Semua Bab Pembalasan Tuan Muda Terkuat: Bab 41 - Bab 50

500 Bab

Bab 41 - Menahan Hinaan

Petugas kasir butik Louis Vuitton mengulurkan tangan untuk mengambil kartu debit di tangan Adel. Sebelum dia bisa melakukannya, Adel menarik tangannya kembali dengan tiba-tiba. Gerakannya yang mendadak membuat kasir itu terlonjak kaget. "Nona, Anda..." petugas itu berusaha berbicara, namun Adel memotongnya dengan cepat. Adel berpura-pura melihat pakaian itu sekali lagi. Alisnya saling bertautan membentuk kerutan dan berkata, "Aku sudah memutuskan bahwa warna pakaian ini sama sekali tidak cocok untuknya. Kita cari yang lain saja." Tanpa menunggu jawaban siapa pun, Adel meraih tangan Ryan dan bergegas menuju pintu keluar. Ryan, yang sejak tadi hanya diam mengamati, mengikuti langkah Adel tanpa protes. Dia bisa merasakan ketegangan dalam genggaman Adel dan tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres. 'Kalau ada yang tahu aku tidak punya cukup uang di kartuku, aku akan benar-benar mempermalukan diriku sendiri,' pikir Adel panik. Jantungnya berdegup kencang, keringat dingin mulai me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-26
Baca selengkapnya

Bab 42 - Tidak Ada Yang Percaya

Ryan tidak tahan lagi dengan ucapan Hanna. Meski sudah bertahun-tahun berlalu, Hanna masih tetap sama. Kata-katanya selalu tinggi, seakan status yang dia miliki jauh lebih tinggi dari orang-oranh di dunia ini. Ryan tidak pernah bisa memahami dari mana orang seperti Hanna mendapatkan kepercayaan diri mereka. Hanna akhirnya menyadari kehadiran Ryan setelah dia menyela pembicaraannya. Dia mengamati Ryan dari ujung kepala sampai ujung kaki, matanya menyipit meremehkan. "Oh, aku lupa tentangmu, dasar orang desa miskin," ujar Hanna dengan nada mengejek. "Aku baru saja mulai bertanya-tanya apa pekerjaanmu sebenarnya. Jangan bilang kau seorang pemulung? Kami punya beberapa air mineral di mobil. Kau mau?" Hanna dan pacarnya tertawa terbahak-bahak, seolah-olah mereka baru saja mendengar lelucon terbaik sepanjang masa. Ryan menggelengkan kepalanya, senyum tipis tersungging di bibirnya. Dengan nada tenang namun sedikit percaya diri, dia berkata, "Aku seorang Dewa Pengobatan. Seorang Dewa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-27
Baca selengkapnya

Bab 43 - Tamparan

Hanna melangkah maju dan meludah dengan nada menuduh, "Jangan kira kau bisa lolos dengan kartu debit palsu! Jika transaksi ini gagal, kau akan masuk penjara karena penipuan!"Matanya berkilat penuh kebencian, seolah-olah dia berharap Ryan akan langsung hancur di tempat. Adel, yang berdiri di samping Ryan, tampak pucat pasi. Dia menarik lengan Ryan dengan cemas."Ambil kembali kartunya, Ryan," bisik Adel panik. "Kita pergi sekarang! Tidak apa-apa. Lebih baik dipermalukan daripada dikirim ke kantor polisi dan dipenjara!"Ryan mengalihkan pandangannya ke Adel, yang tampak seperti hendak mencabut rambutnya sendiri karena frustasi. Dia tersenyum lembut, "Apa kau kurang percaya padaku, Adel? Apa aku terlihat miskin di matamu?"Adel hampir pingsan mendengar pertanyaan itu. Masalahnya bukan apakah Ryan terlihat miskin atau tidak, tapi dia benar-benar miskin! Setidaknya itulah yang Adel yakini selama ini.Apa yang terjadi selanjutnya di luar dugaan semua orang. Selain menyerahkan kartu itu ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-27
Baca selengkapnya

Bab 44 - Tamparan Kedua

Tidak ada yang menyangka bahwa Ryan akan menyerangnya tiba-tiba. Adel, yang berdiri di samping Ryan, merasakan campuran emosi yang luar biasa. Di satu sisi, ada kepuasan yang tak terlukiskan melihat Hanna akhirnya mendapat balasan atas semua hinaan dan cercaannya. Namun di sisi lain, jantungnya berdebar kencang memikirkan konsekuensi dari tindakan Ryan. 'Sial,' batin Adel. 'Kita benar-benar dalam masalah besar kali ini.' Sebuah realisasi menghantam Adel—setiap kali dia membawa Ryan keluar, pria itu selalu berhasil membuat masalah! Kata 'toleransi' sepertinya tidak ada dalam kamus Ryan. Yang ada hanyalah amarah yang mengerikan dari seorang pria yang tak kenal takut! Adel teringat insiden beberapa hari lalu, ketika Ryan memberi pelajaran pada keluarga Shaw di Hotel dan berakhir di kantor polisi. Jika bukan karena dia melakukannya untuk membela diri, Ryan pasti sudah menghadapi konsekuensi yang jauh lebih buruk. Namun, situasi kali ini berbeda. Ryan-lah yang memulai konfronta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-27
Baca selengkapnya

Bab 45 - Bertanya-Tanya

John Doo membeku di tempat ketika dia mendengar suara itu. Dia tahu betul milik siapa suara itu berasal. Satu tahun yang lalu, dia harus mendengarnya hampir setiap hari di kantornya. Ini adalah suara Jeremy Blackwood, pemilik Blackwood Corporation—keberadaan yang tak terbantahkan di seluruh perusahaan. Jantung John Doo berdegup kencang. Setelah didiagnosis menderita penyakit kanker paru-paru, Jeremy Blackwood berhenti muncul di kantor. Semua direktur di perusahaan itu tampaknya berpikir bahwa Blackwood Corporation akan terjerumus dalam perang warisan dan posisi CEO mungkin akan jatuh ke tangan anak-anak Jeremy Blackwood. John Doo sendiri cukup beruntung mendapat jabatannya sebagai CFO pada situasi ini. Ketika semua orang mulai panik di perusahaan, ayahnya—demi mendapatkan lebih banyak saham—mendorong John Doo ke garis depan. John menyadari bahwa dia tidak akan pernah bisa mendapatkan posisi itu dengan kemampuannya sendiri. Dan sekarang, pemilik asli Blackwood Corperation
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-28
Baca selengkapnya

Bab 46 - Membujuk Ryan

Ryan terdiam sejenak, matanya menatap Jeremy Blackwood dingin dan berkata, "Aku memberimu, keluarga Blackwood, kesempatan. Tapi kalian tidak menghargainya!" Nada suara Ryan yang dingin membuat semua orang di ruangan itu terdiam. Jeremy Blackwood, yang tadinya penuh percaya diri, kini terlihat gugup. Dia tidak menyangka Ryan akan sesulit itu untuk dibujuk dan disanjung. Dengan ragu-ragu, Jeremy berkata, "Ini salahku karena tidak mendidik anak-anakku dengan baik, Tuan Ryan. Hari ini, aku akan meminta maaf kepadamu karena sikap anakku yang memalukan itu!" Setelah mengatakan itu, Jeremy Blackwood berbalik dan berteriak kepada pria yang merajuk di sudut, "Morris! Datanglah kemari dan cepat minta maaf secara langsung kepada Tuan Ryan!" Morris, yang sedari tadi bersembunyi di sudut ruangan, keluar dengan enggan. Wajahnya merah padam, campuran antara malu dan marah. Dia berdiri di depan Ryan dengan kepala tertunduk, tidak mengatakan apa pun. "Apa yang kau tunggu?" bentak Jeremy. "Ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-28
Baca selengkapnya

Bab 47 - Menghubungi Selly

Setelah Jeremy pergi, Hanna tersentak bangun dari lamunannya dan menarik tangan John. "John, apa yang harus kita lakukan..." Suara Hanna yang genit dan manja membuat John tidak tahan lagi. Dengan gerakan cepat, dia mengangkat tangannya dan menampar Hanna dengan keras, suara tamparannya bergema di seluruh ruangan. "Semua ini salahmu, JALANG!" teriak John, matanya berkilat penuh amarah. "Kaulah alasan aku kehilangan segalanya! Beraninya kau bertanya padaku apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Kau ingin mati? Gali lubang dan kubur dirimu " "S-sayang…" Hanna mencoba berbicara, namun belum sempat eia menyelesaikan perkataannya, John mendaratkan tendangan pada tubuhnya yang masih terhuyung. "Lebih baik kau tutup mulut dan matamu yang merendahkan itu! Tidak akan ada yang bisa menyelamatkanmu selanjutnya! Minggir dari sini!" Wajah Hanna sepucat kertas, bibirnya bergetar menahan tangis. Matanya telah kehilangan cahayanya yang dulu, digantikan oleh ketakutan dan keputusasaan. Dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-28
Baca selengkapnya

Bab 48 - Usaha Jeremy

Selama dua jam penuh, Ryan telah menyadari bahwa Jeremy Blackwood mengikuti mereka. Pria tua itu sering kali tampak hendak berbicara tetapi akhirnya menelan kata-katanya. Ryan tidak menghiraukannya dan membiarkan Jeremy Blackwood mengikuti mereka sesuka hatinya. Ryan yakin, seseorang yang berada di ambang kematian tidak akan mampu berbuat banyak. "Ryan," bisik Adel, mendekatkan dirinya ke Ryan. "Bukankah orang yang terus mengikuti kita itu Jeremy Blackwood?" Ryan mengangguk santai. "Ya, biarkan saja dia. Dia tidak akan mengganggu kita." Adel menatap Ryan dengan pandangan bingung. "Tapi... bukankah dia orang penting? Apa tidak apa-apa membiarkannya seperti itu?" Ryan tersenyum misterius. "Percayalah padaku, Adel. Semua akan baik-baik saja." Setelah pesta belanja mereka berakhir, Ryan dan Adel menggunakan lift ke tempat parkir. Begitu mereka menemukan mobil dan hendak meletakkan pakaian, mereka melihat Jeremy Blackwood membawa setumpuk pakaian. "Kenapa kamu di sini?" tanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-28
Baca selengkapnya

Bab 49 - Keangkuhan Selly

Kota Golden River, di tengah kawasan perumahan yang tenang, sebuah rumah besar bertengger di tengah danau. Bangunan megah itu berdiri kokoh, dikelilingi oleh taman yang luas dan terawat sempurna. Ini adalah kediaman salah satu keluarga paling berpengaruh di Golden River—Keluarga Hilton! Sejarah Keluarga Hilton di Kota Golden River dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno Nexopolis, di mana leluhur Keluarga Hilton adalah seorang jenderal di kerajaan Nexopolis ratusan tahun lalu, sebelum akhirnya berubah menjadi Republik Nexopolis seperti sekarang ini. Konon, jenderal legendaris itu pernah pergi berperang sendirian dan membunuh hampir ribuan musuhnya, sebelum akhirnya berhasil mundur dari perang dengan selamat. Sejak saat itu, nama Keluarga Hilton semakin makmur dan disegani. Meski perlahan-lahan mengalami kemunduran seiring berjalannya waktu, Keluarga Hilton berhasil mempertahankan kedudukan mereka di antara Empat Keluarga Besar di Kota Golden River. Posisi mereka tetap tidak te
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-29
Baca selengkapnya

Bab 50 - Kriteria Wanita Ryan

*Apartemen Grand City* Ryan dan Adel kembali ke apartemen dengan cukup banyak tas belanjaan. Suasana hangat menyambut mereka begitu melangkah masuk, kontras dengan keributan yang baru saja mereka alami di mal. Adel, yang masih diselimuti euforia setelah sesi belanja mereka, segera menuju dapur. "Aku akan menyiapkan makan malam spesial untuk merayakan hari ini!" serunya riang. Ryan tersenyum melihat antusiasme Adel. "Kau tidak perlu repot-repot," ujarnya, meski dalam hati ia senang dengan perhatian Adel. "Tidak apa-apa," balas Adel sambil mengeluarkan bahan-bahan dari kulkas. "Anggap saja ini ucapan terima kasihku untuk semua yang terjadi hari ini." Hampir setengah jam berlalu, aroma lezat mulai menguar dari dapur. Adel sibuk memasak, sementara Ryan duduk di meja makan, mengamati dengan takjub keterampilan Adel di dapur. Tak lama kemudian, Adel menyajikan hidangan yang membuat mata Ryan melebar: dua piring ayam panggang lada hitam, sepiring sayur capcay, dan semangkuk sup jamur.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
50
DMCA.com Protection Status