All Chapters of Terjerat Pesona Kakak Tiriku: Chapter 11 - Chapter 20

94 Chapters

Chapter 11 (dintara tuan muda Hansel tuan muda Evander)

Adnessa yang baru saja membuka pintu kamarnya, heran melihat keberadaan Axcel dan Revan berdiri di depan kamarnya, "Kalian, ngapain di sini?"Revan dan Axcel memang bersahabat, tidak heran jika melihat dosen muda itu berada di kediaman Hansel. Tapi, melihat dua pria ini berdiri di depan pintu kamarnya dengan nafas yang naik turun, membuat Adnessa bertanya-tanya."Saya? Saya mengkhawatirkan kamu," sahut Revan to the poin.Adnessa semakin binggung, "Hah? Apa anda salah bicara, Pak?"Maksudnya, dirinya tidak sepenting itu kenapa seorang dosen seperti Revan bisa mengkhawatirkannya?! Apa aku membuat masalah? Adnessa mencoba untuk mengingat apa yang ia lakukan, yang mungkin membuat masalah tanpa ia sadari.Melihat pakaian yang di kenakan Adnessa sedikit terbuka, Axcel segera melepaskan jas yang ia kenakan untuk Adnessa.'Astaga. Malu sekali,' batin Adnessa yang baru saja menyadari pakaiannya."Maksud saya, tadi Axcel datang ke kampus untuk menjemput kamu, dan saya teringat jika kamu sudah pu
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Chapter 12 (Satu Bulan)

Deg. Adnessa terdiam, mengira jika kalimat waktu itu hanyalah sebuah lelucon dan Axcel telah melupakannya. Kenyataannya, pria itu Justru menanyakan jawaban tentang pengakuannya pagi tadi."Saya menyukai kamu!" jelas Axcel.Dalam konteks apa? Adnessa tidak ingin terlalu percaya diri, karena tidak semua kata menyukai itu bisa di artikan dalam bentuk pasangan, bisa saja itu hanya sekedar suka layaknya seorang kakak kepada adiknya. Lagi pula, selamanya mereka akan menjadi saudara. Andai kata, suatu saat nanti Axel benar-benar memiliki perasaan kepadanya, Adnessa berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak menyukai pria di depannya ini."Aku juga menyukai mu, karena kita adalah saudara!" Adnessa tersenyum, menatap sekilas wajah Axcel. Saudara? Kebahagiaan di wajah Axcel perlahan meredup, "Apa hanya sebatas itu?""Maksudnya?""Saya menyukai kamu lebih dari perasaan seorang kakak kepada saudari perempuanya. Bagaimana dengan kamu? Apakah perasaan kamu hanya sebatas itu?" tanya Axcel penuh
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Chapter 13 (Mulai curiga)

"Ness, sedang apa kamu?" tanya Margaretha melihat wajah gugup putrinya. Margaretha yang penasaran, akhirnya menghampiri Adnessa yang terdiam di depan pintu kamar mandi. "Ahh, tidak, Ma. Mama kapan pulang?" tanya Adnessa yang sengaja mengalihkan pembicaraan."Mama, baru saja pulang. Beneran kamu tidak kenapa-kenapa?" tanya Margaretha curiga. Walaupu mereka jarang memiliki waktu bersama, tapi, yang namanya ibu pasti sangat mengenali anaknya.Adnessa tersenyum, sebenarnya sangat tidak nyaman berada di posisi sekarang. Tapi, tidak mungkin juga ia mengatakan yang sejujurnya, 'Yang ada di coret dari kartu keluarga.'"Mama memang terlalu sibuk dan jarang ada waktu untuk kamu. Tapi, kalau kamu sedang ada masalah, cerita sama mama!" Adnessa tersenyum, "Adnessa tidak ada masalah, kok, ma!"Margaretha mengangguk, firasat seorang ibu tidak akan pernah salah. Tapi, biar bagaimana pun ia tidak bisa memaksa Adnessa, dan memilih untuk menunggu kapan gadis itu siap untuk bercerita, "Ya sudah, kalau
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Chapter 14 (Kedatangan Giovan)

"Maaf, tuan, menganggu waktunya. Ini ada den Revan datang katanya ada perlu dengan tuan muda!" Ketika suasana sedikit menegang, tiba-tiba seorang pelayan di kediaman itu datang, memberi tahu kedatangan Revan.Jhonatan mengangguk, mempersilahkan sahabat putranya itu untuk bergabung, sarapan bersama."Baik, tuan.""Selamat pagi om, tante!" sapa Revan yang baru saja datang."Pagiii. Silahkan duduk, Van. mari kita sarapan bersama!" sahut Jhonatan menyambut kedatangan Revan."Iya, nak Revan. Jangan sungkan-sungkan!" timpal Margaretha."Ahhh, jadi merepotkan Om dan tante," sahut Revan terkekeh, dengan senang hati bergabung di meja makan."Bagaimana kabar Ayah kamu, sehat?" tanya Jhonatan. Tidak hanya Axcel yang bersahabat dengan Revan, ternyata Jhonatan dan Ruan, ayah kandung Revan merupakan kawan lama. Tidak heran jika mereka terlihat seperti saudara."Alhamdhulillah sehat, om. Kalau om? Emmm, sepertinya saya tidak perlu bertanya, sejak kedatangan tante Margaretha seharusnya Om Jhonatan se
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Chapter 15 (Kakak tiri yang posesif)

"Beraninya bersikap tidak sopan disini!" ucap Axcel, suaranya meninggi. menghempas kasar tangan Geovan yang menyentuh bahu Adnessa. "Kamu tidak apa-apa, Ness?!" tanya Revan khawatir. Adnessa menggeleng, dengan wajah tertekan gadis itu bersikap seolah tidak terjadi sesuatu. "Woahhh, pantas saja kamu memblokir semua kontakku. Ternyata, kamu sudah mendapat mainan baru?!" Geovan bertepuk tangan, terang-terangan menyindir Adnessa. Sedikit pun Adnessa tidak tersulut emosi. Dengan santai gadis itu bersedekap dada, tersenyum sinis kearah Geovan, "Heh, lucu sekali." "Memang, wanita murahan seperti kamu itu tidak bisa hidup tanpa laki-laki. Sebenarnya, seberapa kesepian kamu disini hingga bermain dengan dua pria sekaligus, hmmm?!" ucap Geovan yang semakin keterlaluan, membuat Adnessa tidak bisa menahan diri lagi.Revan yang mendengar Adnessa di rendahkan di depan mata kepalanya, tentu saja tidak terima. Pria itu hampir saja memukul Giovan, namun, ia urungkan ketika Adnessa sudah lebih dulu
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Chapter 16 (Trending topik)

Pagi itu, Adnessa benar-benar di antar oleh Revan hingga kedalam kelas. Hari itu juga, Adnessa menjadi trending topik dan terkenal di penjuru kampus hanya gara-gara dirinya di antar oleh dosen tampan idaman para Mahasiswi disana."Aishhh, semua ini gara-gara pak Revan," gerutu Adnessa. Sepanjang ia berjalan di koridor, pasti akan ada bisikan dan tatapan yang tertuju padanya. Entah itu komentar positif atau negatif, semuanya berbaur menjadi satu."Cieee ... Monyong banget bibir, Lo. Senyum dong! Masa habis di anterin 2 cowok tampan masih gak puas, Lo, Ness?!" ucap Fransisca menghampiri Adnessa yang baru saja duduk di bangkunya."Iya, nih. Diborong semua, bagi-bagi napa, Ness?!" sahut Laluna dengan bibir cemberut.Adnessa menghela nafas panjang, "Kalian tidak mengerti, sih. Kalau bisa, dengan senang hati kalian angkut saja mereka berdua!""Astaga, Ness. Gue bercanda! Oh iya, pria yang berangkat bersama kamu tadi siapa?" tanya Fransisca penasaran."Siapa? Pak Revan?" tanya Adnessa yang t
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Chapter 17 (CCTV)

*Flash Back.*"Tumben, Lo menghadiri rapat ini?" tanya Revan, sedikit heran. Ia tahu betul Axcel lebih suka berurusan dengan hal-hal yang lebih penting daripada rapat umum kampus."Ada beberapa hal yang ingin kupastikan sendiri," jawab Axcel, nadanya datar. Ia melirik sekilas ke sekeliling ruangan, seolah mencari sesuatu.Revan mengedikkan bahunya, mencoba bersikap santai. Namun, ia merasa ada sesuatu yang mengganjal. Biasanya, asisten Axcel yang akan hadir mewakilinya. Kehadiran Axcel sendiri menimbulkan pertanyaan besar. 'Apa ada masalah yang serius?' pikir Revan, merasa khawatir.Sebenarnya, Axcel tidak begitu tertarik dengan acara pertemuan umum itu. Kedatangannya ke kampus ini hanya untuk meredakan kegelisahannya tentang Adnessa. Ia merasa ada sesuatu yang mengganjal, perasaan yang membuatnya tidak tenang. Axcel yang sebelumnya telah mengatur asistennya untuk menghadiri pertemuan ini, tiba-tiba berubah pikiran setelah teringat akan bertemu Adnessa di kampus itu. Ia butuh melihatn
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Chapter 18 (Canggung)

Semua orang yang tadinya berada di pihak Devita seketika berbalik tidak menyukainya, setelah melihat rekaman CCTV yang membuktikan jika dirinyalah yang bersalah.Bisik-bisik mulai terdengar di antara mereka. "Ternyata dia yang salah," bisik seorang mahasiswa."Memalukan sekali," sahut yang lain. Devita dapat mendengar semua itu, dan rasa malunya semakin membakar dirinya.Devita menatap tajam ke arah Adnessa, matanya menyipit penuh amarah. Niat hati memberikan pelajaran kepada Adnessa yang berani menggoda Revan, pria yang ia cintai, kini berbalik menghantam dirinya sendiri. Alih-alih mempermalukan Adnessa, justru Devita sendiri yang dipermalukan di depan umum oleh gadis itu. Rasa malu, marah, dan frustrasi bercampur aduk menjadi satu, membuatnya merasa sangat bodoh dan hina.'Berani-beraninya dia mempermalukanku seperti ini,' batin Devita, gadis itu terlihat mengepalkan tangannya menahan amarah. 'Lihat saja nanti, Adnessa. Kamu akan membayar ini,' desisnya dalam hati.Melihat bagaimana
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Chapter 19 (18+ Area!)

Klakkk.Suara kursi yang direbahkan memecah keheningan. Entah terbawa suasana atau tidak, di tengah kecanggungan yang masih terasa, Axcel mengatur posisi kursinya agar sedikit landai sebelum perlahan menarik Adnessa agar duduk dengan nyaman di atasnya. Gerakan Axcel begitu lembut namun tegas, seolah ia tahu Adnessa tidak akan menolak.Seperti terhipnotis, Adnessa mengikuti apa yang Axcel lakukan. Jantungnya berdebar kencang, namun ada rasa penasaran dan keinginan yang lebih besar dari rasa takutnya. Adnessa dan Axcel seakan terbawa dalam sebuah euforia yang aneh, sorot mata keduanya sama-sama penuh dengan intensitas dan hasrat yang membara.Adnessa memejamkan matanya, merasakan sentuhan pertama tangan Axcel yang mulai meraba pahanya yang mulus, sentuhan yang membuatnya meremang.'Sungguh cantik!' Axcel merapikan rambut Adnessa, menyelipkannya di belakang telinga gadis itu dengan gerakan yang lembut dan penuh perhatian. Melihat penampilan Adnessa sekarang, dengan mata terpejam dan bibi
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Chapter 20 (Drama Erika)

Melihat Adnessa di dalam mobil Axcel, Erika tersenyum sinis, bibirnya tertarik ke atas dengan mata yang menyipit, memperlihatkan deretan giginya yang putih. Tatapannya dipenuhi kebencian, "Apa yang kamu lakukan di dalam mobil Axcel?!" tanyanya dengan nada tajam.Dengan tenang, Adnessa membalas tatapan Erika, "Apa kamu tidak bisa melihatnya?"Erika menggeram, rahangnya mengeras, matanya memerah. "Kamu ... ?" sahutnya dengan emosi yang tertahan.Dasar perempuan murahan! Berani-beraninya dia dekat-dekat dengan Axcel. Lihat saja nanti! batin Erika dengan geram. Jika saja tidak ada Axcel di sini, mungkin saja ia sudah merobek wajah Adnessa yang menurutnya sangat menyebalkan.Adnessa menaikkan sebelah alisnya, menatap Erika yang wajahnya memerah padam dan matanya berkilat-kilat karena marah, "Memangnya, apa ada yang salah dengan keberadaan ku disini? Kami bersaudara," Adnessa sengaja menekankan kata 'bersaudara', "jika aku berada di mobil Axcel, tentu saja karena dia menjemput ku untuk pula
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more
PREV
123456
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status