All Chapters of Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.: Chapter 201 - Chapter 210

236 Chapters

Bab 202. Wira jual diri.

“Wow, luar biasa sekali kamu, Ita! Tak kusangka ternyata kamu tidak sayang keluargamu,” jawab Mbak Desi lagi.“Bentuk sayangku pada keluarga bukan semata-mata aku memberikan bantuan cuma-cuma pada mereka. Hutang tetap hutang, bantuan tetap bantuan, sedekah tetap sedekah tidak bisa dicampur adukan menjadi satu, Mbak. Maaf sekali aku tidak akan mau menalangi hutangnya Wira. Maksud Mbak Desi datang ke sini agar aku mau menalangi, kan?” tebakku, Mbak Desi terlihat terkejut lalu kemudian dia menggeleng-gelengkan kepalanya.“Tidak-tidak juga begitu, Ita. Awalnya sih, aku pikir kamu mau bantu Wira, tapi setelah tahu pendirian kekeh kamu begini, ya, apa boleh buat?! Aku pun tidak bisa memaksakan karena kamu dan aku tidak ada sangkut pautnya mungkin jalan satu-satunya sebagai bentuk konsekuensinya perjanjian kami Wira masuk penjara itu saja, sih!” jawab Mbak Desi.“Baguslah kalau gitu! Kita tunggu Wira semoga saja anak buahnya Mbak Desi bisa menangkap dia.”“Iya, semoga saja anak buahku bisa
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Bab 203. Gaya hidup.

“Jadi selama ini Mbak Desi dan suamiku sudah selayaknya suami istri?” tanya Dina.Dia sudah menangis sesenggukan sejak tadi. Aku pun bingung harus bagaimana. Aku tahu Dina sakit hati dan pasti sakitnya akan terkenang sampai mati. Wira benar-benar keterlaluan aku harus memberi dia pelajaran.“Ya, kan, aku tadi sudah katakan pada kamu Dina kalau aku dan wira sudah bolak-balik melakukan hubungan suami istri. Kamu tidak perlu risau kalau nanti aku hamil. Aku tidak akan minta tanggung jawab dari Wira. Aku bisa membesarkan anakku sendiri, tapi ya, kamu memang perlu tahu agar ke depannya misalnya ada masalah antara Aku dan Wira, kamu tidak kaget lagi begitulah kira-kira Dina,” jelas Mbak Desi lagi.“Iya, aku paham. Ternyata pengorbananku selama ini sia-sia. Aku merasa tertipu sekali oleh suamiku sendiri. Aku kira dengan aku berubah jadi lebih baik, maka suamiku pun akan ikut, tapi nyatanya dia sudah berkhianat padaku bukan hanya hatinya saja, tapi jiwa dan raganya juga,” ucap Dina seraya men
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Bab 204. Ibu syok!

"Astaghfirullahaladzim ... Astaghfirullahaladzim .... Kamu benar-benar sudah membuat Ibu murka. Haruskah Ibu memaafkanmu lagi. Ibu benar-benar malu, kamu bukan hanya menelantarkan anak istrimu, tapi juga mempermalukan kami sebagai orang tuamu,” rintih ibu.“Ibu, sudah ... kita mau mengeluh dan meratapi bagaimana pun itu tidak akan pernah mengubah keadaan menjadi seperti semula. Sudahlah, Bu, kita harus ikhlas mau Mas Wira dipenjara atau dibunuh atau dinikahi sekalian oleh rentenir ini, aku tidak peduli lagi. Aku sudah capek hidup dengan Mas Wira. Aku mohon pada Ibu agar Ibu mau menasihati Mas Wira untuk melepaskan aku dengan cara baik-baik, aku capek, Bu?” ucap Dina.“Astaghfirullahaladzim maaf, aku bicara seperti itu. Hatiku capek, tapi pernikahan itu bukan hanya tentang ujian ekonomi ataupun yang lain, tapi tentang kejujuran. Aku sudah sangat capek dengan Mas Wira segala rasa sudah aku korbankan, tapi balasannya apa? Bahkan dia rela menjual dirinya demi kesenangannya sendiri, sak
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Bab 205. Babak belur.

Dina menangis sesenggukan dipelukan ibu. Sementara Mbak Desi seperti tidak merasa bersalah sama sekali. Dia tetap sibuk memainkan ponselnya. Mungkin dia menghubungi anak buahnya. Sementara aku kesal dengan Wira. Aku berharap anak buah Mbak Desi menemukan Wira dan membawanya ke sini. Aku akan menghajarnya. Aku benar-benar emosi dan kesal dibuatnya. “Mbak, sepertinya anak buahmu tidak bisa menemukan Wira. Apa tidak lebih baik Mbak Desi kembali besok lagi saja?” tanyaku pada Mbak Desi yang sebenarnya menginginkan Mbak Desi cepat pulang dari sini.“Kamu menginginkan aku pulang dari sini, Ita? Kamu mengusir ke secara halus?” tanya Mbak Desi.“Iya, Mbak, karena kami juga mau ada acara tidak mungkin kami menemani Mbak Desi duduk berlama-lama di sini,” jawabku jujur.“Oh, ya, baiklah kalau gitu! Aku akan kembali lagi besok, tapi aku minta tolong sekali pada kalian agar Wira tetap di rumah. Dia tidak boleh kabur. Dia harus mempertanggungjawabkan hutang-hutangnya,” pinta Mbak Desi, dia mengema
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Bab 206. Putusan Dina.

“Ealah, jadi karena hutang-hutang kamu jadi dihajar? Wira kalau istrimu tidak mau mendukung kamu ya, sudah tinggalkan saja dia ngapain dipertahankan. Lagi pula Dina enggak cantik-cantik banget kamu bisa kok, dapetin istri yang baru yang lebih cantik dari Dina,” sahut Mbak Susi.“Diam kamu Susi! Jaga mulutmu kalau tidak tahu apa-apa jangan sok tahu!” bentak Ibu pada Mbak Susi.“Mas, apa aku perlu bicara lagi padamu? Sebenarnya aku ini sudah muak sekali padamu, jadi terserah kamu mau beralasan apa pun yang jelas aku tidak pernah menerima alasanmu itu. Aku sudah jijik padamu dan aku harap kamu enyah dari pandanganku!” tegas Dina lagi.“Jangan bicara begitu, Dik, aku mohon berikan aku kesempatan sekali lagi aku akan perbaiki diriku ini, Dik. Aku akan bertanggung jawab membayar hutang-hutangku. Aku akan kerja keras demi kamu dan anak kita, tapi please aku mohon maafkan aku beri aku kesempatan lagi,” pinta Wira dia bersujud di kaki Dina.“Kamu bilang kamu mau mempertanggungjawabkan bayar h
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Bab 207. Kemantapan hati Dina.

Acara yang kuharapkan berjalan dengan baik-baik saja dari awal hingga selesai nyatanya sudah mendapatkan satu rintangan yaitu kasusnya Wira.Kuajak Dina masuk ke kamarku agar dia bisa beristirahat lebih rileks karena kamarku ada AC-nya dan juga lebih luas dari pada kamar ibu.Dari sini masih terdengar teriakan-teriakan Wira dan juga jeritan tangis kakak-kakakku yang melepaskan kepergian Wira.Sungguh dari dasar lubuk hatiku yang paling dalam sebenarnya aku pun tidak tega melihat Wira begitu, tapi ini demi kebaikan dia agar ke depannya dia bisa berubah menjadi lebih baik lagi, maka aku putuskan tega tidak tega untuk membiarkan Wira dibawa oleh mereka.“Dina, sudah jangan terlalu dipikirkan sekarang lebih baik kamu istirahat. Anakmu biarkan Ibu yang jaga. Kamu perlu waktu sendiri,” kataku pada Dina. Dia mengangguk saja air matanya terus saja mengalir.Kasihan dia, baru melahirkan sudah ditimpa masalah seperti ini takutnya Baby blues. Makanya aku sebagai orang yang paham untuk menjaga ata
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Bab 208. Kedatangan keluarga Mas Danu.

“Iya, terima kasih, Mbak, atas supportnya. Aku akan lebih mendekatkan diri kepada Allah dan aku akan menjadi Ibu yang baik untuk anakku. Aku tidak bisa kembali pada Mas Wira, terlalu dalam luka yang dia tancapkan di hatiku,” jawab Dina.“Sama-sama Dina. Ya, sudah, jangan sedih terus ayo, tersenyumlah! Ini dimakan dulu nanti kalau sudah selesai kamu boleh istirahat tidur di sini atau tidur di kamar Ibu enggak apa-apa, ya?” Aku belai wajah cantik Dina dan aku coba membingkai senyum di bibirnya.Dina mengangguk lalu memelukku erat sekali, kami berpelukan cukup lama. Kami berpelukan dalam diam. Semoga saja ini bukan pelukan terakhir dari Dina. Semoga saja kelak ketika Dina sudah menemukan kebahagiaannya masih mau memelukku sebagai kakak iparnya.Kutinggalkan Dina seorang diri. Saatnya aku pergi ke rumah Ustazah Fatimah untuk meminta tolong padanya mengisi acara esok hari.“Ita, Ita, kamu itu aneh malah membela wanita itu dari pada adikmu sendiri. Ta, Wira itu punya hutang pasti ada alasa
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Bab 209. Kejutan untuk Mbak Asih.

Karena merasa dikacangin aku memutuskan pergi ke dapur membuatkan mereka minuman. Sebenarnya Wak Tono itu rumahnya tidak terlalu jauh dari sini hanya beda desa saja, tapi sejak kejadian yang lalu itu Wak Tono memutuskan untuk tinggal di kampung dan rumah yang di sini dikontrakkan pada orang lain makanya dia datang bersama Sinta dan juga Mala.“Ibu itu Wak Tono dan yang lainnya sudah datang,” kataku pada ibunya Mas Danu.“Oh, ya? Ya, sudah Ibu ke sana dulu,” jawab ibu dan bergegas di ruang tamu.“Ita, ternyata keluarganya Danu kalau dikumpulkan banyak juga, ya? Sudah gitu orangnya unik-unik. Apalagi kakak-kakak kamu itu, uuh unik-unik banget! Rasanya gimana, ya, kayak mereka yang tuan rumahnya di sini, angkuh, dan sombong padahal yang tuan rumahnya aja ramah sekali,” ujar Mbak Wulan.“Oh, ya, Mbak. Ya, sudahlah biarkan saja yang penting kan, aku enggak. Mbak di sini kan, bukan untuk mereka, tapi untuk aku, jadi cuekin saja orang-orang yang begitu,” jawabku.“Iya, Ta, memang aku di sin
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Bab 210. Mengadu.

"Iya, Mah, gemuk soalnya dia kan, ASI eksklusif beda dengan yang tidak ASI eksklusif,” jawabku.“Dinanya mana? Apa sedang ngobrol dengan kakak-kakakmu?” tanya Mama Atik.“Dina ada di kamarku, Mah, tadi sih, lagi makan mungkin sekarang sudah selesai. Ya, sudah ayo, kita temui Dina bawa juga bayinya! Tidurnya sudah lumayan lama ada kali dua jam, kalau haus dekat Mamanya kan, bisa langsung di nenenin.”Meski Mamah Ati terlihat sedikit bingung, tapi beliau menurut saja. Anaknya Dina digendong dan kami segera menuju kamarku. Klek!Handle pintu terbuka ternyata Dina sedang salat padahal ini masih jam 11.00 siang pasti dia salat Dhuha. Ternyata Dina memang benar-benar sudah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.Mendengar suara pintu dibuka Dina menoleh matanya sembab oleh air mata. Aku yakin Dina sudah mengadukan masalahnya kepada yang maha kuasa. “Dina, Ya, Allah, ini Bulek. Bulek kangen sekali sama kamu,” ucap Mamah Atik. Dina berhamburan memeluk Mama Atik dan menangis sesenggukan di
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Bab 211. Hampir tak percaya.

“Katakan pada Bulek, ada apa sebenarnya Dina?” tanya Mama Atik, beliau membelai wajah Dina dan mengusap air mata Dina.“Bulek, lelaki yang aku cintai sudah menghianatiku. Aku tidak bisa lagi memaafkan dia. Aku tidak mau lagi berbagi hati dengan dia karena dia sudah berani berbagi ranjang dan menduakanku,” jawab Dina. Mamah Atik terlihat bingung beliau melihat ke arahku, tapi aku menunduk. Aku pun tidak berani melihat ke arah Mama Atik karena ini sama saja dengan aibku. Wira adikku, dia berbuat salah dan aku pun ikut malu.“Katakan siapa yang kamu maksud jangan pakai bahasa yang Bulek tidak bisa pahami kan, Bulek ini sudah tua, Dina, jadi kalau ngomong to the point saja,” jawab Mamah Atik.“Mas Wira, sudah berbagi ranjang dengan perempuan lain dan aku tidak bisa memaafkan dia Bulek. Aku memutuskan untuk berpisah dengannya,” jawab Dina.Mamah Atik kaget lalu memandang ke arahku dan aku lagi-lagi aku menunduk sungguh aku merasa malu sekali pada Mama Atik.“Apa tuduhan kamu itu sudah ad
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more
PREV
1
...
192021222324
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status