All Chapters of Suami Penggantiku Ternyata Pewaris: Chapter 51 - Chapter 60

128 Chapters

Bab 51. Mulai Terungkap

Citra kembali ke rumah dengan perasaan mengganjal setelah menghabiskan waktu di kafe karena masih ada pertanyaan di dalam pikirannya yang belum terjawab. Ia mengingat obrolan ringan dengan teman-temannya yang menyebutkan bahwa Raka adalah pemilik kafe tempatnya bekerja. Ketika melihat Raka yang sudah menunggu di meja makan, Citra merasa perlu mengonfirmasi kabar tersebut. Namun, sebelum Citra bertanya, Raka yang melihat kepulangan Citra langsung tersenyum sambil menatapnya. Membuat Citra kemudian membalas senyuman suaminya itu. “Kamu pasti belum makan, kan? Kebetulan aku bawa makanan dari luar.” Nada Raka terdengar lembut, sambil menarik kursi di sebelahnya untuk mempersilahkan Citra duduk. Citra kemudian duduk di samping Raka, matanya menatap hidangan makanan yang sudah tersaji di meja makan. Semuanya terlihat begitu menggiurkan. Citra kemudian mengernyitkan kening melihat salah satu bungkusan makanan di depannya, dengan tulisan ‘Teras Rasa’, “Mas, kamu beli makanan di sini?
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

Bab 52. Jatuh Cinta?

Perlahan mata Citra mulai mengerjap beberapa saat sebelum akhirnya membuka matanya perlahan. Citra merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya yang memberi kehangatan. Citra menoleh sedikit ke samping dan menatap lembut wajah Raka yang masih tertidur pulas, dengan nafas yang tenang dan wajahnya yang tampak damai. Citra merasakan hatinya bergetar melihatnya, memori semalam melintas dalam benaknya. Setelah Raka membawanya masuk ke dalam kamar, Citra sempat merasakan kegugupan yang menyelimuti dirinya. Ia tak bisa memungkiri bahwa dirinya masih terbayang akan sentuhan Raka malam itu. Sehingga ketika tubuh Raka mulai mendekat dan bahkan Citra bisa merasakan hembusan nafas Raka di wajahnya, Citra secara otomatis langsung memejamkan matanya. Namun, bukan sentuhan lembut menyapu bibirnya, melainkan sentuhan lembut itu Citra rasakan di keningnya. Mata Citra langsung terbuka dan melihat Raka di depannya terkekeh kecil, seakan meledek Citra. “Kenapa kamu memejamkan mata?” Citra tahu p
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Bab 53. Tamu Tak Diundang, Lagi

Hari itu, kafe sedang tidak terlalu ramai. Sehingga Citra bisa membantu membuat macarons sambil belajar lebih banyak mengenai itu. Begitu selesai memanggang, Citra kembali ke depan. “Loh, bukannya itu Nadya?” Mata Citra membulat begitu melihat sosok yang ia kenali dan juga paling ingin ia hindari saat ini. Di sudut ruangan berdiri Nadya bersama ibu tirinya, menatap sekeliling kafe sebelum akhirnya melangkah masuk. Citra masih ingat bagaimana terakhir kali Nadya membuatnya ada dalam masalah saat masih bekerja di tempat lama."Astaga, mau apa lagi mereka datang ke sini?" gumam Citra, merasa was-was. Namun, ia sengaja tidak mau menghampiri mereka, dan beruntungnya Rani yang langsung melayani. Sayangnya rasa lega itu tak berlangsung lama, karena Citra dapat mendengar bahwa ibu tirinya menanyakan keberadaannya pada Rani. Dan Rani yang tidak tahu apa-apa dengan polosnya langsung menunjuk ke arah Citra. “Citra, bisa kemari sebentar?” panggil Nadya, suaranya terdengar lembut namun penuh
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Bab 54. Permohonan Maaf

Malam itu, Citra akhirnya menutup kafe bersama Rani dan temannya yang lain. Ada perasaan lega karena akhirnya dia telah melewati pekerjaannya hari ini dengan baik. Sebelum melangkah pulang, Citra membuka ponselnya, pesan dari Raka muncul di layar. "Maaf, Citra. Aku akan pulang larut malam karena ada pekerjaan."Citra mengetikan jawaban balasan, dan memutuskan untuk memesan ojek online untuk pulang. Dalam perjalanan, Citra merasa ada yang aneh. Sebuah mobil mengikuti. Kecurigaan mulai menggelayut di pikirannya.Sesampainya di rumah, Citra menatap ke belakang dan mengerutkan kening setelah melihat dengan jelas mobil yang memang mengikutinya. Citra tahu itu adalah mobil Nadya. Di dalam mobil, Nadya dan Anita, yang telah menunggu di dalam, saling berpandangan dengan rasa bingung dan curiga."Dia tinggal di sini?" Anita bertanya, terkejut melihat komplek perumahan mewah di depan mata. "Aku tidak tahu ada perumahan seperti ini di Namba.""Mungkin ini pemberian dari Kakek Bramantyo," Nady
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

Bab 55. Kamu Segalanya

"Citra, ada apa dengan pipimu?" Suara Raka memecah keheningan saat ia baru saja memasuki rumah. Ia meletakkan tas kerjanya di meja samping pintu dan langsung menghampiri Citra yang sedang duduk di sofa ruang tengah. Mata tajamnya menangkap memar kecil di pipi Citra.Citra yang semula asyik menonton televisi kaget dan reflek menoleh ke arah Raka. Ia tersenyum, mencoba mengabaikan luka di pipinya. "Oh, ini? Gak apa-apa kok, Mas. Cuma masalah kecil tadi."Raka menyipitkan mata, tidak puas dengan jawaban singkat itu. Ia duduk di samping Citra, jemarinya lembut menyentuh pipi Citra, meraba luka yang tampak baru. "Masalah apa?"Citra menghela napas panjang, mencoba untuk tetap tenang. "Tadi…sebenarnya Nadya dan ibu tiriku datang. Mereka minta aku untuk ngomong ke Kakek bahwa aku telah memaafkan Nadya. Tapi, karena aku tolak, jadi kami akhirnya sempat bertengkar dan sepertinya pipiku gak sengaja tercakar."Mendengar itu, wajah Raka seketika mengeras. Citra buru-buru menyela, tak ingin Raka
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

Bab 56. Wisuda

Citra yang sedang serius memoles make up di wajahnya di depan meja rias. Hari ini adalah hari wisuda yang sudah ia nanti-nantikan, jadi Citra ingin tampil sebaik mungkin. Wajah Citra tersenyum lebar begitu menyadari kehadiran Raka di balik pintu. Raka nampak rapi dengan kemeja garis-garis berwarna biru dipadukan dengan setelan jas. Matanya menatap kagum pada Raka. “Kamu kelihatan kayak dosen, Mas. Kalau kamu berdiri di depan kelas, aku yakin semua mahasiswa pasti bakal memperhatikan. Bukannya lihat materi kuliah, tapi lihat dosennya.” Citra tertawa kecil membayangkan hal itu. Raka terkekeh kecil, menghampiri Citra yang masih duduk di depan meja rias. “Sepertinya jika aku jadi dosen, justru malah nggak bisa fokus ngajar kalau mahasiswanya cantik seperti kamu.”Citra menjadi tersipu mendengar itu. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, gaun sederhana warna krem yang dia kenakan serta rambut yang tertata rapi dengan beberapa helai dibiarkan tergerai. “Terima kasih, Mas,” jawabnya s
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

Bab 57. Tanpa Rasa Bersalah

“Kamu benar-benar nggak merasa bersalah, Nadya?” Arga membuka pembicaraan dengan suara tajam saat dia melangkah ke ruang tamu, di mana Nadya duduk santai, menonton televisi. Wajahnya datar, tak menunjukkan sedikit pun penyesalan.Nadya menoleh santai ke arah Arga. “Kenapa harus merasa bersalah? Aku kan masih istrimu, Arga. Lagipula, semua sudah beres, kan? Papa sudah kasih aku kesempatan kedua.”Arga mengepalkan tangannya erat, menahan amarah yang sudah di ujung tanduk. “Kesempatan kedua? Itu yang bikin aku gak habis pikir. Kamu tahu apa yang kamu lakuin salah besar, tapi masih bisa dengan tenang di sini seolah gak ada apa-apa.”Nadya hanya tersenyum tipis, seolah semua kemarahan Arga itu hal sepele. “Kamu terlalu memperbesar masalah, Ga. Aku udah minta maaf, dan Papa kamu setuju untuk kasih aku kesempatan lagi. Kenapa kamu gak bisa ngelupain semua dan mulai lagi dari awal?”Arga merasa darahnya mendidih mendengar kalimat itu. Nadya begitu santai, tanpa rasa bersalah sedikit pun. “Nge
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

Bab 58. Pantang Menyerah

"Selamat malam semua, aku sudah siapkan makan malamnya!" Nadya berkata dengan suara ceria, memasang senyum manis saat membawa nampan penuh lauk ke meja makan.Nadya tampak bersemangat, meski wajah-wajah yang menunggunya di meja tidak menunjukkan antusiasme yang sama. Ia berusaha mengabaikan suasana dingin itu, berharap upayanya kali ini bisa sedikit memperbaiki keadaan.Arga duduk di ujung meja, diam dengan pandangan kosong ke arah piringnya. Ratna di sebelahnya, terlihat lebih fokus pada gelas di tangannya daripada makanan di meja. Sedangkan Kakek Bramantyo, duduk tegap dengan ekspresi serius seperti biasanya, mengabaikan keberadaan Nadya sepenuhnya.Namun, Andi yang duduk di sebelah Kakek tampak berusaha menjaga suasana. Dia mengangguk sambil tersenyum kecil, meski terkesan formal. "Bagus, Nadya. Terima kasih sudah membantu pelayan hari ini."Nadya mengangguk dengan semangat, walau senyumnya terasa dipaksakan. "Iya, Pa. Aku pikir hari ini aku mau bantu-bantu sedikit, biar suasana
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

Bab 59. Kehamilan yang Ditunggu

Citra terbangun dengan perutnya yang bergejolak. Rasa mual yang menyiksa membuatnya terjaga dari tidurnya yang lelap. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan bingung, berusaha mengingat apa yang telah dimakannya semalam. "Apa aku salah makan?" gumamnya pelan, merasakan keringat dingin mulai bercucuran di dahinya.Tak lama kemudian, suara muntahan mengisi ruangan sempit kamar mandi. “Hoek,” Citra mengerang pelan, menahan rasa sakit yang menyerang perutnya. Tak lama kemudian, ketukan lembut terdengar dari arah pintu."Citra, kamu kenapa?" suara Raka terdengar jelas saat dia mengetuk pintu kamar mandi dengan cemas. Di dalam, Citra masih berusaha menenangkan perutnya yang terus mual.“Aku nggak apa-apa, Mas,” jawab Citra pelan, berusaha menenangkan suaminya meski tubuhnya terasa lemas. Dia mengatur napasnya, lalu berjalan keluar dengan wajah yang pucat. “Sepertinya cuma salah makan, perutku nggak enak dari tadi malam.”Raka memandang Citra dengan khawatir. “Tapi kamu terlihat pucat ban
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

Bab 60. Kamu Terpenting

Citra terbaring di ranjang, memandangi langit-langit kamar dengan senyum geli. Raka, duduk di tepi ranjang, wajahnya menunjukkan ketulusan dan kekhawatiran yang bercampur aduk. Sejak kabar kehamilannya, dan kepulangan mereka dari rumah sakit, Raka seolah berubah menjadi sosok yang sangat melindungi, bahkan terkesan posesif.“Citra, kamu harus lebih hati-hati,” ujar Raka, menatapnya penuh perhatian. “Jika ada yang kamu butuhkan, beri tahu saja.”Citra tertawa pelan, "Hamil itu kan bukan sakit, Mas. Aku masih bisa kok ngapa-ngapain sendiri. Santai aja."Raka yang sedang memasangkan bantal tambahan di belakang punggung Citra mengerutkan keningnya. "Aku cuma nggak mau kamu kecapekan, Cit."Citra tersenyum geli. Tidak menyangka akan melihat sisi lain dari Raka seperti ini. Raka duduk di sampingnya, tatapannya serius, " Cit, aku rasa mulai sekarang kamu nggak usah kerja dulu di kafe."Citra terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata Raka, "Nggak kerja di kafe?" tanyanya dengan ragu. "Ta
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status