Share

Bab 45. Mati Kutu

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-10 22:21:45

"Papa tolong maafkan aku. Aku tidak bermaksud berbuat seperti ini. Ini semua karena aku begitu mencintai Arga," suara Nadya bergetar, wajahnya basah oleh air mata, masih duduk di lantai ruang keluarga Kakek Bramantyo.

Semua orang sudah pergi meninggalkannya, dan kini hanya ada dia dan Andi, yang baru saja datang kembali.

Andi memandang Nadya dengan ekspresi dingin, tatapannya sulit diartikan. Ia tidak langsung menjawab permohonan Nadya, hanya berdiri diam di ambang pintu, mengamati dengan teliti.

Nadya merasa jantungnya berdegup kencang, takut akan apa yang akan dikatakan Andi.

Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, Andi akhirnya membuka suara.

"Apa kamu sungguh mencintai Arga?" tanya Andi, suaranya datar, tanpa emosi.

Nadya mengangguk dengan cepat. "Tentu saja, Pa! Aku sangat mencintai Arga. Aku melakukan ini karena aku takut kehilangannya. Aku... aku terlalu takut jika dia akan meninggalkanku," jawabnya terbata-bata.

Andi menarik napas panjang dan kemudian menghela d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 46. Malam Pertama yang Tertunda

    Setelah beberapa hari Citra tidak dapat tidur dengan nyenyak karena hatinya cemas dan dipenuhi rasa bersalah, kali ini Citra merasa puas karena kembali bisa beristirahat dengan nyenyak. Citra terbangun dan duduk di tepi ranjang sambil tersenyum kecil. Mengingat permasalah yang memberatkan hatinya kini sudah terselesaikan. Ia kemudian beranjak dari kamar menuju dapur untuk mengambil segelas air. Namun, baru saja kakinya melangkah. Ia mendapati Raka ternyata sudah bagun lebih dulu, bahkan pria itu kini terlihat sudah berpakaian rapi. Raka menyesap tehnya sambil membaca koran. Di samping Raka, Citra mendapati keranjang yang berisi makanan serta tikar. Kening Citra mengernyit heran, “Mas, kamu mau pergi hari ini?” Mendengar pertanyaan Citra, Raka menaruh korannya di atas meja, “Ya, kita akan pergi hari ini.”“Kita? Pergi kemana?” Seingat Citra mereka tidak memiliki janji untuk pergi hari ini. Raka kemudian bangkit berdiri dari sofa dan berjalan menghampiri Citra, “Pergi untuk mengga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 47. Dari Mana Informasi Itu

    Citra merasakan sinar matahari menyentuh wajahnya, perlahan matanya mulai terbuka dan mendapati Raka masih terlelap di sampingnya, tanpa busana. Jantungnya berdegup kencang saat mengingat apa yang terjadi malam sebelumnya. Wajahnya seketika memerah, tak menyangka, akhirnya mereka benar-benar melewati malam pertama bersama. Citra menggigit bibirnya, berusaha tenang. Namun, suasana pagi yang hening justru membuat kenangan semalam semakin jelas dalam ingatannya. Sentuhan Raka, kehangatan yang mereka bagi, semuanya membuatnya tersipu malu. Dia melirik ke arah Raka yang masih terlelap, lalu dengan pelan-pelan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Tapi saat itu, Raka tiba-tiba bergerak dan matanya terbuka sedikit. Raka tersenyum kecil melihat Citra yang tampak berusaha menutupi diri. “Kenapa ditutup-tutupin? Semalam kan aku udah lihat semuanya,” kata Raka dengan nada menggoda. Citra langsung tersipu dan membuang muka. "Mas Raka!" serunya pelan, mencoba menyembunyikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 48. Kecelakaan yang Janggal

    Melihat Raka yang nampak diam seakan tengah berpikir, Bramantyo kembali bertanya, "Jadi, kamu tahu semua ini dari mana, Raka?" Bramantyo menatap cucunya dengan pandangan penuh pertanyaan.Raka menatap kakeknya sejenak sebelum menjawab, "Aku meminta seseorang untuk menyelidikinya, Kek."Bramantyo mengangguk pelan, tampak merenung sejenak sebelum bertanya lagi, "Baiklah, Kakek paham. Lalu, kapan kamu mau kembali ke perusahaan? Usahamu sendiri sudah terlihat baik-baik saja. Kamu tidak harus mengurusnya setiap hari, kan?"Raka menarik napas panjang sebelum menjawab, "Aku akan kembali setelah urusanku selesai, Kek."Bramantyo mengernyit, penasaran dengan jawabannya. "Urusan apa yang kamu maksud, Raka? Apa yang begitu penting sampai kamu harus menundanya?"Raka menatap kakeknya dengan serius, ada kesedihan yang tersirat di matanya. "Kakek masih ingat kecelakaan orang tuaku? Kenapa Kakek terlihat baik-baik saja setelah kematian mereka?"Pertanyaan itu langsung menghentikan Bramantyo. Ia terd

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 49. Sekutu

    "Kenapa kamu masih di sini, Nadya?" Bramantyo berdiri di ambang pintu ruang tengah, baru sampai setelah dari rumah Raka, terkejut mendapati Nadya duduk di sana. Nadya yang sedang berbicara pelan dengan Andi langsung terdiam, suasana ruangan mendadak tegang. Andi mencoba tersenyum tenang, berdiri menghampiri Bramantyo. "Pa, tenang dulu. Aku bisa jelaskan semuanya." "Jelaskan apa, Andi?" Bramantyo memotong tajam, suaranya bergetar menahan marah. "Kenapa kamu masih membiarkan Nadya di sini? Dia sudah membohongi kita semua, membohongi keluarga kita! Seharusnya dia diusir keluar, bukan malah dipertahankan!" Andi menarik napas dalam, berusaha meredam situasi. "Pa, aku tahu apa yang Nadya lakukan salah. Tapi aku pikir kita bisa memberikan kesempatan padanya. Dia juga manusia, Pa. Dia menyesal atas semua yang dia lakukan." "Nadya menyesal?" Bramantyo jelas tidak percaya. "Seharusnya dia langsung pergi dari sini, dan Arga menceraikannya. Tidak ada tempat untuk orang yang mengkhianati ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 50. Pemilik Cafe

    “Citra, kamu sudah siap?” Suara Raka terdengar dari pintu kamar, menyela aktivitas Citra yang sedang mematut diri di depan cermin.Citra menoleh, mendapati Raka yang sudah rapi dengan kemeja casual dan celana jeans. “Iya, sebentar lagi,” jawabnya sambil merapikan rambutnya yang sudah ditata rapi. Hari ini Citra sudah kembali bekerja di kafe setelah beberapa hari libur.Raka melangkah masuk, memperhatikan Citra yang sibuk memoles sedikit lipstik. “Biar aku antar kamu ke kafe.”Citra menatap Raka melalui cermin, alisnya terangkat. “Mas, kebetulan lewat sana juga?”Raka tersenyum tipis. “Ya, ada urusan di sekitar sana. Jadi bisa sekalian antar kamu.”Citra tertawa kecil mendengar nada suara Raka yang terkesan formal. “Baiklah, kalau begitu, Mas,” ucapnya sambil mengambil tas tangan kecilnya.Mereka berdua keluar rumah dan menuju mobil yang terparkir di halaman.Citra memandangi pemandangan jalanan kota yang mulai ramai dengan aktivitas pagi.“Ngomong-ngomong, kapan kamu wisuda?” tanya Ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 51. Mulai Terungkap

    Citra kembali ke rumah dengan perasaan mengganjal setelah menghabiskan waktu di kafe karena masih ada pertanyaan di dalam pikirannya yang belum terjawab. Ia mengingat obrolan ringan dengan teman-temannya yang menyebutkan bahwa Raka adalah pemilik kafe tempatnya bekerja. Ketika melihat Raka yang sudah menunggu di meja makan, Citra merasa perlu mengonfirmasi kabar tersebut. Namun, sebelum Citra bertanya, Raka yang melihat kepulangan Citra langsung tersenyum sambil menatapnya. Membuat Citra kemudian membalas senyuman suaminya itu. “Kamu pasti belum makan, kan? Kebetulan aku bawa makanan dari luar.” Nada Raka terdengar lembut, sambil menarik kursi di sebelahnya untuk mempersilahkan Citra duduk. Citra kemudian duduk di samping Raka, matanya menatap hidangan makanan yang sudah tersaji di meja makan. Semuanya terlihat begitu menggiurkan. Citra kemudian mengernyitkan kening melihat salah satu bungkusan makanan di depannya, dengan tulisan ‘Teras Rasa’, “Mas, kamu beli makanan di sini?

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 52. Jatuh Cinta?

    Perlahan mata Citra mulai mengerjap beberapa saat sebelum akhirnya membuka matanya perlahan. Citra merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya yang memberi kehangatan. Citra menoleh sedikit ke samping dan menatap lembut wajah Raka yang masih tertidur pulas, dengan nafas yang tenang dan wajahnya yang tampak damai. Citra merasakan hatinya bergetar melihatnya, memori semalam melintas dalam benaknya. Setelah Raka membawanya masuk ke dalam kamar, Citra sempat merasakan kegugupan yang menyelimuti dirinya. Ia tak bisa memungkiri bahwa dirinya masih terbayang akan sentuhan Raka malam itu. Sehingga ketika tubuh Raka mulai mendekat dan bahkan Citra bisa merasakan hembusan nafas Raka di wajahnya, Citra secara otomatis langsung memejamkan matanya. Namun, bukan sentuhan lembut menyapu bibirnya, melainkan sentuhan lembut itu Citra rasakan di keningnya. Mata Citra langsung terbuka dan melihat Raka di depannya terkekeh kecil, seakan meledek Citra. “Kenapa kamu memejamkan mata?” Citra tahu p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 53. Tamu Tak Diundang, Lagi

    Hari itu, kafe sedang tidak terlalu ramai. Sehingga Citra bisa membantu membuat macarons sambil belajar lebih banyak mengenai itu. Begitu selesai memanggang, Citra kembali ke depan. “Loh, bukannya itu Nadya?” Mata Citra membulat begitu melihat sosok yang ia kenali dan juga paling ingin ia hindari saat ini. Di sudut ruangan berdiri Nadya bersama ibu tirinya, menatap sekeliling kafe sebelum akhirnya melangkah masuk. Citra masih ingat bagaimana terakhir kali Nadya membuatnya ada dalam masalah saat masih bekerja di tempat lama."Astaga, mau apa lagi mereka datang ke sini?" gumam Citra, merasa was-was. Namun, ia sengaja tidak mau menghampiri mereka, dan beruntungnya Rani yang langsung melayani. Sayangnya rasa lega itu tak berlangsung lama, karena Citra dapat mendengar bahwa ibu tirinya menanyakan keberadaannya pada Rani. Dan Rani yang tidak tahu apa-apa dengan polosnya langsung menunjuk ke arah Citra. “Citra, bisa kemari sebentar?” panggil Nadya, suaranya terdengar lembut namun penuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16

Bab terbaru

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 105: Harapan untuk Masa Depan

    “Mas, tadi Kakek sempat bilang sesuatu yang membuatku berpikir,” ujar Citra sambil duduk di sofa, menarik selimut ke tubuhnya. Malam itu udara terasa dingin, tetapi hangatnya percakapan mereka mencairkan suasana.“Apa yang Kakek bilang?” Raka bertanya, mendekat sambil membawa dua cangkir teh hangat. Ia menyerahkan satu kepada Citra sebelum duduk di sampingnya.Citra memegang cangkir itu dengan kedua tangan, meniup uap yang mengepul. “Dia bilang menjadi orang tua itu tidak mudah. Kita harus saling mendukung, dan aku setuju dengan itu. Aku tahu kita masih belajar, tapi aku berharap kita bisa menjadi tim yang baik.”Raka tersenyum, menatap istrinya penuh kasih. “Aku setuju, Cit. Aku tahu aku belum sempurna, tapi aku berjanji akan belajar. Aku akan menjadi suami dan ayah yang lebih baik. Aku tidak akan membiarkan apa pun mengganggu keluarga kecil kita.”Citra menatap Raka dengan mata lembut. “Aku percaya padamu, Mas. Tapi aku juga berharap kita selalu saling mendukung, apa pun yang terjad

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 104: Acara Syukuran

    “Citra, mana aku taruh kue lapis legit tadi? Rasanya tadi aku letakkan di meja dapur!” Suara Raka terdengar sedikit panik dari arah dapur.Citra yang sedang mengatur hiasan bunga di ruang tamu, menoleh sambil tersenyum. “Itu sudah aku pindahkan ke meja buffet, Mas. Nanti kalau taruh di dapur, lupa dihidangkan.”Raka mengangguk cepat, keluar dari dapur sambil membawa nampan berisi minuman. “Wah, bagus sekali susunan bunganya. Kamu memang selalu bisa membuat semuanya terlihat lebih indah.”“Memuji terus dari tadi. Apa kamu takut aku stress menghadapi acara ini?” goda Citra sambil tertawa kecil.Raka meletakkan nampan di meja, kemudian mendekat dan meraih tangan Citra. “Aku memujimu karena kamu pantas dipuji, Cit. Lagi pula, acara ini kan untuk kebahagiaan kita.”Citra tersenyum, sedikit terharu dengan ucapan suaminya. “Terima kasih, Mas. Aku tahu kamu sudah berusaha keras untuk membantu.”Belum sempat Raka menjawab, bel pintu berbunyi. “Itu pasti tamu pertama kita,” kata Raka bersemanga

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 103: Malam Romantis di Taman

    “Kamu memang tidak pandai menyimpan rahasia, ya,” ujar Citra dengan nada menggoda, sambil menatap Raka yang sedang sibuk menata lilin di atas meja taman kecil itu.Angin malam yang lembut meniup rambutnya, sementara wangi bunga lavender di sekeliling taman membuat suasana semakin hangat.Raka, yang sedang menyalakan lilin terakhir, menoleh sambil tersenyum. “Mungkin aku memang tidak pandai menyimpan rahasia,” balasnya santai, “tapi aku pandai membuatmu tersenyum, ‘kan?”Citra tertawa kecil, melipat tangannya di dada. “Yah, setidaknya itu benar. Tapi serius, Mas. Apa ini semua untukku?”Raka berjalan mendekat, menarik kursi untuk Citra agar duduk. “Menurutmu?” tanyanya balik sambil memasang senyum jahil.“Hmm, kalau bukan untukku, untuk siapa lagi?” jawab Citra sambil duduk. Ia memandangi meja kecil itu, dihiasi taplak sederhana berwarna putih dengan beberapa tangkai bunga mawar merah. Di tengah meja, lilin-lilin kecil menyala, memberikan cahaya hangat yang memantul di matanya.Raka du

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 102: Persiapan Acara Syukuran Kehamilan

    “Mas, aku ingin mengadakan syukuran kecil,” ujar Citra tiba-tiba di ruang makan saat mereka sedang sarapan. Ia menatap suaminya yang tengah sibuk dengan layar ponselnya. “Kita bisa undang keluarga dan teman-teman dekat. Hanya acara sederhana untuk merayakan kehamilan ini.”Raka mendongak, alisnya terangkat. “Syukuran? Apa tidak terlalu merepotkan? Bukankah kita bisa merayakannya berdua saja?”Citra tertawa kecil. “Mas, ini bukan soal merepotkan atau tidak. Aku hanya ingin berbagi kebahagiaan ini. Lagipula, sudah lama kita tidak berkumpul dengan orang-orang terdekat sejak kejadian itu.”“Tapi, Cit…” Raka mencoba membantah, namun pandangan penuh harap dari istrinya membuatnya menahan diri. “Apa tidak lebih baik kalau kita fokus saja pada persiapan nanti setelah bayi lahir?”Citra menggeleng. “Bayi ini belum lahir, tapi aku ingin semua orang tahu betapa bersyukurnya kita. Acara ini tidak harus besar, hanya sekadar makan bersama dan doa sederhana.”Raka menghela napas, mencoba mencari ala

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 101: Rasa Terima Kasih Raka

    “Citra, aku tidak tahu bagaimana jadinya hidupku tanpa kamu,” suara Raka terdengar pelan, namun ada kejujuran mendalam di dalamnya. Ia menatap Citra yang sedang duduk di sofa ruang tamu, memandanginya dengan penuh perhatian. “Kamu begitu sabar menghadapi semua kekacauan ini.”Citra menghentikan tangannya yang sedang memegang cangkir teh, lalu mengalihkan pandangannya ke arah suaminya. Ada sedikit keheranan di wajahnya. “Kenapa tiba-tiba bicara begitu, Mas? Aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang istri.”“Tidak, ini lebih dari itu,” jawab Raka, menghela napas panjang sebelum melanjutkan. “Aku sadar selama ini aku terlalu sibuk dengan masalahku sendiri. Aku seringkali lupa bahwa kamu juga ikut menanggung semua beban ini, bahkan ketika itu bukan kesalahanmu.”Citra tersenyum kecil, mencoba mencairkan suasana. “Kamu membuatku terdengar seperti pahlawan, padahal aku cuma ingin kita melewati semuanya bersama. Bagaimanapun juga, keluarga ini adalah bagian dari hidupku.”Rak

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 100. Kebohongan yang Terbongkar

    “Baik, semua sudah berkumpul?” Raka membuka suara dengan tenang tetapi tegas, berdiri di tengah ruang keluarga besar Bramantyo.Anggota keluarga yang hadir saling pandang, bertanya-tanya apa yang akan dibahas. Kakek Bramantyo duduk di samping Arga, terlihat waspada. Nadya duduk di sudut ruangan dengan ekspresi datar, meskipun jari-jarinya saling menggenggam erat.“Ada sesuatu yang perlu saya sampaikan kepada keluarga ini,” lanjut Raka. “Ini menyangkut kejujuran, kehormatan, dan kepercayaan dalam keluarga besar kita.”Citra yang duduk di dekatnya menatap Raka dengan dukungan penuh. Ia tahu betapa pentingnya momen ini untuk membongkar semua kebohongan yang telah merusak kedamaian keluarga mereka.“Raka, langsung saja ke intinya,” suara dingin Kakek Bramantyo terdengar. “Apa yang sebenarnya ingin kamu sampaikan?”Raka menarik napas panjang. “Saya memiliki bukti bahwa Nadya selama ini telah membohongi kita semua.”“Raka!” Nadya langsung berdiri, suaranya meninggi. “Apa maksudmu? Jangan bi

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 99: Menghadapi Kenyataan

    “Arga, aku perlu bicara sekarang. Ini penting,” kata Raka dengan nada serius saat memasuki ruang kerja Arga.Arga yang sedang membaca dokumen mendongak, memasang ekspresi sedikit terganggu. “Apa lagi kali ini, Bang? Aku lelah dengan masalah keluarga yang sepertinya terus dibesar-besarkan.”Raka mendekat, meletakkan amplop cokelat di meja. “Bukan aku yang membesar-besarkan. Ini soal Nadya. Aku rasa kamu perlu melihat ini.”Arga mengernyit, tetapi tetap membuka amplop itu. Di dalamnya ada laporan DNA, beberapa foto, dan transkrip percakapan yang telah disusun oleh Budi.“Apa ini?” tanya Arga dengan suara rendah, tetapi jelas menunjukkan ketegangan.“Laporan DNA,” jawab Raka singkat. “Lengkapnya kamu bisa membaca dokumen itu.” Raka memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya.Arga menatap laporan itu dengan ekspresi tidak percaya. “Kamu pasti bercanda. Untuk apa sampai test DNA segala?"“Arga,” Raka menahan nada suaranya agar tetap tenang. “Aku tahu ini sulit dipercaya, tapi semua bu

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 98. Obrolan yang Memanas

    “Mas, aku harus bicara sama Nadya. Ini sudah keterlaluan,” kata Citra dengan nada tegas, menatap Raka yang sedang duduk di meja kerjanya.Raka menghela napas panjang. “Sayang, aku tahu kamu marah. Tapi ini bukan cara yang tepat. Nadya bisa memutarbalikkan semua perkataanmu.”“Justru karena itu aku harus bicara langsung. Kalau aku diam terus, dia akan merasa menang dan terus menyebarkan fitnahnya. Aku nggak mau keluarga kita hancur karena dia,” jawab Citra dengan sorot mata yang tajam.Raka bangkit dari kursinya dan mendekati Citra. “Aku ngerti perasaanmu, tapi kita harus hati-hati. Jangan sampai kamu terpancing emosinya. Nadya itu licik.”“Aku nggak akan marah, Mas. Aku cuma mau dia tahu kalau aku nggak akan tinggal diam,” kata Citra sambil menggenggam tangan Raka.Raka menatap istrinya dalam-dalam, lalu mengangguk. “Baiklah, tapi aku tetap ada di dekatmu. Kalau dia mulai melampaui batas, aku akan turun tangan.”*Citra berjalan di ruang tamu, di mana Nadya sedang duduk santai sambil

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 97. Serangan Balik

    “Tante Dewi, saya benar-benar nggak tahu lagi harus bagaimana…” Nadya berkata pelan, suaranya dibuat terdengar lemah. Ia duduk di ruang tamu sambil menundukkan kepala, sesekali mengusap matanya seolah mencoba menahan tangis.Bu Dewi, salah satu anggota keluarga Bramantyo, yang duduk di depannya menghela napas. “Nadya, kamu kenapa? Kok kelihatan sedih sekali?”“Saya hanya merasa semua orang di rumah ini sudah nggak peduli sama saya, Tante. Mereka hanya pura-pura baik demi menjaga nama baik keluarga besar. Apalagi Raka dan Citra…” Nadya terdiam, seolah ragu untuk melanjutkan.Mata Bu Dewi menyipit, penasaran. “Kenapa dengan Raka dan Citra?”Nadya memainkan ujung kerudungnya, berpura-pura ragu. “Saya nggak mau menuduh, Tante, tapi saya lihat mereka itu seperti hanya berpura-pura bahagia. Semuanya terasa… palsu. Mungkin demi menyenangkan Kakek Bramantyo saja.”Bu Dewi terdiam, memikirkan kata-kata Nadya. “Maksudmu, mereka tidak benar-benar bahagia?”“Entahlah, Tante. Tapi setiap kali say

DMCA.com Protection Status