setelah othor pikir-pikir, 10 Gem 1 bab, othor rasa terlalu besar dan berat. untuk itu, mulai hari ini, othor turunkan jadi 5, Gem 1 bab. semua demi para reader setia(≧▽≦) Akumulasi Gem: 27-09-2024 (Pagi) : 1 Gem selamat membaca(◠‿・)—☆
Hanna melangkah maju dan meludah dengan nada menuduh, "Jangan kira kau bisa lolos dengan kartu debit palsu! Jika transaksi ini gagal, kau akan masuk penjara karena penipuan!"Matanya berkilat penuh kebencian, seolah-olah dia berharap Ryan akan langsung hancur di tempat. Adel, yang berdiri di samping Ryan, tampak pucat pasi. Dia menarik lengan Ryan dengan cemas."Ambil kembali kartunya, Ryan," bisik Adel panik. "Kita pergi sekarang! Tidak apa-apa. Lebih baik dipermalukan daripada dikirim ke kantor polisi dan dipenjara!"Ryan mengalihkan pandangannya ke Adel, yang tampak seperti hendak mencabut rambutnya sendiri karena frustasi. Dia tersenyum lembut, "Apa kau kurang percaya padaku, Adel? Apa aku terlihat miskin di matamu?"Adel hampir pingsan mendengar pertanyaan itu. Masalahnya bukan apakah Ryan terlihat miskin atau tidak, tapi dia benar-benar miskin! Setidaknya itulah yang Adel yakini selama ini.Apa yang terjadi selanjutnya di luar dugaan semua orang. Selain menyerahkan kartu itu ke
Tidak ada yang menyangka bahwa Ryan akan menyerangnya tiba-tiba. Adel, yang berdiri di samping Ryan, merasakan campuran emosi yang luar biasa. Di satu sisi, ada kepuasan yang tak terlukiskan melihat Hanna akhirnya mendapat balasan atas semua hinaan dan cercaannya. Namun di sisi lain, jantungnya berdebar kencang memikirkan konsekuensi dari tindakan Ryan. 'Sial,' batin Adel. 'Kita benar-benar dalam masalah besar kali ini.' Sebuah realisasi menghantam Adel—setiap kali dia membawa Ryan keluar, pria itu selalu berhasil membuat masalah! Kata 'toleransi' sepertinya tidak ada dalam kamus Ryan. Yang ada hanyalah amarah yang mengerikan dari seorang pria yang tak kenal takut! Adel teringat insiden beberapa hari lalu, ketika Ryan memberi pelajaran pada keluarga Shaw di Hotel dan berakhir di kantor polisi. Jika bukan karena dia melakukannya untuk membela diri, Ryan pasti sudah menghadapi konsekuensi yang jauh lebih buruk. Namun, situasi kali ini berbeda. Ryan-lah yang memulai konfronta
John Doo membeku di tempat ketika dia mendengar suara itu. Dia tahu betul milik siapa suara itu berasal. Satu tahun yang lalu, dia harus mendengarnya hampir setiap hari di kantornya. Ini adalah suara Jeremy Blackwood, pemilik Blackwood Corporation—keberadaan yang tak terbantahkan di seluruh perusahaan. Jantung John Doo berdegup kencang. Setelah didiagnosis menderita penyakit kanker paru-paru, Jeremy Blackwood berhenti muncul di kantor. Semua direktur di perusahaan itu tampaknya berpikir bahwa Blackwood Corporation akan terjerumus dalam perang warisan dan posisi CEO mungkin akan jatuh ke tangan anak-anak Jeremy Blackwood. John Doo sendiri cukup beruntung mendapat jabatannya sebagai CFO pada situasi ini. Ketika semua orang mulai panik di perusahaan, ayahnya—demi mendapatkan lebih banyak saham—mendorong John Doo ke garis depan. John menyadari bahwa dia tidak akan pernah bisa mendapatkan posisi itu dengan kemampuannya sendiri. Dan sekarang, pemilik asli Blackwood Corperation
Ryan terdiam sejenak, matanya menatap Jeremy Blackwood dingin dan berkata, "Aku memberimu, keluarga Blackwood, kesempatan. Tapi kalian tidak menghargainya!" Nada suara Ryan yang dingin membuat semua orang di ruangan itu terdiam. Jeremy Blackwood, yang tadinya penuh percaya diri, kini terlihat gugup. Dia tidak menyangka Ryan akan sesulit itu untuk dibujuk dan disanjung. Dengan ragu-ragu, Jeremy berkata, "Ini salahku karena tidak mendidik anak-anakku dengan baik, Tuan Ryan. Hari ini, aku akan meminta maaf kepadamu karena sikap anakku yang memalukan itu!" Setelah mengatakan itu, Jeremy Blackwood berbalik dan berteriak kepada pria yang merajuk di sudut, "Morris! Datanglah kemari dan cepat minta maaf secara langsung kepada Tuan Ryan!" Morris, yang sedari tadi bersembunyi di sudut ruangan, keluar dengan enggan. Wajahnya merah padam, campuran antara malu dan marah. Dia berdiri di depan Ryan dengan kepala tertunduk, tidak mengatakan apa pun. "Apa yang kau tunggu?" bentak Jeremy. "Ber
Setelah Jeremy pergi, Hanna tersentak bangun dari lamunannya dan menarik tangan John. "John, apa yang harus kita lakukan..." Suara Hanna yang genit dan manja membuat John tidak tahan lagi. Dengan gerakan cepat, dia mengangkat tangannya dan menampar Hanna dengan keras, suara tamparannya bergema di seluruh ruangan. "Semua ini salahmu, JALANG!" teriak John, matanya berkilat penuh amarah. "Kaulah alasan aku kehilangan segalanya! Beraninya kau bertanya padaku apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Kau ingin mati? Gali lubang dan kubur dirimu " "S-sayang…" Hanna mencoba berbicara, namun belum sempat eia menyelesaikan perkataannya, John mendaratkan tendangan pada tubuhnya yang masih terhuyung. "Lebih baik kau tutup mulut dan matamu yang merendahkan itu! Tidak akan ada yang bisa menyelamatkanmu selanjutnya! Minggir dari sini!" Wajah Hanna sepucat kertas, bibirnya bergetar menahan tangis. Matanya telah kehilangan cahayanya yang dulu, digantikan oleh ketakutan dan keputusasaan. Dia
Selama dua jam penuh, Ryan telah menyadari bahwa Jeremy Blackwood mengikuti mereka. Pria tua itu sering kali tampak hendak berbicara tetapi akhirnya menelan kata-katanya. Ryan tidak menghiraukannya dan membiarkan Jeremy Blackwood mengikuti mereka sesuka hatinya. Ryan yakin, seseorang yang berada di ambang kematian tidak akan mampu berbuat banyak. "Ryan," bisik Adel, mendekatkan dirinya ke Ryan. "Bukankah orang yang terus mengikuti kita itu Jeremy Blackwood?" Ryan mengangguk santai. "Ya, biarkan saja dia. Dia tidak akan mengganggu kita." Adel menatap Ryan dengan pandangan bingung. "Tapi... bukankah dia orang penting? Apa tidak apa-apa membiarkannya seperti itu?" Ryan tersenyum misterius. "Percayalah padaku, Adel. Semua akan baik-baik saja." Setelah pesta belanja mereka berakhir, Ryan dan Adel menggunakan lift ke tempat parkir. Begitu mereka menemukan mobil dan hendak meletakkan pakaian, mereka melihat Jeremy Blackwood membawa setumpuk pakaian. "Kenapa kamu di sini?" tanya
Kota Golden River, di tengah kawasan perumahan yang tenang, sebuah rumah besar bertengger di tengah danau. Bangunan megah itu berdiri kokoh, dikelilingi oleh taman yang luas dan terawat sempurna. Ini adalah kediaman salah satu keluarga paling berpengaruh di Golden River—Keluarga Hilton! Sejarah Keluarga Hilton di Kota Golden River dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno Nexopolis, di mana leluhur Keluarga Hilton adalah seorang jenderal di kerajaan Nexopolis ratusan tahun lalu, sebelum akhirnya berubah menjadi Republik Nexopolis seperti sekarang ini. Konon, jenderal legendaris itu pernah pergi berperang sendirian dan membunuh hampir ribuan musuhnya, sebelum akhirnya berhasil mundur dari perang dengan selamat. Sejak saat itu, nama Keluarga Hilton semakin makmur dan disegani. Meski perlahan-lahan mengalami kemunduran seiring berjalannya waktu, Keluarga Hilton berhasil mempertahankan kedudukan mereka di antara Empat Keluarga Besar di Kota Golden River. Posisi mereka tetap tidak te
*Apartemen Grand City* Ryan dan Adel kembali ke apartemen dengan cukup banyak tas belanjaan. Suasana hangat menyambut mereka begitu melangkah masuk, kontras dengan keributan yang baru saja mereka alami di mal. Adel, yang masih diselimuti euforia setelah sesi belanja mereka, segera menuju dapur. "Aku akan menyiapkan makan malam spesial untuk merayakan hari ini!" serunya riang. Ryan tersenyum melihat antusiasme Adel. "Kau tidak perlu repot-repot," ujarnya, meski dalam hati ia senang dengan perhatian Adel. "Tidak apa-apa," balas Adel sambil mengeluarkan bahan-bahan dari kulkas. "Anggap saja ini ucapan terima kasihku untuk semua yang terjadi hari ini." Hampir setengah jam berlalu, aroma lezat mulai menguar dari dapur. Adel sibuk memasak, sementara Ryan duduk di meja makan, mengamati dengan takjub keterampilan Adel di dapur. Tak lama kemudian, Adel menyajikan hidangan yang membuat mata Ryan melebar: dua piring ayam panggang lada hitam, sepiring sayur capcay, dan semangkuk sup jamur.
Ryan menyipitkan matanya, memikirkan situasi ini dengan cermat. Ia harus kembali ke Ibu Kota. Karena Tetua Zigfrid telah tiba di Nexopolis, Ryan seharusnya bisa mendapatkan informasi lebih banyak dari Eagle Squad dan lelaki tua itu.Adapun Floridas Kennedy, dia tahu lokasi pasti markas besar Sekte Hell Blood dan merupakan kunci untuk Ryan bisa menyusup ke sana. Karena itu, untuk sementara nyawanya masih berguna. Lagipula sekarang dia sudah menjadi budak, kesetiaannya tidak perlu diragukan lagi."Tuan Ryan," Shiki Seiho tiba-tiba berkata pelan, "saya merasakan dua aura mendekat. Mereka tidak memiliki niat buruk. Menurut perkiraan saya, mereka adalah dua orang dari Keluarga Jirk.""Bagaimana kita harus menangani hal ini?"Keluarga Jirk?Ryan tentu saja tidak mengira keluarga itu akan menyerangnya. Setelah berpikir sejenak, dia melirik ke arah tertentu dan memberi instruksi, "Shiki Seiho, bawa Floridas Kennedy kembali ke ibu kota dulu. Aku akan menyusul nanti.""Baik, Tuan Ryan."Tanpa
"Tidak, aku harus kembali ke Gunung Langit Biru dan melaporkan ini pada pemimpin sekte!" seru seorang pria tua panik. "Kita harus menggambar potretnya sebelum wajahnya terlupakan!""Mulai hari ini, tidak ada seorang pun yang boleh menyinggung Arthur Pendragon," tambah yang lain dengan wajah pucat."Benar, benar! Aku khawatir Arthur Pendragon akan memasuki Gunung Langit Biru suatu hari nanti. Kita harus segera memperingatkan sekte kita. Jika tidak, siapa pun yang berani menyinggung iblis ini akan membuat seluruh sekte mereka dihancurkan oleh dahan pohon bunga sakura!"Di tengah kepanikan itu, seorang wanita tampak tersadar akan sesuatu. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia bergegas mengejar ke arah Ryan pergi. Tetua Juan dari Keluarga Jirk juga melakukan hal yang sama!Setelah semua yang terjadi, mereka harus menunjukkan pendirian Keluarga Jirk. Tetua Juan tidak lagi berambisi memenangkan hati Arthur Pendragon–dia hanya ingin memastikan sosok mengerikan itu tidak menjadi musuh Ke
Pemikiran itu segera terhenti. Bagaimanapun, baik Brandy Shroud maupun para pengikutnya tidak dianggap sangat kuat di Gunung Langit Biru. Terlalu banyak kultivator di sana yang jauh lebih mengerikan.Brandy Shroud hanyalah kepala cabang Paviliun Ivoryshroud di Nexopolis. Para kultivator di cabang lain di Gunung Langit Biru jelas tak akan semudah ini ditangani. Dan kali ini, Ryan tidak hanya menyinggung Sekte Hell Blood, tetapi juga Paviliun Ivoryshroud.Namun Ryan justru tersenyum tipis. Lalu kenapa? Jika orang-orang dari Gunung Langit Biru ingin mencari masalah, mereka akan mencari Arthur Pendragon. Dan setelah hari ini, yang akan mereka temui hanyalah Ryan.'Meski begitu,' pikirnya sambil merapikan jubahnya yang ternoda darah, 'nama Arthur Pendragon mungkin masih berguna sebagai jimat penyelamat nyawa di masa depan.'Mulai hari ini, nama itu akan mengguncang seluruh Gunung Langit Biru. Jika suatu saat dia perlu mengungkapkan identitasnya sebagai Arthur Pendragon, mungkin dia bis
"Dahan pohon bunga sakura menghancurkan formasi kuno dan membunuh Brandy Shroud!" seru seseorang tak percaya. "Pengungkapan kekuatan ini sendiri sudah cukup untuk mengguncang seluruh Gunung Langit Biru!"Tetua Juan dari Keluarga Jirk gemetar hebat. Sebagai anggota terkuat dari rombongan Keluarga Jirk, ini adalah pertama kalinya dia merasakan ketakutan yang begitu mencekam. Penyesalan memenuhi hatinya–dia tahu telah kehilangan kesempatan terbaik.'Jika saja aku mendengarkan nona muda dan berdiri di pihak Arthur Pendragon tanpa ragu,' pikirnya getir. 'Mungkin Keluarga Jirk masih bisa membangun hubungan dengannya.'Berkat bakat Shirly Jirk yang luar biasa, Keluarga Jirk terbiasa unggul dalam hal negosiasi dan perekrutan orang-orang jenius. Namun penampilan Ryan tampak bahkan melampaui kejayaan Shirly Jirk yang selama ini menjadi kebanggaan keluarga.'Selama dua puluh tahun terakhir, mengapa tidak ada berita di Gunung Langit Biru tentang seorang jenius seperti ini?' Tetua Juan bertanya
"Astaga... Ini adalah petir Ilahi!""Bagaimana mungkin? Arthur Pendragon benar-benar memiliki kekuatan petir Ilahi!""Mungkinkah dahan pohon bunga sakura itu? Apakah itu harta karun yang dapat memicu petir Ilahi?""Kali ini Brandy Shroud akan mati!"Bisikan-bisikan ketakjuban memenuhi arena. Para anggota Keluarga Jirk yang hadir saling berpandangan dengan ekspresi tak percaya. Bahkan Tetua Juan dari Keluarga Jirk membelalakkan matanya lebar-lebar. "Dari mana Arthur Pendragon berasal?" gumamnya heran. "Kekuatan seperti ini... dia pasti bukan orang biasa!"Sementara itu, wajah Brandy Shroud semakin memucat. Dia bisa merasakan kematian mengintai dari balik petir ilahi yang menari-nari di sekeliling Ryan. Namun ego dan harga dirinya tidak mengizinkan dia mundur."Pergi kau ke neraka!" teriaknya sambil melancarkan serangan pamungkas.Pedang spiritualnya melesat bagai meteor merah yang siap menghancurkan segalanya. Namun Ryan hanya tersenyum dingin."Hari ini, aku akan mengajarimu kon
Dengan satu gerakan saja, bumi berguncang! Ryan mengayunkan dahan pohon bunga sakura di tangannya dengan gerakan ringan, namun dampaknya luar biasa. Tanah di bawah kakinya retak dan bergetar hebat, menciptakan gelombang kejut yang menyebar ke segala arah.Brandy Shroud yang tadinya berdiri angkuh terpaksa mundur beberapa langkah untuk menjaga keseimbangan. Matanya menyipit melihat kekuatan tak terduga ini.Dengan gerakan kedua, awan gelap menutupi langit!Dahan pohon bunga sakura kembali bergerak, kali ini membentuk pola rumit di udara. Dalam sekejap, langit cerah berubah gelap mencekam. Awan hitam bergulung-gulung menutupi matahari, menciptakan suasana yang membuat bulu kuduk merinding."Mustahil..." bisik salah seorang penonton. "Bagaimana bisa sebuah dahan pohon bunga sakura memiliki kekuatan seperti ini?"Dengan gerakan ketiga, bahkan ruang terasa terkoyak!Ryan tersenyum tipi
Wajah nona muda Jirk memucat seketika, seolah seluruh energinya tersedot habis. Dengan putus asa dia menoleh pada lelaki tua di sampingnya."Kakek Juan, izinkan aku melakukannya. Aku merasa Arthur Pendragon pantas mendapatkannya."Semua wanita di Keluarga Jirk memang memiliki bakat terpendam yang memungkinkan mereka merasakan hal-hal tertentu tentang masa depan. Shirly Jirk telah menyelamatkan Ryan empat tahun lalu berkat bakat itu. Dan kini, wanita lain dari Keluarga Jirk juga merasakan sesuatu yang serupa.Sayangnya lelaki tua di sampingnya sama sekali tidak tergerak. Para penonton mendesah tak henti-hentinya menyaksikan pertarungan ini. Mereka mengira akan melihat kelahiran seorang jenius, namun tampaknya takdir berkehendak lain. Sepertinya orang jenius memang ditakdirkan untuk mati muda.Bahkan Floridas Kennedy yang baru terbangun dari proses pemulihannya hanya bisa menghela napas panjang. Dia telah mele
"Ini adalah pertarungan antara para kultivator sejati!" seru salah seorang dari mereka."Niat pedang mereka benar-benar mengerikan!""Kudengar niat pedang Brandy Shroud berasal dari Dewa Pedang Alex Shroud seribu tahun lalu," ucap seorang tetua. "Tapi dari mana warisan Arthur Pendragon berasal..."Waktu seakan membeku saat kedua sosok itu saling menatap dalam diam. Meski tidak ada yang bergerak, tekanan di sana begitu mencekam hingga membuat para penonton kesulitan bernapas."MAJU!"Teriakan keras Brandy Shroud memecah keheningan bersamaan dengan ledakan auranya yang mencapai puncak."Pedang Pembelah Sembilan Provinsi!"Benda-benda di aula Paviliun Ivoryshroud mendadak tertarik ke arah Brandy Shroud, seolah ada kekuatan misterius yang menarik mereka. Dalam sekejap, semua benda itu hancur berkeping-keping!"Aura yang sangat kuat!""Gerakan ini... sungguh menakutkan!""Ya Tuhan, bahkan ahli Ranah Transcendence tingkat puncak biasa tidak akan memiliki aura semengesankan ini!" seru seora
Dari pinggir area pertarungan, tetua Keluarga Jirk yang tadinya berniat turun tangan mendadak menghentikan langkahnya. Dia memang berencana mengikat Ryan mengingat bakat dan teknik pedang menakjubkan yang dimiliki pemuda itu. Namun situasi telah berubah jauh lebih serius sejak Brandy Shroud memutuskan turun tangan secara pribadi.Ryan hanya mencibir mendengar ancaman itu. Dengan santai dia berkata, "Tidak ada yang pernah berhasil menghentikanku membunuh siapa pun yang kuincar. Albert Shroud harus segera belajar dari pengalaman pahit itu." Tatapannya berkilat berbahaya. "Kau ingin menghentikanku? Apa kau yakin punya hak untuk melakukannya?"Begitu kata-kata itu terucap, Ryan melepaskan niat membunuh yang pekat. Pedang spiritual yang dia peroleh dari Paviliun Ivoryshroud tiba-tiba muncul dan terbang keluar. Awalnya dia berniat memberikan pedang ini pada ibunya sebagai hadiah, namun sepertinya dia harus menggunakannya untuk menampar wajah Paviliun Ivoryshroud terlebih dahulu.BOOM!