Home / Romansa / Dalang Dibalik Kematian Kakakku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Dalang Dibalik Kematian Kakakku : Chapter 21 - Chapter 30

55 Chapters

BAB 21

Yuda mengusap darah yang keluar dari mulut. Di depannya Yasa masih menggenggam tangan hendak memukul untuk kedua kali tapi ditahan. "Cukup, Mas. Ini bukan sepenuhnya salah Mas Yuda. Tadi dia mau bantu ambilkan sendok, jangan salah paham." Langkahnya tertahan dan melunak, tapi sorot mata itu masih mengarah pada saudaranya. Yuda yang sudah merasakan suasana tak nyaman langsung mengambil kunci mobil dan bergegas pergi, ia tak jadi sarapan di rumah. "Kamu nggak apa apa?" Yasa langsung berbalik menatapnya. "Aku baik baik saja." Alina sebenarnya tersentak saat Yasa memukul Yuda seperti tadi. Terlihat pukulannya sangat bertenaga dan terniat sekali, sampai ada darah yang keluar di wajahnya. "Kamu kenapa sangat membenci Mas Yuda? Dia Kakak kamu meski beda ibu. Seharusnya kalian akur dan saling menyayangi." Wajah cemas berubah berawan. Yasa melepas istrinya. "Aku tidak akan pernah akur dengan dia, sampai kapan pun. Dia lelaki bodoh dan tolol." Kalimat yang tak pernah terbayang
Read more

BAB 22

Langit cerah tersapu awan biru, tak nampak adanya mendung di atas sana. Alina langsung turun dari taksi hendak ke kantor setelah kembali dari rumah Pak Wibowo. Langkah pelan tak bertenaga, sejauh ini perjuangan Alina sudah begitu jauh, namun tak sebanding dengan informasi yang di dapat.Meski demikian, dalam jiwanya sudah tertanam bahwa apapun yang terjadi kematian Aira kakaknya harus terungkap meski dengan nyawa taruhannya.Satu tarikan napas panjang sebelum ia melihat seseorang di pinggir jalan. Matanya membelok tak jadi masuk kantor."Dia bukannya anak pengemis itu? Astaga, sudah aku bilang ke kantor saja."Alina berjalan menghampiri dirinya. Masih dengan penampilan yang sama, wajah tertutup masker hitam dan jubah besar memenuhi kepala hingga ujung kaki. Dan ada sebuah kaleng di samping yang mungkin isinya hanya recehan."Adek, kenapa masih ditempat panas?" sapanya berdiri di depan anak kecil itu. "Ayok kita pindah di sana."Alina berusaha menariknya tapi anak itu menggeleng menaha
Read more

BAB 23

Jangan sampai semua terbongkar sebelum mencapai tujuan."Saya memang punya sebuah perusahaan, tapi bukan saya yang mengelola. Saya ke sini sebagai sekretaris juga ingin menambah wawasan. Hanya itu."Berharap Yuda menerima alasan yang sudah ia berikan."Lagi pula Mas Yasa juga sudah tahu bahwa saya punya perusahaan.""Dan apakah dia tahu bahwa kamu jadi sekretaris di sini?"Pintar juga Yuda memperkirakan keadaan. Yasa memang belum tahu jika Alina menyamar sebagai sekretaris Yuda untuk masuk ke keluarga mereka."Kalau saya kasih tahu Yasa, bagaimana ya reaksinya?"Malah senyum gentir yang ia berikan, "silahkan saja. Tapi saya juga akan kasih tahu suami saya bahwa Anda masih berharap kepada saya, ipar kamu sendiri. Jika dia tahu, entah apa yang akan terjadi padamu dan Valen. Kalau saya, Mas Yasa tidak bisa marah sama saya, Pak Yuda."Pendengar yang baik, Yuda sedang mencerna secara cepat nada bicaranya."Sayang, kamu kok serius sekali?" ucapnya kemudian. "Kalau kita sama sama untung, ken
Read more

BAB 24

Kawasan itu sepi, hanya beberapa orang yang lalu lalang, pun penjual kaki lima tidak ada. Hanya penjual pakai gerobak dorong saja yang sesekali nongol."Kamu yakin ini tempatnya?""Iya yakin."Bima mencoba memeriksa daerah sekitar, di depan ada toko bangunan, di samping iri jalan ada toko pakaian. Jika dilihat tak ada yang mencurigakan."Saat itu aku sudah sampai di sini, tapi tiba-tiba aku ditelpon sama Tante Lira, Mamanya Wiwin. Makanya aku putar balik dan langsung ke rumahnya.""Pada saat kamu sampai di sini, lokasinya masih jauh? Tinggal berapa menit?""Masih jauh, Kak. Hampir tiga puluh menitan lagi. Aku juga bingung kenapa Wiwin mengejar Pak Yasa sampai sejauh ini. Dan akun juga nggak tahu tempat kecelakaannya di mana, sepanjang jalan tidak ada hal hal aneh.""Jika asumsinya memang sebuah kecelakaan, kemungkinan Wiwin mengalaminya saat di tiga puluh menit terakhir. Atau dia sudah kecelakaan baru kamu berangkat mencarinya," jelas Bima."Aku yang bodoh, andaikan waktu itu aku tida
Read more

BAB 25

Mereka bertemu di sebuah tempat makan. Lelaki itu dengan penampilan seperti biasa, memakai jaket hitam dan topi tentunya."Maaf saya telat Pak Rangga," Alina duduk di depannya."Jangan sungkan Bu Alina, lagian jangan panggil saya bapak. Saya merasa ketuaan nanti, panggil saja nama. Bi-ma."Perempuan itu mengangguk saja, "kalau begitu kamu juga jangan panggil saya dengan kata Ibu, panggil nama. A-li-na."Senyum disunggingkan, mungkin akan lebih akrab jika memanggil nama saja."Apa yang ingin kamu tanyakan?""Begini, apakah belakangan ini Bu Alina, eeeh....Maksudnya Alina, kamu ada mendapat kejadian tak beres kepada Pal Yasa?"Hati hati dan penuh kewaspadaan, Bima takut menyinggung perempuan itu dengan menyebut nama suaminya."Memang ada, tapi saya tidak yakin.""Katakan saja apa yang kamu lihat.""Mas Yasa lelaki yang baik sekali, perhatian dan hatinya lembut. Tapi,"Kalimat Alina menggantung, kini Bima hanya bisa menatapnya saja."Banyak sekali kejanggalan yang saya temukan. Dari dia
Read more

BAB 26

"D-dani adalah,""Mas, kamu apa apaan sih. Heh Alina, kamu jangan kepo ya urusan rumah tangga kami. Siapapun namanya Dani, atau ada nama lain yang kamu temukan, itu bukan urusan kamu. Jadi jangan sok sokan ikut campur!" teriak Valen menggebu-gebu."Jelas saya ikut campur. Ini rumah tempat saya tinggal, saya harus dong apa yang sebelumnya pernah terjadi, lagian apa susahnya kalian tinggal cerita, Dani itu siapa? Beres kan? Kecuali, kalau kalian menyembunyikan sesuatu.""Tutup mulut kamu!""Valen!" Yuda bergerak menghentikan istrinya. Sepertinya kali ini Yuda tidak punya pilihan lain. Alina sudah sangat curiga, jika terus membuatnya penasaran, maka akan berbahaya untuk kedepannya."Saya akan kasih tahu kamu.""Mas, kamu jangan gila ya!""Valen, jika benar tidak ada sesuatu, kamu tidak akan sepanik ini? Pihak sekolah anak yang bernama Dani inj juga butuh kepastian, tidak mungkin mereka asal mengirimkan surat tanpa alasan yang jelas."Kali ini mereka terbungkam, memang tidak mudah menyem
Read more

BAB 27

"Aku ada sesuatu buat kamu," Alina memperbaiki posisi duduknya."Apa? Kok tumben, selama ini kamu tidak pernah memberikan apapun."Yasa menebak penuh kegirangan, selama ini bukan karena Alina tak mau kasih tapi ia yang tak menerima."Sekarang kamu harus terima. Dari dulu hanya kamu yang kasih hadiah, sekarang giliranku.""Iya, memangnya mau kasih apa?"Alina membuka laci kemudian mengambil benda lancip yang selalu dibawa oleh anak sekolahan."Pulpen?""Iya itu untuk kamu. Cantik kan? Kamu kan sering periksa revisian mahasiswa, jadi cocok dibawa ke mana-mana."Yasa membolak-balikkan benda itu, memang terlihat lebih istimewa dari yang lain. Unik juga, punya tiga varian warna yang mencolok. Istrinya memang paling mengerti."Cantik seperti yang kasih," pujinya. Salah tingkah dan wajah merona, seperti baru pertama di puji suami sendiri."Sayang, boleh aku tanya sesuatu?"Senyum perempuan itu mengempis, melihat tangan Yasa memutar mutar pulpen yang ia kasih membuatnya agak menebak nebak."
Read more

BAB 28

"Buset, ini tembok apa? Tembok China? Tinggi bener."Mereka kembali menerawang, jalan yang mereka pilih sudah benar tapi kenapa tiba-tiba buntu?"Bim, coba matikan lampu mobil," perintah Agung kemudian.Bima langsung mematikannya. Sekarang suasana semakin gelap gulita seperti kehidupan."Lihat ke depan, ada celah di beberapa titik."Agung dan Wawan langsung turun memeriksa. Mereka menandai dengan menggores dengan kayu yang bisa dihapus."Nyalakan lagi lampunya."Saat sudah diterangi dengan cahaya mobil, terbentuklah sebuah pola yang menggambarkan bentuk."Ini pintunya."Mereka kembali masuk, ternyata seseorang sedang melakukan transaksi di sana."Cara ini digunakan oleh kelas atas," celetuk Bima. "Tidak mungkin dilakukan oleh orang sembarangan. Lagi pula sejak awal kita sudah disuguhkan banyak pemandangan yang tak akan disadari oleh orang-orang.""Kita bergerak sekarang?""Tidak bisa. Kita tidak tahu apa yang ada di dalam sana, jangan bertindak gegabah. Kalau kita mau lebih banyak men
Read more

BAB 29

"Sebenarnya apa, Bi? Tolong bicara yang jelas.""Sebenarnya Bibi diminta untuk merahasiakannya, Non. Maafkan Bibi," ungkapnya sangat merasa bersalah."Siapa yang mengancam Bibi? Yuda atau Valen?"Perempuan dengan rok panjang meremas barang belanjaan yang masih terpegang di sana."Kenapa kamu kepo sekali?" Valen dagang dengan berkacak pinggang. "Apa urusan kamu?"Bi Ina langsung berlalu membawa barang bawaan masuk dapur, sementara Valen masih bertengger memandangi Alina."Aku heran deh sama kamu, setiap ada hal yang berkaitan dengan Yuda, kamu selalu saja penasaran dan ingin ikut campur. Kenapa? Atau kamu benar-benar mencintai suami saya?""Najis.""Kamu yang sopan ya Alina kalau bicara, aku ini ipar kamu, Kakak iparmu!""Saya tidak pernah menganggapmu sebagai keluarga. Kamu dan Yuda itu iblis!""Kurang ajar!" Valen mendekat dan mengangkat tangan, tapi malah Alina yang lebih dulu menjambak rambutnya. "Aaau, sakit!""Ini akibatnya jika kamu mau melawan saya Valen. Kamu kira saya akan ta
Read more

BAB 30

Alina mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi, semua benang-benang ini masih saja kusut bahkan amat kusut. Belum terlihat secercah cahaya yang bisa memberikan harapan untuknya.Kali ini tujuannya ke rumah sakit gila tempat Pak Tono di rawat. Rasanya semua informasi semakin melebar ke mana mana dan semakin banyak korban yang mulai muncul.Beruntung istri Pak Tono mempercayai dirinya untuk mengungkap semua kejanggalan ini, ia juga memberikan alamat tempat suaminya berada. Namun lamunan Alina malah meledak ketika ia mengerem mendadak."Astaga, apa yang aku tabrak?"Ia segera keluar mobil dan memastikan, ternyata Alina menabrak mobil lain yang sedang berhenti di tepi jalan."Maaf maaf, saya tidak sengaja menabrak mobil Bapak," ucap Alina kepada seorang lelaki yang sedang mengamati mobilnya lecet atau tidak."Sekali lagi saya minta maaf, saya akan ganti rugi betapapun."Lelaki bertopi hitam itu menoleh ke arahnya, "ganti 1 M."Hal itu membuat Alina mendongak menatapnya balik. Yang satu
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status