"Apa maksudmu?" Kay tiba-tiba berdiri dari duduknya karena merasa khawatir terjadi apa-apa pada Bella dan juga Novia. "Aku tidak tahu, tapi sampai sekarang kenapa mereka belum kembali? mommy, Bella dan juga putri kecilku," ucapnya sambil menghela nafas. Mereka berdua pun tetap menunggu hingga malam, mereka berdua sengaja mematikan lampu di apartemen, mereka berharap memberikan kejutan pada mommy, Bella dan juga Novia. Hingga pukul 20.00 malam, Arland dan Kay masih menunggu, mereka merasa tegang, jantungnya berdebar, bagaimana nanti tanggapan keluarganya saat mereka sudah tiba di apartemen? sebab, selama setahun lamanya tidak ada kabar sama sekali dari mereka, hingga ada beberapa berita yang menyebarkan kematian mereka tanpa bicara dulu pada keluarga Alexander. Sudah pukul 21.00 malam, Arland semakin khawatir, tidak ada yang pulang, ia memikirkan banyak hal, rumahnya, papanya yang belum bisa pulang dari Singapura, bahkan perusahaannya bangkrut sekejap. Setelah pukul 22.45 Arl
Bi Ijah menyuguhkan makanan untuk makan malam, lauk dan nasi seadanya, tapi mereka sudah cukup terbiasa seperti itu, makanan itu pun habis di tambah Arland dan Kay sudah pulang ke rumah. Mereka berbincang sebentar, lalu Novia, Bi Ijah dan Murni masuk ke dalam kamar, sementara Kay tidur di sofa karena sudah mengantuk. Arland dan Bella masuk kamar, Bella memeluk Arland dengan erat, Bella melepaskan semua rasa rindunya yang terpendam selama ini, tapi Arland melepaskan pelukannya, ia terlihat marah pada Bella, di wajahnya tidak ada senyuman saat mereka berdua di dalam kamar. "Ada apa? apa kau tidak merindukan ku?" "Aku merindukanmu, tapi aku salah menilai mu!" Bella tidak mengerti apa yang di bicarakan Arland, tiba-tiba saja sikapnya berubah menjadi dingin dan emosi. "Apa maksudmu?" Bella masih belum mengerti apa yang ada di benak Arland, ia masih bermanja di pelukan suaminya. "Lepaskan aku, kau sudah mengkhianati ku, kau sangat bersyukur aku tidak kembali selama setahun, lal
Bella masih belum bisa tidur karena memikirkan banyak hal, ia memang memejamkan matanya, tapi kepalanya terasa sakit sehingga ia sulit untuk tidur pulas. Arland menggenggam tangan Bella, ia berharap Bella segera bangun lalu bicara padanya, tapi hingga esok hari saat Bella akan memulai aktivitasnya, ia langsung bergegas menyiapkan sarapan untuk Novia. Arland menatap Bella yang tidak mau bicara, Arland belum tidur dari malam hingga subuh karena sama sekali tidak bisa memejamkan matanya. Arland mengikuti Bella ke dapur, ia memperhatikan apa yang akan di lakukan oleh istrinya. Bella hanya sibuk tanpa memperdulikan Arland yang berada di belakangnya. Arland menarik tangan Bella lalu membawanya ke dalam kamar, setelah di kamar Arland segera minta maaf lalu memeluknya, rasa bersalah itu membuatnya tidak bisa tidur. "Bella, maafkan aku! aku sudah sangat keterlaluan, aku menuduh mu tanpa bertanya apa yang sebenarnya terjadi, aku sangat egois, aku tidak bisa menahan diriku, maafkan a
"Sunny? kurasa dia tidak tahu apa yang dilakukan Anthony, ia hanya bekerja sesuai perintah atasannya, dia orang yang baik, selama ini ia sangat di percayai oleh Bella, tapi kita juga tidak boleh menganggap remeh dirinya, bagaimana jika dia tahu apa yang sudah di rencanakan Anthony? jika itu benar, aku pasti membuatnya menyesalinya." "Kita harus mencari informasi tentang Maudy dan juga Anthony, selama setahun ini mungkin saja mereka sudah menganggap kita mati, jadi mereka merasa tujuannya sudah tercapai, yang paling penting sekarang, kita harus mencari tahu keberadaan mereka," ucap Kay sambil menatap sekelilingnya. Mereka meninggalkan rumah Maudy, mereka naik taksi menuju perusahaan Mars Group yang sudah tidak beroperasi lagi, Arland berdiri di depan perusahaan itu, tatapan matanya sendu, perusahaan yang di besarkan papanya sekejap saja mengalami kebangkrutan karena persaingan bisnis yang tidak sehat dilakukan oleh rivalnya. Arland dan Kay berjalan masuk ke dalam, sebelum mereka m
Mamanya langsung mengunci pintu supaya tidak ada orang yang melihat mereka, karena Kay langsung mengatakan pada ibunya bahwa mereka sedang menyusun rencana supaya mengetahui siapa yang membuat mereka kecelakaan, banyak sekali dugaan di pikirin mereka, mamanya Kay menganggap Arland seperti anaknya juga, ia pun segera membuatkan makanan agar keduanya makan. Kay sangat menikmati makanan yang dibuat oleh mamanya, makanan yang sering di masak mamanya saat ia masih kecil. Setelah selesai makan, Arland dan Kay tidak punya waktu untuk beristirahat di rumah itu. "Kami datang ke sini untuk mengambil mobil, kami kesulitan jika tidak punya kendaraan, aku akan membawa mobil ini mah, berjanjilah padaku, jangan pernah mengatakan pada siapapun kalau aku dan Arland sudah kembali. Banyak orang yang berniat jahat sedang mengincar kami berdua, tetaplah berhati-hati," Kay masuk ke dalam kamarnya lalu mengambil beberapa barangnya yang ada di lemari, ia juga mengambil beberapa helai pakaiannya, setela
Bella pulang ke rumah setelah berkerja, ia melihat Novia sedang belajar di temani mommy, Bella menemui mereka yang sedang fokus belajar, sedangkan Bi Ijah sedang menyetrika pakaian yang sudah menumpuk. "Bella, segeralah mandi lalu makan, mommy sebentar lagi masuk ke kamar setelah Novia selesai belajar." "Iya mom," Bella segera mandi lalu makan, ia mengajak Bi Ijah makan bersamanya, Bi Ijah pun tersenyum lalu melanjutkan pekerjaannya. Bella masuk ke dalam kamar, ia duduk di balkon seorang diri, ia lupa jika mertuanya mau bicara padanya setelah makan. Bella pun merasa semakin hari semakin banyak masalah yang terjadi. Tok... Tok... Tok... Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya, ia segera berlari membuka pintu, ia melihat mertuanya berdiri di depan pintu kamarnya. "Mommy." Mereka pun masuk ke dalam, Murni mengunci pintu supaya tidak seorangpun mendengar pembicaraan mereka. "Ada apa mom?" Bella kebingungan, karena tidak biasanya mertuanya mengunci pintu saat mau bi
Nilesh tersenyum saat melihat Murni, ia segera memberikan plastik yang ia bawa. "Aku membawakan makanan, tadi aku ke rumah teman jadinya mampir sebentar." "Terimakasih ya Nilesh," ucap Murni, ia menerima makanan itu lalu membawanya ke meja makan, Murni meletakkannya di samping makanan yang di sudah dimasak oleh Bi Ijah. "Oh ya Nilesh, bagaimana kabar Sunny? sudah lama sekali aku tidak melihatnya." Nilesh pun hanya tersenyum, ia tidak tahu harus keberadaan Sunny, terakhir ia bertemu dengannya saat Sunny masih bekerja di hotel bersamanya. "Aku tidak tahu, dia tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar, aku juga mencarinya beberapa hari lalu, tapi kemungkinan dia masih ada di kota ini, aku tidak bisa menghubunginya lagi, nomornya sudah tidak aktif." Bella hanya mengangguk, ia juga kehilangan Sunny, tiba-tiba sahabatnya itu menghilang tanpa kabar, barang-barangnya masih ada di kos tapi dia tidak pernah kembali. Nilesh pamit karena sudah pukul 21.00, ia segan bertamu karena Bella
Bella pun sudah tiba di kantor, ia langsung memulai pekerjaan supaya nanti bisa cepat pulang ke rumah. Bella sangat sibuk hingga ia tidak tahu jika ponselnya berdering. Bella tidak melihat yang lain selain pekerjaannya, saat istirahat makan siang baru ia melihat ponselnya, ia melihat panggilan itu dari Arland. Ia tidak meneleponnya, ia hanya mengirimkan pesan jika saat ini ia tidak bisa menelepon. Tak terasa waktu sudah sore karena ia sangat sibuk, Bella mengemasi barangnya selalu bersiap untuk pulang, ia berharap bisa segera tiba di rumahnya, karena ia juga memikirkan Novia, Novia selalu menunggunya pulang. Bella pun tiba di apartemen lebih lama karena bus yang biasa ia tumpangi datang sangat lambat. Bella tiba pukul 18.00, Ia segera turun dari bus, ternyata ada seseorang yang sudah menunggunya di depan. "Nilesh, kau ada disini?" "Aku menunggu mu Bella, ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu." "Nanti saja Nilesh, aku buru-buru, Novia sudah menunggu ku, kalau kau m
Bella dan Sunny duduk berdampingan saat menunggu Arland di rumah sakit, Sunny merasa khawatir jika seandainya keluarga Arland atau Kay tidak menerima dirinya, sebab ia memiliki keterikatan dengan Anthony. Sunny duduk diam lesu, ia tidak mengatakan apapun pada Bella, ia masih memikirkan kehidupannya nanti jika Kay tidak lagi melindunginya, saat ini hanya Kay yang ia percaya, apalagi Anthony sudah tahu keberadaannya, pasti ia akan selalu mengincarnya "Kenapa kau diam saja?" tanya Bella padanya, sebab sejak tadi ia hanya diam saja lalu merenung. "Bella, aku tidak tahu harus melakukan apa jika aku seorang diri saja, aku tidak tahu Bella, mungkin aku akan terjerumus lagi ke dalam kejahatan itu, aku sangat bodoh sampai aku harus mengharapkan orang lain untuk melindungi ku," ucapnya, ia merasa sedih, ia juga takut. "Jangan memikirkan itu, aku ada di sini, percayalah padaku!" Bella berusaha membuat Sunny tenang, meskipun ia juga khawatir jika mertuanya tidak mengizinkan Sunny tinggal
Dengan terpaksa, Anthony dan Nilesh tunduk pada Kay, Kay sama sekali tidak lengah, ia fokus pada Anthony, ia tidak mau gegabah. Anthony mencoba memanfaatkan Sunny, tapi Kay segera mengetahuinya, ia segera melepaskan tembakan sekali hampir mengenai Anthony, Anthony kaget lalu menunduk, ia takut di lukai oleh Kay. "Sunny adalah milikku, aku ke sini untuk mengambil apa yang menjadi milikku, kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang bukan milikmu Kay, biarkan Sunny ikut denganku, tanyakan saja padanya, dia adalah milikku!" Anthony dengan bangga mengatakan itu, tapi Sunny muak mendengar ucapan Anthony. "Aku bukan milikmu, aku bukan barang, aku berhak menentukan pilihan ku, lagipula aku tidak suka padamu, aku dan Kay sudah menikah, siapa yang kau bilang milikmu? apa kau tidak merasa bersalah mengatakan hal itu?" Sunny berbohong supaya Anthony tidak mengganggunya lagi. "Kau jangan berbohong Sunny, Kay akan menikah dengan mantan kekasihnya Amanda, kenapa kau mau tinggal dengan pri
Murni tetap tenang meski Maudy memberinya beberapa pertanyaan mengenai Arland dan Bella, ia tidak mau Maudy sampai tahu jika Arland berada di rumah sakit. "Arland sendiri yang meminta Bella menemaninya, biarlah dia ikut, lagi pula mommy bisa mengurus Novia, mommy tidak kemana-mana juga," ucapnya lalu ia duduk di sofa karena selama di rumah sakit ia tidak bisa menyandarkan tubuhnya. "Pasti mereka berbohong, tidak mungkin Bella mendadak pergi dengan Arland keluar kota," gumamnya, ia masih penasaran tapi sepertinya Murni menutupi sesuatu darinya, yang anehnya lagi, Tuan Alexander segera membawa Novia masuk ke kamarnya. Murni meminta Bi Ijah membuatkan minuman dingin untuknya, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bibi tolong buatkan minum dingin," ucap Murni dengan lembut, Bi Ijah segera ke dapur kalau membuat minuman itu. Maudy pergi ke kamarnya, ia mondar-mandir di dalam, sebab Kay juga belum kembali, ia tidak mungkin mendapatkan informasi itu dari Murni. "Kapan Kay kembali
Tuan Alexander bersiap untuk pulang ke rumah dengan Novia, sedangkan Bella dan Kay akan tinggal di rumah sakit menjaga Arland. "Mom, tolong jangan katakan apapun, aku bukan tidak percaya sama bibi, tapi Maudy akan mendesaknya sampai bibi bicara, kita harus merahasiakan ini dari Maudy sampai terbukti ia tidak bersekongkol dengan papanya dan juga Anthony." Kay sangat mewaspadai Maudy, sampai sekarang ia tidak percaya padanya meskipun Maudy selalu berbuat baik di depannya. "Sayang, kamu pulang dulu ya sama opa Oma, tapi mama mau kamu berjanji!" "Berjanji apa ma?" Novia tidak mengerti apa yang di katakan Bella padanya. "Kamu harus janji, jika Tante Maudy bertanya apapun padamu tentang papa dan mama, jangan katakan apapun ya, mama mohon ya nak," Novia diam, ia masih belum mengerti apa yang dimaksud mamanya itu. "Novia, kalau misalnya Tante Maudy bertanya, dimana papa dan mama, kamu harus bilang tidak tahu, papa dan mama bekerja ada urusan, mama mohon ya nak, supaya papa bisa
"Papa janji setelah papa pulang kita akan jalan-jalan keluar negeri," ucap Arland sambil mengelus rambut Novia. "Janji ya pa, kita akan jalan-jalan!" Novia mengingatkan janji itu supaya Arland tidak lupa. Novia kembali bermain game di ponsel, Arland merasa sedih saat Novia menagih janji padanya. Kay masih duduk di sofa, ia terlihat murung, Sunny tidak tahu harus bicara apa padanya. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 07.15, ia segera menghabiskan teh nya lalu beranjak. "Aku akan ke rumah sakit, tetaplah di rumah, jika ada sesuatu yang kau butuhkan katakan saja padaku," ucapnya lalu ia segera pergi. Sunny menutup pintu rapat-rapat setelah Kay pergi meninggalkan rumah, ia masuk kamar karena merasa sedih, ia khawatir jika suatu saat nanti Anthony menemukannya. "Ya Tuhan, jauhkan aku dari pria jahat itu, aku tidak ingin menjadi tawanannya, aku menyesal telah percaya padanya dulu," ucap Sunny sambil menangis, kalau bisa ia ingin tinggal bersama Kay supaya ia aman dari
"Kita harus waspada, pasti ada serangan yang akan dilakukan Arland pada kita, aku tidak mau itu terjadi!" Anthony pun mulai hati-hati dengan Arland dan Kay, mereka tidak mau menyepelekan kekuatan Arland, apalagi Kay selalu bisa membuat lawannya kalah. Bella masih menunggu Arland di rumah sakit, Arland perlahan-lahan mulai pulih tapi ia harus tetap mendapatkan pengobatan supaya ia segera pulih. Pagi hari sudah pukul 07.00, Murni dan suaminya mengajak Novia ke rumah sakit, tapi ia tidak memberitahu siapapun, termasuk Bi Ijah. Murni tetap memakai seragam sekolah pada Novia supaya tidak seorangpun yang curiga pada mereka. "Novia sayang, cepatlah nanti kita terlambat. "Iya Oma!" Maudy mendengar Murni memanggil Novia merasa heran kenapa tiba-tiba pagi ini ia yang mengantar Novia ke sekolah, ia pun segera menemui Murni yang masih ada di kamarnya, sedangkan Tuan Alexander ada di garasi. Tok... tok.... Maudy mengetuk pintu kamar Murni, Murni masih belum sempat membukanya karena
Seseorang menghalangi jalan Kay saat ia terus mengejar mobil Anthony, akhirnya ia kehilangan jejak mereka. "Sial, siapa yang berani melakukan itu?" ia sama sekali tidak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu, ia marah, memukul setir mobil lalu berputar arah. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Sunny, rumah Sunny lumayan jauh dari jalan itu, tapi hatinya masih kacau, ia marah tapi keberuntungan masih berpihak pada Anthony. Kay pun menyetir dengan pelan, tangannya masih gemetar dan ia belum bisa meredam emosinya. Ia pun akhirnya sampai di depan rumah Sunny, ia masih berada di dalam mobil sampai tangannya berhenti gemetar. "Jika terus seperti ini, aku tidak akan masuk ke dalam," batinnya. Ia menghela nafasnya berulang-ulang lalu mencoba menetralkan emosinya, tangannya perlahan berhenti gemetar lalu ia sekali lagi menghela nafasnya. Sebelum turun ia mengirim pesan pada Arland, ia mengatakan jika saat ini berada di rumah ibunya, ia selalu berbohong jika berada di ru
"Apakah ada yang tahu kau datang ke sini?" tanya Arland saat Bella masih memegang tangannya. "Tidak, aku keluar rumah diam-diam, lagi pula aku keluar jam 03.00 pagi, semua orang di rumah masih tidur." Lalu Kay keluar dari kamar itu, ia mengatakan akan segera kembali. "Aku keluar sebentar, aku akan kembali segera!" Bella menangis melihat suaminya terbaring, ia menghela nafasnya karena dadanya terasa sangat sesak. "Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan pulih, kita pasti pulang nanti!" "Jangan bicara lagi, pulihkan dirimu dulu, akan menemani mu di sini!" Bella tidak mau meninggalkan suaminya di rumah sakit meskipun Arland menyuruhnya pulang. "Pulanglah ke rumah, Novia dan yang lainnya membutuhkan mu, lagi pula kau harus mengabari ke rumah supaya tidak ada yang khawatir." "Nanti saja, ini masih jam 04.20 bibi belum bangun," ucapnya. Bella mengambil air minum lalu diberikan pada Arland. "Minum yang banyak supaya tidak dehidrasi." Arland mengembang air mineral itu
Bella menunggu hingga subuh tapi keduanya tidak ada yang meneleponnya, ia semakin khawatir, lalu ia segera turun ke bawah duduk sofa, ia selalu membawa ponselnya kemanapun. "Tidak biasanya Arland mengabaikan panggilan ku hingga beberapa kali, pasti ada yang tidak beres dengan mereka, tapi kemana aku harus mencarinya? tidak ada yang bisaa ku tanyakan," Bella termenung di bawah sendirian, kemudian ponselnya berdering, ia segera melihatnya, panggilan itu dari Arland, ia dengan antusias segera mengangkatnya. "Halo." "Bella maafkan aku, aku tidak bisa pulang karena sekarang aku dan Kay berada di rumah sakit, aku mengalami kecelakaan, tapi tidak parah, jangan khawatir, nanti aku dan Kay akan segera pulang." Jantung Bella seolah berhenti karena mendengarkan kata kecelakaan, ia tidak mampu bicara. "Bella jangan khawatir, aku dan Kay akan segera pulang, jangan katakan pada mommy, aku tidak apa-apa!" "Dimana kalian sekarang? kenapa sejak tadi tidak ada yang mengangkat teleponku?"