Terima Kasih Kak Ian dan Kak Usman atas dukungan Gem-nya. Dengan ini, jumlah akumulasi Gem menjadi 7.(. ❛ ᴗ ❛.) ini adalah bab bonus atas Gem yang sudah terkumpul. Akumulasi Gem: 29-09-2024 (siang): 2 Gem (reset) kurang 3 gem lagi nih, bakal muncul bab bonus, hehehehe... Selamat membaca dan berakhir pekan(◠‿・)—☆
Ryan sedikit tercengang dengan pertanyaan itu. Akan tetapi, dia langsung terkekeh setelah itu, berpura-pura memasang ekspresi garang. "Benar sekali. Sejujurnya, aku adalah pembunuh profesional kelas atas. Aku bisa melompat dari atap ke atap, serta melompati tembok. Dan aku telah membunuh banyak orang. Kau yakin masih ingin membiarkanku tinggal di apartemenmu? Kalau-kalau aku punya pikiran mesum, hehe..." Adel menghela napas lega saat mendengar jawaban Ryan. Di dunia ini, tidak ada pembunuh yang akan mengakui dirinya sebagai pembunuh begitu saja. Terlebih lagi, melihat tingkah laku Ryan, masuk akal jika dia suka menghajar seseorang, tapi membunuh? Apalagi membunuh orang-orang terkemuka di Kota Golden River? Itu terlalu jauh. "Berhentilah membual," ujar Adel, menggelengkan kepalanya. "Untuk beberapa hari ke depan, kita harus pulang lebih awal. Pembunuhnya pasti masih berada di Kota Golden River dan siapa tahu mereka akan datang mencari kita suatu hari nanti? Kau dengar aku? Jangan
Lindsay berbalik. Sambil menggoyangkan tubuhnya yang menggairahkan, dia berjalan santai ke depan Ryan. "Sepertinya aku benar, kau benar-benar Ryan yang seharusnya meninggal lima tahun lalu. Siapa mengira yang orang terkenal tidak berguna dari Keluarga Pendragon itu tidak hanya kembali, tetapi juga membawa kekuatan yang mengerikan bersamanya…" Sebelum Lindsay selesai berbicara, sepasang tangan besar mencengkeram lehernya yang jenjang dan mengangkatnya. Tiba-tiba, seluruh tubuhnya merasakan sensasi dingin yang mencekam, seolah-olah ia berada di gua es. "Apa yang ingin kamu katakan?" desis Ryan, suaranya rendah dan berbahaya. Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Ryan melepaskan cengkeramannya dan melempar Lindsay. Dengan refleks yang terlatih, Lindsay menahan jatuhnya dengan salto ke belakang. Wajahnya tampak tercengang, tidak menyangka Ryan akan bereaksi sekeras itu. Seni bela diri kuno yang dipelajari Lindsay memang tidak terlalu kuat, tetapi juga bukan sesuatu
Setengah jam kemudian Ryan tiba di Apartemen Grand City. Ia segera membawa tanaman obat ke dapur. Adel masih tidur, jadi dia memutuskan untuk menutup pintu dapur rapat-rapat.Ryan tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Adel jika dia tahu tentang alkemis. Lagi pula, ia yakin Adel tidak akan percaya padanya. Membayangkan reaksi Adel membuatnya tersenyum geli. 'Mungkin dia akan menganggapku gila,' pikirnya.Dia melirik peralatan di sekitarnya dan merasakan sakit kepala mulai datang. Sayang sekali dia tidak membawa tungku alkimia milik sang guru. Kalau tidak, semuanya akan jauh lebih mudah. Sekarang dia hanya bisa mengandalkan panci dan wajan biasa."Kota besar ternyata juga memiliki kekurangan," gumam Ryan dengan menyesal. Dia membayangkan reaksi gurunya jika melihatnya menggunakan peralatan dapur untuk membuat ramuan. Pasti akan ditertawakan habis-habisan.Tanpa basa-basi lagi, Ryan menyalakan kompor ke suhu paling panas dan memasukkan ramuan obat sesuai kebutuhan. Tujuan penggun
"Apa yang kamu lakukan di dapur sendirian?" tanya Adel, matanya menyipit curiga. "Apakah kamu sedang masturbasi? Kau tidak mencuri pakaian dalamku dan menggunakannya di dapur kan? Jika kau tidak melakukannya, mengapa ada begitu banyak suara? Huh, bau apa ini?"Ryan tidak bisa menahan senyumnya mendengar pertanyaan Adel yang bertubi-tubi. "Tidak apa-apa, aku hanya sedang membuat obat herbal untuk diminum…" jawabnya santai, menghalangi pintu agar Adel tidak bisa melihat ke dalam.Adel menatap Ryan dari ujung kepala sampai ujung kaki dan bertanya dengan khawatir, "Apakah kamu sakit? Atau kau sedang terluka? Kapan itu terjadi?"Setelah berkata demikian, dia menunduk dan berjalan menuju dapur, mengabaikan usaha Ryan untuk menghalanginya.Ketika dia melihat situasi di dapur, Adel terdiam membeku. Apakah dia sedang membuat obat? Tapi mengapa dapurnya tampak seperti bekas medan perang? Bahkan ada lubang di dasar panci!Meskipun Adel belum pernah memasak obat apa pun sebelumnya, tapi Adel tahu
Setelah Ryan pergi, Adel kembali melihat sisa pil yang ada di telapak tangannya. Dia baru saja berpikir untuk membuangnya, tetapi entah mengapa, ia memutuskan untuk tidak melakukannya. Jemarinya perlahan menutup, menggenggam erat sisa pil misterius itu. "Pria itu tidak akan menggunakan benda semacam ini untuk menipu orang, kan?" gumam Adel, keningnya berkerut dalam. Ia menghela napas panjang, "Tidak, sebaiknya aku meminta bagian R&D untuk mengujinya pada hari Senin. Akan lebih bagus jika benda ini tidak beracun. Jika beracun..." Adel menggelengkan kepalanya, "...aku harus meyakinkan Ryan untuk tidak membuat benda ini lagi." Dengan langkah gontai, Adel beranjak ke dapur. Matanya menyapu keadaan dapur yang tampak seperti medan perang mini. Panci berlubang, kompor yang nyaris hangus, dan bau aneh yang masih menguar di udara. Adel menggelengkan kepalanya lagi, kali ini dengan senyum geli yang tak bisa ia tahan. "Dasar pria aneh," gumamnya sambil mulai membersihkan kekacauan itu. S
Setengah jam kemudian, di rumah keluarga Blackwood.Mobil Aston Martin DBX 707 meluncur mulus memasuki halaman luas kediaman Blackwood. Ryan turun dari mobil dengan santai, sementara Melanie bergegas membukakan pintu untuknya. Begitu kakinya menginjak tanah, Ryan menyadari bahwa hampir seluruh anggota keluarga Blackwood telah berkumpul untuk menyambutnya.Jeremy Blackwood, sang kepala keluarga, melangkah maju dengan wajah penuh harap. Matanya yang berkantung menunjukkan bahwa ia memang tidak tidur semalaman. "Tuan Ryan, Anda akhirnya datang juga," ujarnya dengan suara bergetar. "Saya tidak tidur sama sekali tadi malam. Saya takut ini akan menjadi jam-jam terakhir saya! Jika Anda terlambat beberapa jam, saya mungkin sudah bersiap-siap untuk pemakaman..."Ryan hanya mengangguk pelan, ekspresinya tetap tenang meski ia bisa merasakan keputusasaan dalam suara Jeremy.Seorang wanita anggun, yang Ryan kenal sebagai ibu Melanie, maju dan berkata dengan sopan, "Tuan Ryan, apakah Anda sudah s
Lambat laun, Jeremy bahkan menyadari bahwa rasa sakit yang telah ia derita selama bertahun-tahun telah hilang! Hilang sepenuhnya! Ia membuka matanya dan mendapati seluruh dunia sangat terang, seolah-olah dirinya telah terlahir kembali! "Ini... ini..." Jeremy tergagap, matanya berkaca-kaca. Tidak ada yang tahu seberapa kuat perasaan yang bergejolak di hatinya saat ini. Tanpa pikir panjang, Jeremy mengulurkan tangannya dan menggenggam erat tangan Ryan. Tangannya bergetar, antara takjub dan tidak percaya. Ia tidak tahu apa yang diberikan Ryan kepadanya, tetapi obat itu memiliki efek yang luar biasa pada tubuhnya. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa itu adalah ramuan keabadian! Tak kuasa menahan emosinya, Jeremy tiba-tiba berlutut di depan Ryan. Air mata mengalir deras di pipinya yang keriput. "Tuan Ryan," ujarnya dengan suara parau, "terimalah penghormatan dariku. Mulai hari ini, Anda adalah penyelamatku!" Kesombongan dan martabat Jeremy yang selama ini ia jaga dengan susa
Setelah Ryan pergi, Melanie langsung datang ke sisi Jeremy. Dia menarik pakaian ayahnya dan cemberut, wajahnya menunjukkan campuran antara kebingungan dan kekesalan. "Ayah," ujarnya dengan nada sedikit menuntut, "mengapa aku merasa bahwa Ayah sengaja menjodohkanku dengan Ryan? Kenapa aku harus memberikan nomor teleponku dan mengapa aku harus mengantarnya pulang? Ayah tidak perlu mendorongku seperti itu hanya karena dia menyembuhkan Ayah. Kita sudah membayarnya, bukan?" Melanie awalnya mengira dia bisa lolos dari klise perjodohan yang sering terjadi di kalangan keluarga kaya. Jeremy juga pernah berjanji padanya bahwa dia tidak akan ikut campur dalam urusan pernikahannya. Tapi sekarang, kemunculan Ryan seolah telah mengguncang janji itu! "Bagaimana mungkin aku tidak mengerti maksud Ayah?" lanjut Melanie, suaranya semakin tinggi. "Ini terlalu jelas!" Jeremy, yang masih menatap ke arah Ryan pergi, hanya diam. Kedua tangannya terlipat di belakang punggung, gestur yang sering ia la
"Ada apa, Adel Sayang?"Helaan napas lega terdengar dari seberang. "Ryan, kau di mana sekarang? Bisakah datang ke Gedung Trading Tower? Golden Dragon Group menghadapi masalah kecil...""Rindy tidak bersamamu?" Ryan mengerutkan kening. Dengan kemampuan Rindy, seharusnya ia bisa menangani banyak hal."Rindy kembali ke kediaman Keluarga Snowfield untuk menyelesaikan beberapa urusan," jawab Adel. "Ponselnya tidak aktif.""CEO Jeremy baru saja berangkat dan masih di pesawat, jadi tidak bisa dihubungi untuk sementara. Sudahlah, jangan banyak tanya. Cepat datang ya? Aku di lantai 15 Gedung Trading Tower.""Baiklah, tunggu aku di sana."Ryan menutup telepon dan meminta Derick mengarahkan mobil ke sana. Ia ingat Adel memang telah menyewa seluruh lantai Gedung Trading Tower beberapa hari lalu sebagai kantor cabang Golden Dragon Group di Kota Riverpolis. Nantinya, mereka akan membangun gedung sendiri di kota ini.Selama masa transisi ini, Adel bertanggung jawab penuh atas operasional perusaha
Di saat kritis itu, aliran udara mendadak berputar kencang hingga membalikkan meja. Angin tajam itu bahkan menggores pipi Juliana.Namun yang lebih mengejutkan, sebuah tangan telah muncul di depan dahinya!Tangan Ryan!Segalanya terjadi begitu cepat hingga pikiran Juliana seolah membeku.TING!Ryan membuka telapak tangannya, memperlihatkan peluru yang kini tergeletak di atas meja terbalik.Juliana akhirnya tersadar dari keterkejutannya. Seseorang benar-benar mencoba membunuhnya! Jika bukan karena Ryan, ia pasti sudah mati!Ryan bahkan mampu menangkap peluru senapan runduk dengan tangan kosong!Bagaimana mungkin?Seorang praktisi bela diri hebat memang bisa menangkap peluru, tapi tak semudah yang Ryan lakukan. Terlebih jarak mereka hanya beberapa meter!Rasa takut merayap di hatinya–bukan karena percobaan pembunuhan itu, tapi karena sosok angkuh dan misterius di hadapannya!Tanpa membuang waktu, Juliana mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Matanya berkilat dingin saat
Mata Ryan menyipit penuh minat. "Kau cukup terus terang. Bagaimana kalau ternyata tidak seperti itu?""Saat ini sedang ada rapat keluarga, hanya anggota keluarga yang diizinkan masuk. Jadi kedatanganmu ke sana jelas menunjukkan kau butuh bantuan Keluarga Herbald."Juliana menyesap kopinya sebelum melanjutkan, "Aku selalu bersikap lugas dalam segala hal. Katakan saja apa yang kau mau. Jika aku bisa membantu, tentu akan kubantu. Demi Lindsay, aku akan melakukan yang terbaik untukmu."Melihat lawan bicaranya begitu terbuka, Ryan memutuskan tak perlu bertele-tele. "Aku tahu Keluarga Herbald pernah menjadi keluarga penempa pedang. Aku membutuhkan bahan baku untuk pedang milikku."Tak ada keterkejutan di mata Juliana. Ia meletakkan cangkirnya dengan gerakan elegan. "Memang benar keluargaku dulunya pandai besi, bahkan kami telah menempa ribuan pedang. Bahan pedang seperti apa yang kau butuhkan?"Ryan tak menjawab dengan kata-kata. Dalam sekejap, Pedang Suci Caliburn telah muncul di tangannya
Usia wanita itu sekitar dua puluh tahun, tinggi semampai dengan pembawaan yang begitu berwibawa. Setiap gerakannya mencerminkan keanggunan yang natural, bukan hasil latihan."Tuan Ryan," Angelica berbisik pelan, "Anda pasti pernah mendengar tentang tiga wanita tercantik Kota Riverpolis, bukan?"Ryan mengangguk. Rindy memang salah satu dari mereka. Entah siapa yang menciptakan gelar itu, tapi Ryan tak bisa membantah Rindy memang layak menyandangnya."Selain Nona Rindy yang Anda kenal, ada dua wanita lainnya. Dan yang baru keluar itu adalah salah satunya," Angelica melanjutkan. U"Namanya Juliana Herbald. Dalam silsilah keluarga, saya harus memanggilnya Bibi Juliana. Meski begitu, usianya mungkin hanya terpaut setahun atau dua dari Tuan Ryan.""Juliana Herbald sangat pandai menangani berbagai urusan, baik internal maupun eksternal. Namanya begitu terkenal di kalangan keluarga berpengaruh Kota Riverpolis. Terlebih, posisinya di keluarga utama sangat tinggi.""Oh." Ryan menanggapi datar,
Frederich berpikir sejenak dan berkata, "Tuan Ryan, salah satu leluhur Keluarga Herbald memang pandai besi." "Saya pernah mendengar tentang bahan pembuat pedang yang Anda sebutkan. Namun, itu dianggap sebagai harta Keluarga Herbald. Tidak mungkin itu akan diberikan kepada orang luar."Ryan mengangguk mendengarkan dengan seksama. Di tangannya, Pedang Suci Caliburn yang patah berpendar samar, seolah merespons pembicaraan tentang bahan pembuatnya."Lagipula," Frederich melanjutkan dengan nada hati-hati, "bahan itu ada di tangan kepala keluarga saat ini. Mengingat sifatnya yang pemarah, mustahil mengambil sesuatu darinya!"Frederich menatap Caliburn dengan sorot mata penuh minat sebelum melanjutkan, "Namun, karena Tuan Ryan sangat membutuhkannya, saya akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelidiki masalah ini. Meski begitu, jika saya gagal, saya harap Tuan Ryan memaklumi."Frederich sungguh tak menyangka Ryan berani mengincar harta pusaka Keluarga Herbald. Bahan untuk menempa Pedang Suc
"Jadi kau benar-benar sang Hunter yang membuat banyak faksi di Kota Riverpolis gemetar," gumam Mordred. "Pantas saja kau membunuh anggota Ordo Hassasin tanpa ragu. Bagiku itu masalah besar, tapi bagimu mungkin hanya masalah kecil."Ryan menatap lurus Mordred tanpa ekspresi dan berkata, "sekarang setelah kau tahu, beritahu aku tentang Pedang Suci Caliburn.""Pedang Suci Caliburn?"Mordred tersadar dari lamunannya. Ia melirik pedang patah itu–rupanya nama itu adalah nama yang diberikan Ryan pada pedang tersebut."Aku mendapatkannya secara tidak sengaja saat membunuh seseorang," jelasnya. "Orang itu menyembunyikannya dengan sangat baik semasa hidup. Aku tahu pedang ini sangat berharga, jadi kusimpan. Selama bertahun-tahun aku menyelidiki asal-usulnya."Dia melirik Ryan yang menatapnya penuh minat sebelum melanjutkan, "Pedang ini ditempa oleh jenius pandai besi Heinrich Herbald 200 tahun lalu. Butuh tiga tahun penuh untuk menempanya!" "Dia mencurahkan jiwa raganya ke dalamnya. Namun saat
Tang San ragu sejenak. Dengan semua yang menimpanya bulan ini, ia khawatir akan ada berita buruk lain. Namun setelah beberapa saat, ia tetap mengangkat telepon itu."Tang San di sini. Ada apa?"Tak lama kemudian, ekspresinya berubah dingin. Bibirnya bergetar saat berkata pada bawahannya, "Sesuatu yang besar terjadi pada Keluarga Wealth."Ruangan seketika sunyi senyap. Bahkan suara napas pun tertahan saat semua orang membeku di tempat bagai patung.Mereka menarik napas tajam. Sial! Situasi semakin memburuk!Tang San menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan. "Mulai sekarang, cari orang itu di seluruh kota!""Dan karena kita belum tahu namanya, kita sebut saja dia Hunter!""Tapi kita lihat saja siapa yang sebenarnya akan jadi pemburu dan siapa yang diburu!"Kata-kata terakhir itu praktis diteriakkan, menggetarkan dinding ruangan yang masih utuh.**Di villa Pendragon, Ryan baru saja berbaring santai di sofa ketika ponselnya berdering. Nama Agravain tertera di layar.Sudut bibir Ryan
Tang San telah mengerahkan seluruh kekuatan untuk mencari pembunuhnya, namun hasilnya nihil. Sebenarnya beberapa orang mengenali Ryan dari foto yang beredar. Namun sebelum informasi itu sampai ke atasan mereka, pasukan khusus Guild Round Table milik Lancelot telah membungkam mereka selamanya. Meski Ryan mengatakan tak butuh perlindungan Guild Round Table, Lancelot diam-diam telah membereskan semua kekacauan yang ditinggalkan tuannya. Itulah yang seharusnya dilakukan seorang bawahan. Berkat kerja kerasnya, usaha Tang San tak membuahkan hasil. Kini Tang San nyaris gila karena frustasi. BRAK! Ia menggebrak meja dan meraung murka pada para anggota Asosiasi, "Kalian semua tidak berguna! Mencari di seluruh Provinsi Riveria tapi hanya menemukan beberapa pemuda dengan bentuk tubuh mirip?" "Aku mencari pembunuhnya! Jelas bukan mereka!" Para bawahan memucat, tak ada yang berani bersuara. Tang San menarik napas dalam menahan amarah. "Kuberi kalian waktu tiga hari lagi. Jika masih bel
Ryan menggumamkan nama itu dengan dahi berkerut. "Jackson Jorge... nama gadis Ibuku Eleanor Jorge, mereka memiliki nama keluarga yang sama dan wajah yang mirip." Ia teringat sosok lembut ibunya yang selalu tersenyum hangat. Hubungan kedua orang tuanya begitu harmonis, namun sejak kecil ada yang selalu mengganjal di benaknya. Ia tak pernah bertemu kakek-nenek dari pihak ibu, bahkan teman atau saudara ibunya. Ketika ia bertanya, sang ibu hanya tersenyum dan berkata ia berasal dari desa pegunungan yang jauh. Ayahnya selalu mengalihkan pembicaraan saat topik itu muncul, seolah keduanya tak ingin menyentuh masa lalu itu. Ryan juga sering memergoki ibunya menatap kosong ke arah utara dengan mata berkaca-kaca. Pemandangan itu selalu membuat dadanya sesak. Kini penyelidikan insiden Paviliun Riverside telah membuka sebagian rahasia keluarganya yang terpendam bertahun-tahun. Mengapa Master Lucas yang tak dikenal tiba-tiba menghancurkan Keluarga Pendragon? Mengapa jenazah orang tuanya