Semua Bab Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.: Bab 221 - Bab 230

236 Bab

Bab. 222. Undangan pernikahan.

“Tapi aku emosi kalau melihat muka dia Mas! Aku bukan tidak percaya padamu. Bahkan 100% aku percaya padamu karena kamu sudah membuktikan memilih aku dari pada si wanita brengsek ini. Perempuan mana, Mas, yang tidak emosi melihat mantan istri siri suaminya datang menampakkan batang hidungnya. Pasti semua emosi lah, Mas,” jawab Mbak Lili, tapi kini dia sudah lebih tenang. Mas Eko memeluknya.“Sekarang apa maksud tujuanmu datang ke sini Desi? Bukankah kamu kemarin sudah berjanji tidak akan pernah datang lagi ke sini saat membawa pergi adiknya Ita. Lalu kenapa kamu datang lagi? Pasti kamu berniat untuk menjahati rumah tangga anakku, kan?” tanya ibu mertuaku pada Mbak Desi.“Wah, ternyata Ibu ini selain sudah bau tanah, tapi bodoh juga, ya? Aku datang ke sini tidak tahu kalau ada Mas Eko, pria yang selalu ada di hatiku. Karena kedatanganku ke sini adalah untuk memberitahukan kepada Ita dan juga keluarganya bahwa besok adalah acara pernikahanku dengan Mas Wira,” jawab Mbak Desi.Bukan h
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

Bab 223. Pelakor tak tahu diri.

“Siapa yang mau nikah lagi? Apa Wira mau nikah lagi!?” teriak Ibu dari ruang tengah pasti ibu juga syok mendengar kabar ini.“Ibu, tenanglah jangan marah-marah dulu nanti sakit Ibu kumat lagi,” kataku pada ibu.Beliau langsung terduduk lemas di dekatku. Tangannya meremas-remas jemariku. Dingin sekali. Aku tahu ibu pun sakit hati karena tidak pernah menyangka anak laki-lakinya dengan sengaja menyakiti hati istrinya dan juga anaknya yang masih bayi.“Ibu tidak mau marah-marah, Ita. Tolong jelaskan pada Ibu. Apa benar Wira mau menikah dengan si Desi? Tadi Dina datang menangis memeluk Ibu dan bilang kalau Wira akan menikah besok, makanya Ibu ke sini. Ibu benar-benar syok rasanya. Ibu gagal menjadi orang tua karena kelakuan Wira begitu. Ibu malu, sungguh Ibu malu,” ucap Ibu sambil menangis.“Ibu betul dan Dina pun betul karena memang besok aku dan Wira akan melangsungkan pernikahan kami. Kalau Ibu berkenan dan semua yang ada di sini berkenan hadir, silakan datang ke rumahku untuk memberik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Bab 224. Miskin asal setia.

"Benar apa yang dikatakan Lili, bahwa aku pun tidak akan pernah mau denganmu. Dulu, aku mau denganmu Itu bukan karena cinta, tapi karena kasihan padamu. Akan tetapi kalau kamu terlanjur cinta padaku itu masalahmu bukan masalahku. Apalagi kamu besok sudah jadi istri orang, jadi sebaiknya belajarlah jadi perempuan baik yang nurut sama suami dan sepertinya tidak ada yang perlu kita bahas lagi. Silakan kamu pergi dari sini. Bukankah tuan rumah pun sudah mengusirmu? Apa kamu tidak tahu malu dan tidak punya harga diri diusir berkali-kali, tapi tetap saja tidak mau pergi? Katanya sosialita elit, tapi tidak punya otak untuk berpikir. Kalau aku jadi kamu sih, tidak mau harga Diriku diinjak-injak. Lebih baik aku pergi dari sini,” kata Mas Eko.“Tega kamu, ya, Mas! Jahat! kamu bilang kayak gitu. Dulu kamu bilang cinta sama aku. Sekarang di hadapan semua orang kamu bilang tidak cinta. Apa kamu takut di tempeleng sama istrimu yang galak itu?” jawab Mbak Desi.“Istriku memang galak, tapi istriku ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Bab 225. Terpukul.

"Bu-ibu! Ibu kenapa!?” teriak Mbak Ning.Aku yang masih berada di ruang tamu langsung berlari ke ruang tengah. Tadi memang ibu langsung masuk ke dalam tanpa berpamitan pada kami.Ternyata Ibu terjatuh di lantai, kami langsung membawa ibu ke sofa ruang tengah dan memberikan pertolongan pertama. Melepas semua kaitan baju yang ada badannya agar ibu bisa leluasa bernapas seperti ikatan bra dan juga kancing gamis.“Ita, Ibu kenapa sih, kok, dari depan tiba-tiba pingsan gini. Kamu apakan Ibu?” tanya Mbak Nur. Dia menuduhku seolah aku yang membuat ibu pingsan.“Tidak aku apa-apain, Mbak! Tadi di depan memang ada keributan si Desi yang datang. Katanya dia mau nikah sama Wira besok. Mungkin Ibu syok, makanya sampai sini langsung pingsan,” jawabku jujur. Aku tidak mau menutup-nutupi lagi tentang masalah Wira.“Apa!” teriak Mbak Nur, Mbak Ning, dan juga Mbak Susi secara bersamaan.Pasti mereka syok dengan apa yang mereka dengar pasalnya mereka sangat mengelu-elukan Wira dan selalu saja membela W
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Bab 226. Madu busuk untuk Dina.

Mbak Nur ini adalah satu-satunya kakakku yang pikirannya bisa berubah-ubah seper sekian detik bisa dibilang orangnya plin-plan tidak teguh pendirian.“Sudah-sudah jangan bahas yang ke mana-mana dulu. Kita ke pokok inti masalahnya, jadi besok si Wira mau nikah lalu kita datang gitu? Maksudnya si rentenir itu ngundang ke sini apa nyuruh kita datang ke sana, Bu?” tanya Mbak Susi pada ibu sementara Ibu hanya menggeleng saja dan melambaikan tangannya. Aku rasa ibu pun tidak tahu apa yang harus beliau lakukan.“Ita, ini undangannya aku buang aja ke tong sampah enggak usah kalian ada yang datang ke sana. Keenakan si rentenir Desi itu. Dasar perempuan tidak punya otak, bisanya nyakitin perempuan lain,” sahut Mbak Lili, dia mau membuang undangan itu ke tong sampah dekat pintu ruang tengah.“Ya, ampun jadi benar? Jadi, otakku kenapa bisa ngelag begini, ya? Berarti tadi Lili teriak-teriak marah karena di depan ada Desi, pantas dong, kalau Lili begitu. Kamu pasti takut kan, kalau Desi bakalan ng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Bab 227. Permohonan ibu.

“Ibu, tolonglah berdiri! Jangan Ibu kotori tangan dan jiwa Ibu dengan bersujud padaku. Bu, aku hanya manusia biasa yang juga punya salah dan khilaf. Aku bukan Tuhanmu, Bu!" ucap Dina seraya memegang ke dua pundak ibu dan meminta ibu untuk segera berdiri.“Kamu janji dulu pada, Ibu, kalau kamu tidak akan pergi hari ini. Dina, tolong pikirkan perasaan, Ibu, pikirkan juga anakmu yang masih bayi. Dina ... Ibu mohon,” ucap ibu lagi dan Dina tetap diam saja pandangannya kosong.Aku tahu, apa yang dirasakannya. Dia pun bingung harus menjawab apa. Di satu sisi hatinya sakit dan di sisi lain dia ingin cepat-cepat pergi menjauh dari tempat yang membuatnya terluka.“Ayo, Bu, berdiri kasihan Dina kalau Ibu terus begini! Dina susah menggendong cucu Ibu. Kasihan pasti kakinya pegal. Ayo, Bu, aku bantu berdiri!" ajak Mbak Susi. Ibu tetap menggeleng dan tidak mau menjauh dari kakinya Dina.“Baiklah, Bu, akan aku pertimbangkan lagi, tapi tolong sekarang Ibu berdiri jangan sujud di kakiku, Bu. Aku mo
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Bab 228. Support keluarga.

“Tentu, Din! Tentu saja kami paham akan perasaanmu. Oleh sebab itu kami membebaskan semua keputusan padamu. Ya, sudah, ayo, kita baringkan dulu anakmu! Kasihan dia juga pasti haus. Mbak akan ambilkan makan, ya? Kamu tadi makannya sedikit sekali. Ibu menyusui itu makannya harus banyak biar asinya lancar. Dina mengiyakan, dia masuk kamar bersama ibu dan juga Mbak Susi. Aku beranjak ke meja makan untuk mengambilkan makanan Dina.“Ada-ada saja memang kelakuan si Wira itu. Sudah benar-benar ayem, tentram hidup di Lampung malah pindah ke Riau sana dan di sana banyak hutang sampai puluhan juta. Aku kira dia selama ini sukses di Riau karena bekerja enggak tahunya ngutang sama rentenir pula. Sudah gitu menyia-nyiakan anak istri. Sejahat-jahatnya aku sama ipar kalau selingkuh begitu tentu aku akan tetap membela Dina. Karena bagaimana pun kami sesama perempuan tidak rela jika disakiti luar dalam begitu,” cicit Mbak Ning.Rupanya diam-diam dia ikut bersimpati pada kasus adik iparnya. Syukurlah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Bab 229. Tegarnya hati.

"Ya, Allah, Dina! Kamu yang sabar, ya, sayang? Di sini ada Bulek yang akan selalu membelamu. Apa pun yang terjadi Bulek akan menjadi garda terdepan untuk kamu. Apalagi hanya laki-laki pecundang macam Wira. Bulek akan polisikan dia, sampai bertekuk lutut padamu. Memang Tuhan itu menunjukkan siapa sebenarnya suamimu itu, Dina. Di saat kamu berhijrah ke jalan Allah menjalani hidup menjadi lebih baik justru suamimu perbuatannya makin tidak terkendali. Makin bobrok sehingga melupakan anak istrinya. Tenanglah Dina. Jangan kamu tangisi laki-laki seperti itu. Jangan pernah kamu bersedih karena ulahnya. Allah sudah merencanakan masa depanmu yang jauh lebih indah dari pada ini. Bulek yakin suatu hari nanti kamu akan mendapatkan jodoh yang lebih baik dari Wira. Kamu masih muda, cantik, saleha pasti banyak laki-laki yang jauh di atas Wira yang mau dengan kamu. Percayalah pada Bulekmu ini Dina, kesedihan kamu kesedihan Bulek juga. Sakitmu sakitnya Bulek juga," ucap Mamah Atik seraya memeluk Din
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Bab 230. Wak Tono.

"Ya, Allah ... sungguh mulia hatimu, Dina. Bapak jadi malu karena tidak bisa mengontrol emosi. Bapak begitu mendengar kabar dari Danu bahwa Wira besok akan menikah sungguh Bapak benar-benar malu. Maafkan kekhilafan Bapak Dina,” ucap bapak dengan tulus.“Iya, Pak. Aku memaafkan semua orang-orang yang menyakitiku karena aku merasa lebih tenang dan damai jika aku berbuat demikian. Sudahlah lebih baik kita jangan bahas Mas Wira lagi nanti selera makanku jadi turun kasihan kan, cucu Bapak dan Ibu, jadi asinya nanti enggak berkualitas kalau aku makannya tidak banyak.”“Iya, iya, betul. Benar apa yang kamu bilang, ya, sudah Bapak kembali ke depan untuk menemui Danu. Kamu tetap di sini dengan ibu dan juga kakak-kakakmu. Terima kasih sudah menjadi menantu Bapak yang baik hati. Terima kasih Dina,” ucap bapak lagi sebelum pergi meninggalkan kamar ini. Matanya berkaca-kaca, tangannya mengelus pundak Dina.Aku tahu Dina pun menahan gejolak yang ada di hatinya itu terbukti dari tatapan Dina yang s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Bab 231. Datang lagi.

Aku mengikuti Mbak Mala ke luar rumah dan terpaksa meninggalkan piring makan malamku. Untungnya tinggal sedikit lagi. Gampanglah nanti bisa aku habiskan.Malam ini rembulan memang bersinar terang sekali sepertinya memang hari ini tanggal 15, jadi bulan purnama bertengger cantik di langit malam.Sejujurnya memang dari awal Wak Tono datang ke rumah aku sudah sedikit tidak sreg dengan segala tingkah lakunya. Seperti ucapannya yang terkesan selalu ketus, selalu menyudutkanku dan Mas Danu dan juga seperti mengawasi keadaan rumahku.“Mbak Mala apa beneran tadi Wak Tono ke sini?” tanyaku pada Mbak Mala, dia hanya mengangguk dan terus menggandeng tanganku.“Iya, Ita. Tadi aku lihat Wak Tono tlewat sini terus ke arah sana, ke pohon jeruk kamu dan membakar sesuatu seperti yang aku jelaskan tadi,” jawab Mbak Mala.“Baiklah kalau gitu, ayo kita cek ke sana!” Kami berdua gegas mengecek pohon jeruk yang dimaksud oleh Mbak Mala. Aku menggunakan senter HP untuk lebih menerangi jalanan kami karena me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
192021222324
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status