Semua Bab Gelora Hasrat Tuan Muda di Pertemuan Pertama: Bab 101 - Bab 110

196 Bab

Mimpi seolah nyata

Murni menangis, ia sangat berterima kasih pada Bi Ijah."Jadi bibi belanja pakai uang gaji yang selama ini bibi simpan?" tanya Murni, ia menangis karena kebaikan Bi Ijah."Iya nyonya, aku tidak bisa meninggalkan kalian dalam keadaan sulit seperti ini, aku sudah puluhan tahun tinggal di sini, tidak ada yang salah kalau aku sedikit membantu," jawab Bi Ijah.Murni langsung memeluknya, lalu berterima kasih karena Bi Ijah menemani mereka bahkan saat tidak memiliki apa-apa.Bella pulang ke rumah, ia segera masuk ke dalam kamar Novia, ia melihat Novia berbaring di suapi Bi Ijah. Novia sangat lahap makan ayam goreng dan juga sayur bening."Bi.." Bella memeluk Bi Ijah karena sangat berterima kasih sudah menolong mereka, Bi Ijah mengeluarkan uangnya untuk membeli makanan supaya mereka tidak kelaparan di dalam rumah.Bi Ijah pun memeluk Bella sambil tersenyum, dia mengatakan sudah sepantasnya membantu mereka, karena selama belasan tahun Bella menyayangi Bi Ijah seperti ini kandungnya."Tidak apa
Baca selengkapnya

Novia mau ayam goreng

Tak terasa air mata menetes saat mengingat mimpi itu, pelukan yang selama ini ia rindukan sangat terasa dalam mimpinya. Bella berharap Arland segera pulang. Bella mencoba memejamkan matanya supaya bisa tidur lagi, karena hari-hari yang ia jalani terasa sulit sejak Arland dan Kay pergi tak pulang. Bella pun tidur saat menjelang subuh, ia tidur 45 menit lalu bangun lalu, bersiap pergi ke kantor untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Bella mempercayakan Novia di urus oleh Murni dan juga Bi Ijah, hanya Bi Ijah satu-satunya yang selalu setia pada mereka, mengurus mereka sekeluarga dengan ikhlas, bahkan rela mengeluarkan tabungannya untuk membiayai kebutuhan mereka di rumah. Bella sarapan makan mie instan yang di disiapkan oleh Bi Ijah, tidak ada makanan lain di kulkas yang tersisa karena Bi Ijah belum ke pasar. Bella menghabiskan sarapannya lalu pamit pada mertuanya, ia juga tak lupa memeluk Novia sebelum berangkat. Novia menjadi alasannya untuk kuat setiap hari, Novia masih di
Baca selengkapnya

Nenek itu ternyata jahat

"Tidak apa-apa Nyonya, saya tidak tega melihat Novia sedih, Novia anak yang baik, ia masih sangat kecil, belum tahu jika orang tuanya tidak punya uang, itu hal yang biasa terjadi pada anak-anak," jawab Bi Ijah, Murni semakin berhutang Budi padanya. Arland dan Kay sudah sangat bosan tinggal di pondok tanpa melakukan apapun, mereka seperti terkekang, tidak ada kehidupan yang normal, mereka hanya menunggu matahari terbit lalu terbenam. Sudah berapa lama mereka seperti itu, mereka pun tidak tahu waktu. Kay mendekatinya, ia duduk di samping Arland, ia tidak tahan lagi hidup tersiksa tanpa tahu apa yang akan terjadi. "Kita harus menelusuri jalan itu, man tahu kita menemukan kampung sebelah saat nenek itu bilang dulu, aku tidak tahan seperti ini, kita tidak tahu sampai kapan berada disini, sekarang matahari hampir tenggelam, apa kau masih ingin duduk disini menunggu kematian?". "Itu hanya pikiran mu saja, aku pun sudah tidak tahan lagi." Kay segera berjalan tanpa bicara, Arland m
Baca selengkapnya

Arland susah tidak bergerak sama sekali

Nenek itu tidak berbelas kasihan saat mereka terus di hantam bertubi-tubi. Kay tidak punya kesempatan untuk menolong mereka, Kay masih terkurung di dalam, seorang dari mereka ternyata memiliki ilmu supranatural, ia duduk lalu sambil berdoa, Kay merasa kepanasan di dalam, ia meminta tolong supaya di keluarkan. Orang itu berkelahi dengan nenek, tapi nenek itu punya tenaga yang hingga orang yang menolong Arland terlempar jauh hingga ia tidak bisa berdiri. Nenek tertawa, ia menatap Arland, kebencian itu terlihat di matanya, nenek itu tidak suka jika ada orang yang melawannya. "Aku memberi mu kesenangan, tidak ada yang kalian lakukan selain makan dan menunggu matahari terbenam, kalian tidak perlu melakukan apapun, cukup dengarkan saja perintahku," ucap nenek itu marah. "Aku punya keluarga yang menunggu di rumah, aku punya anak, ibu dan ayah, kau membohongi kami berdua, selama ini kau tidak ingin aku dan Kay pergi dari sini, apa yang kau ingin?" Arland tidak tinggal diam, ia melaw
Baca selengkapnya

Akhirnya terbebas dari nenek tua

"Keluarkan aku dari sini, jangan sakiti teman-temanku." Api semakin berkobar hingga Kai semakin panik lalu ia pun jatuh ke tanah, tidak ada seorang pun yang bisa menyelamatkan mereka. Setelah beberapa lama, seorang biksu melintasi jalan itu, ia hendak berkunjung ke suatu tempat di rumah jemaat nya. Ia melihat keributan, beberapa orang tergeletak di tanah tak berdaya, tapi semakin berkobar di dalam pondok, ia mengintip dari luar ternyata seseorang terjebak di dalam sana, ia segera menemui nenek itu lalu memintanya untuk menyelamatkan mereka, tetapi nenek itu langsung melotot padanya lalu marah. "Apa kau ingin bernasib sama seperti mereka? apa kau ingin mati di sini? kalau tidak pergilah jangan campuri urusanku!" nenek itu begitu marah pada biksu itu. "Aku tidak pernah mencampuri urusanmu, aku hanya meminta tolong padamu supaya mereka diselamatkan, seseorang terjebak di dalam kobaran api, jika tidak segera diselamatkan maka ia pasti akan terbakar di sana, tolong jangan mara
Baca selengkapnya

Stasiun yang sepi tanpa ada siapapun

Selama menunggu bus, biksu mengatakan bahwa setahun lalu ada mobil yang terjun ke lembah, saat mereka mau menolong, kedua orang itu telah hilang secara misterius. Kay mengerutkan keningnya, ia ragu jika itu adalah mobil mereka. "Setahun yang lalu?" "Iya! mobil itu masih ada di jurang sedangkan pemiliknya tidak ada." Arland dan Kay tentu saja kaget, tidak mungkin itu sudah setahun berlalu. Berarti mereka sudah setahun di kurung nenek itu supaya tidak bisa kembali. Mereka berdua risau, apa yang sudah terjadi pada keluarganya? Arland memejamkan matanya, ia menyesal kenapa tidak segera pulang menemui Bella dan Novia. Arland tidak bisa berpikir jernih, masih tidak percaya jika mereka pergi sejak tahun lalu. Bus susah tiba, penumpangnya lumayan banyak, biksu itu berpesan sekali lagi, apapun yang terjadi jangan pernah mengingat ingat kampung itu. Biksu itu juga memberikan uang meski tidak banyak, setidaknya mereka bisa sampai di kota tujuan. Arland dan Kay pamit pada biksu dan
Baca selengkapnya

Penghuni stasiun

Kay bangun lalu menatap sekelilingnya, pandangannya masih rabun karena baru saja bangun tidur. Ia mulai fokus melihat sekelilingnya saat ia selesai mengucek kedua matanya. "Di mana penumpang? kenapa masih sepi? kupikir ini sudah siang, tak seorang pun ada disini." "Kita tersesat lagi, tidak ada siapapun di sini, kita tidak tahu kemana akan pergi!" jawab Arland, mereka masih duduk berharap ada orang yang datang ke stasiun itu. Hari sudah sore, tidak ada seorangpun yang datang ke stasiun itu, hanya ada mereka berdua, pemilik warung itu juga tidak kunjung tiba setelah pergi, mereka berdua pun sudah tidak punya harapan lagi untuk bisa pulang menemui keluarganya. Mereka berdua hanya bisa berbaring, sudah tidak ada lagi tenaga untuk memulai perjalanan, hari-hari sial selalu menimpa mereka tanpa henti. "Apa yang telah kita lakukan dulu? mengapa hidup kita seperti ini, aku merasa kita sudah tidak bisa pulang, bagaimana caranya kita mencari bantuan?" ucap Arland, hari sudah sore
Baca selengkapnya

Akhirnya tiba di rumah

Supir itu menatapnya lirih, tapi ia tidak bertanya lebih lanjut, selesai makan ia membayarnya, Arland dan Kay pun di suruh duduk di depan. Arland pun merasa lega, jantungnya berdegup kencang karena sudah tidak sabar untuk bertemu Bella dan juag anaknya Novia. "Kenapa kalian bisa tersesat di kampung itu?" tanya si supir sambil fokus menyetir. "Kami naik bus menuju kota, tapi bus itu bukan ke kota, akhirnya kami turun di stasiun, tapi di sana tidak ada bus yang datang, orang-orang pun tidak ada yang terlihat, hanya ada satu orang pemilik warung, tapi dia juga tiba-tiba saja hilang, maksudku ia pergi entah kemana padahal aku baru saja beli roti dan juga air mineral," ucapnya. Supir itu hanya mengangguk, ia tidak lagi bicara, tapi ia seolah mengerti situasi kampung itu. Mereka pun tiba di kota, ia sudah bisa merasakan aroma rumahnya, saking rindunya, Arland seolah merasakan ia sudah tiba di rumahnya. "Aku tidak bisa mengantar kalian sampai ke rumah, truk tidak boleh melintas di
Baca selengkapnya

Bertemu keluarga di apartemen

"Apa maksudmu?" Kay tiba-tiba berdiri dari duduknya karena merasa khawatir terjadi apa-apa pada Bella dan juga Novia. "Aku tidak tahu, tapi sampai sekarang kenapa mereka belum kembali? mommy, Bella dan juga putri kecilku," ucapnya sambil menghela nafas. Mereka berdua pun tetap menunggu hingga malam, mereka berdua sengaja mematikan lampu di apartemen, mereka berharap memberikan kejutan pada mommy, Bella dan juga Novia. Hingga pukul 20.00 malam, Arland dan Kay masih menunggu, mereka merasa tegang, jantungnya berdebar, bagaimana nanti tanggapan keluarganya saat mereka sudah tiba di apartemen? sebab, selama setahun lamanya tidak ada kabar sama sekali dari mereka, hingga ada beberapa berita yang menyebarkan kematian mereka tanpa bicara dulu pada keluarga Alexander. Sudah pukul 21.00 malam, Arland semakin khawatir, tidak ada yang pulang, ia memikirkan banyak hal, rumahnya, papanya yang belum bisa pulang dari Singapura, bahkan perusahaannya bangkrut sekejap. Setelah pukul 22.45 Arl
Baca selengkapnya

Arland curiga Bella selingkuh

Bi Ijah menyuguhkan makanan untuk makan malam, lauk dan nasi seadanya, tapi mereka sudah cukup terbiasa seperti itu, makanan itu pun habis di tambah Arland dan Kay sudah pulang ke rumah. Mereka berbincang sebentar, lalu Novia, Bi Ijah dan Murni masuk ke dalam kamar, sementara Kay tidur di sofa karena sudah mengantuk. Arland dan Bella masuk kamar, Bella memeluk Arland dengan erat, Bella melepaskan semua rasa rindunya yang terpendam selama ini, tapi Arland melepaskan pelukannya, ia terlihat marah pada Bella, di wajahnya tidak ada senyuman saat mereka berdua di dalam kamar. "Ada apa? apa kau tidak merindukan ku?" "Aku merindukanmu, tapi aku salah menilai mu!" Bella tidak mengerti apa yang di bicarakan Arland, tiba-tiba saja sikapnya berubah menjadi dingin dan emosi. "Apa maksudmu?" Bella masih belum mengerti apa yang ada di benak Arland, ia masih bermanja di pelukan suaminya. "Lepaskan aku, kau sudah mengkhianati ku, kau sangat bersyukur aku tidak kembali selama setahun, lal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
20
DMCA.com Protection Status