"Lalu, apa aku harus menjadi seorang simpanan?!" Kalimat itu terus berputar di otak Axcel, menghantamnya seperti palu godam."Bukan itu maksud saya, Ness," Axcel menggapai tangan Adnessa, mencoba menyalurkan perasaan yang bergejolak dalam dirinya. Namun, lagi-lagi Adnessa melepaskan genggaman itu, seolah sentuhan Axcel adalah racun yang membakar kulitnya."Apa kamu sudah tidak menginginkan saya lagi?!" tanya Axcel, suaranya bergetar antara amarah dan putus asa. Keningnya berkerut penuh pertanyaan, matanya menuntut jawaban yang tak kunjung datang. Axcel memaksa Adnessa agar menatap ke arahnya, ia memegang kedua pundak Adnessa, mengguncangnya perlahan, agar gadis itu mau menatap ke arahnya, melihat luka yang menganga di hatinya.Adnessa tersenyum, senyum yang lebih mirip topeng untuk menyembunyikan badai yang bergemuruh di dalam hatinya. "Jangan bercanda Axcel, bukannya semua sudah jelas?!" Sebenarnya, di sini Adnessa mencoba untuk menerima semuanya, menerima kenyataan bahwa pria yang i
Terakhir Diperbarui : 2025-02-13 Baca selengkapnya