ponselnya berbunyi. Citra dapat melihat raut wajah Raka yang kini berubah menjadi serius setelah melihat layar ponsel. “Ada apa, Mas?” Raka mendongak dan melihat Citra, kemudian tersenyum tipis. “Citra, sepertinya aku harus pergi lagi malam ini. Kamu nggak apa ditinggal sebentar?”Wajah Citra menunjukan rasa bingung, pasalnya mereka baru saja sampai di rumah. Lagi pula sepanjang hari ini Raka juga sudah sibuk mengantarnya untuk melihat proses pembangunan kafe, juga melakukan meeting meskipun sekalian makan siang di restoran siang tadi. Citra menatap Raka dengan cemas, “Apa kamu nggak capek, Mas? Seharian ini kamu udah sibuk.”Raka menggeleng pelan dan mengusap puncak kepala Citra lembut. “Terima kasih sudah mencemaskan aku. Setelah urusan selesai, aku akan segera pulang.” Tanpa menunggu respon Citra lagi, Raka kemudian berbalik badan dan kembali menuju mobilnya.
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 68. Harus Segera Terungkap

Setelah mendengar pernyataan dari kaki tangan pelaku yang menyebabkan kecelakaan kedua orangtuanya. Raka seakan tak dapat menghilangkan ucapan mengenai ciri-ciri pelaku sebenarnya dalam kepalanya. Sebab itu, Raka akhirnya memutuskan untuk mampir sejenak ke kediaman kakeknya. Ketika sampai, Raka langsung segera masuk ke dalam kamar Bramantyo yang telah menunggunya dengan rasa penasaran setelah beberapa saat sebelumnya menerima pesan dari Raka yang memberitahunya bahwa ia telah memiliki informasi tambahan mengenai pelaku kecelakaan. "Kek, ada hal yang harus aku bicarakan dengan Kakek. Ini tentang kecelakaan orangtuaku dulu," Raka mengawali percakapan, suaranya rendah, namun cukup tegas.Kakek Bramantyo mengangkat alis, “Jadi ada hal baru apa yang kamu temukan?” tanyanya, memperbaiki posisi duduknya.Raka menarik napas dalam-dalam. “Aku baru saja bertemu dengan salah satu kaki tangan pelaku yang ikut terlibat dalam kejadian itu.”Mata Kakek Bramantyo membulat. “Apa? Kamu berhasil mene
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 69. Hanya Karena Terpaksa

“Arga, kamu kelihatan gak nyaman banget sih?” Nadya melirik Arga dengan tatapan sedikit kesal saat mereka duduk di ruang tunggu rumah sakit.Arga mendengus, tak berusaha menyembunyikan perasaan tak senangnya. “Aku gak suka dipaksa datang ke sini untuk hal seperti ini, Nadya. Semua ini cuma ide Papa.”“Kita sudah menikah, Arga. Dan program hamil ini bisa jadi awal untuk memperbaiki hubungan kita,” suara Nadya terdengar merajuk. Arga mengangkat alis, mengalihkan pandangannya dari Nadya. “Aku gak butuh program apapun untuk hubungan kita.”Percakapan mereka terhenti ketika seorang perawat muda datang menghampiri mereka dengan senyum ramah. “Maaf, Bapak dan Ibu, kalian diminta menunggu sebentar lagi. Dokter masih dalam sesi konsultasi dengan pasien sebelumnya.”Nadya mengangguk sopan, sambil mengucapkan terima kasih kepada perawat itu. Sedangkan, Arga hanya mengangguk singkat tanpa minat yang berarti.Suasana ruang tunggu itu cukup sepi. Nadya duduk lebih dekat ke Arga, mencoba menunjuk
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 70. Bukan Karena Cinta

Sepanjang jalan pulang, Nadya terus mengoceh di samping Arga, suaranya penuh dengan emosi yang bercampur aduk. “Lihatlah, Arga! Mereka sudah mendahului kita. Sekarang Citra sudah hamil, dan kita? Kita masih berjuang untuk memulai program!”Arga hanya diam, memandang lurus ke jalan di depannya. Pikirannya tidak bisa fokus, terganggu oleh kenyataan yang baru saja ia ketahui. Citra yang hamil akan mengubah banyak hal dalam keluarga mereka. Anak itu akan memiliki garis keturunan yang sama dengan Kakek Bramantyo, dan otomatis akan menjadi pewaris utama.“Ini semua karena kamu, Arga!” Nadya terus mengomel. “Kamu gak mau berusaha lebih keras. Kalau saja kamu tidak terus menghindar—”“Cukup, Nadya!” Arga membentak, menghentikan omelan Nadya yang semakin membuatnya frustasi. Ia menatap Nadya dengan tajam. “Aku gak mau mendengar ocehanmu lagi soal ini.”Nadya terdiam, terkesiap mendengar nada keras suaminya.“Sekarang, yang harus kita lakukan adalah tetap diam dan tidak membiarkan informasi ini
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status