Nilesh tersenyum saat melihat Murni, ia segera memberikan plastik yang ia bawa. "Aku membawakan makanan, tadi aku ke rumah teman jadinya mampir sebentar." "Terimakasih ya Nilesh," ucap Murni, ia menerima makanan itu lalu membawanya ke meja makan, Murni meletakkannya di samping makanan yang di sudah dimasak oleh Bi Ijah. "Oh ya Nilesh, bagaimana kabar Sunny? sudah lama sekali aku tidak melihatnya." Nilesh pun hanya tersenyum, ia tidak tahu harus keberadaan Sunny, terakhir ia bertemu dengannya saat Sunny masih bekerja di hotel bersamanya. "Aku tidak tahu, dia tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar, aku juga mencarinya beberapa hari lalu, tapi kemungkinan dia masih ada di kota ini, aku tidak bisa menghubunginya lagi, nomornya sudah tidak aktif." Bella hanya mengangguk, ia juga kehilangan Sunny, tiba-tiba sahabatnya itu menghilang tanpa kabar, barang-barangnya masih ada di kos tapi dia tidak pernah kembali. Nilesh pamit karena sudah pukul 21.00, ia segan bertamu karena Bella
Bella pun sudah tiba di kantor, ia langsung memulai pekerjaan supaya nanti bisa cepat pulang ke rumah. Bella sangat sibuk hingga ia tidak tahu jika ponselnya berdering. Bella tidak melihat yang lain selain pekerjaannya, saat istirahat makan siang baru ia melihat ponselnya, ia melihat panggilan itu dari Arland. Ia tidak meneleponnya, ia hanya mengirimkan pesan jika saat ini ia tidak bisa menelepon. Tak terasa waktu sudah sore karena ia sangat sibuk, Bella mengemasi barangnya selalu bersiap untuk pulang, ia berharap bisa segera tiba di rumahnya, karena ia juga memikirkan Novia, Novia selalu menunggunya pulang. Bella pun tiba di apartemen lebih lama karena bus yang biasa ia tumpangi datang sangat lambat. Bella tiba pukul 18.00, Ia segera turun dari bus, ternyata ada seseorang yang sudah menunggunya di depan. "Nilesh, kau ada disini?" "Aku menunggu mu Bella, ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu." "Nanti saja Nilesh, aku buru-buru, Novia sudah menunggu ku, kalau kau m
"Maudy? apa kau tidak salah lihat?" Murni mengernyit, ia tidak pernah melihat Maudy berteman dengan orang yang tidak setara dengannya. "Cepat beritahu Arland, mungkin saja setelah ini akan ada informasi yang di dapat!" "Iya, aku akan memberi tahunya," Bella segera masuk ke dalam kamar, ia mencari ponselnya di dalam tas kerjanya. Bella segera menghubungi Arland, ia tidak mau menunggu, karena ia tahu kapan saja Nilesh Nisa datang ke apartemen. Tut.... Panggilan itu langsung tersambung, tapi belum juga diangkat oleh Arland atau Kay. Bella merasa khawatir, jantungnya berdegup ia was-was bagaimana jika ada orang yang datang sebelum ia sempat mengatakannya pada Arland. Murni mengetuk pintu kamar Bella, seketika ia kaget lalu ponselnya terhempas dari tangannya. "Siapa?" "Mommy, buka pintunya." Bella pun mengelus dadanya, ia segera mengambil ponselnya di lantai lalu membuka pintu. "Aku pikir tadi siapa, ponselku sampai terlempar ke lantai karena kaget." "Kenapa? apa ya
Arland meminta Kay menunggunya karena ia akan pergi ke mall dekat tempat mereka tinggal saat ini. Kay dengan tegas menolak karena diluar sangat berbahaya, Anthony pasti melakukan penjagaan supaya tidak ada orang yang akan mengganggu mereka. "Saat ini bukan waktu yang tepat untuk pergi kesana," Kay tidak ingin keberadaan mereka sampai di ketahui oleh Anthony dan anak buahnya. "Tidak mungkin mereka tahu aku datang kesana, dalam pikirin mereka kita telah tiada, samping saat ini mereka merayakan kemenangannya tanpa menyadari kita sudah kembali. "Kalau begitu aku ikut dengan mu!" Arland melotot saat Kay ingin selalu ikut dengannya. "Apa kau pikir aku akan mati disana?" Arland sedikit marah pada Kay. "Tidak, kau tahu aku juga bosan di sini, lebih baik kita pergi kesana bersama, mereka tidak akan tahu!" Arland dengan kesal menyetujui Kay ikut dengannya, mereka naik mobil tak lupa ponsel dan laptop juga di bawa. Tak butuh waktu lama mereka pun tiba di mall dimana Maudy dan y
Bella segera memeluk Arland dengan erat, terasa di antara pahanya sesuatu mengeras. Mereka berdua langsung menuju kamar, tidak ada yang tau tahu Arland datang ke apartemen. Sebelum masuk kamar, tak lupa Bella mengunci pintu supaya tidak ada orang yang bisa masuk sembarangan. Bella langsung di dorong pelan ke ranjang oleh Arland, Bella duduk di ranjang sementara Arland berdiri, ia mengangkat dagu Bella lalu mengecup bibirnya. "Kamu sangat cantik, kamu membuatku sangat bergairah, aku akan membuatmu menikmati semua permainan yang akan kulakukan!" Arland mulai memegang buah dada Bella sambil terus melumat bibirnya, memasukkan lidahnya kedalam mulut Bella hingga Bella mendesah. Mereka akhirnya berguling di atas ranjang, pakaian Bella sudah terlepas dari tubuhnya, Arland juga sudah tidak memakai apa-apa. Bella berbaring di atas ranjang, Arland mulai melakukan aksinya. Ia mulai mengangkat kedua kaki Bella lalu ia berada di bawah pusat istrinya. Bella semakin mendesah karena l
Tak terasa Bella sudah tiba di tempat ia bekerja, masih tersisa waktu sebelum memulai pekerjaan. Bella meletakkan tas dan ponselnya di atas meja lalu, ia tidak punya waktu untuk istirahat atau duduk santai, ia segera melakukan tugasnya dan tidak perduli pada orang-orang yang sibuk dengan obrolannya. Bella tipe orang yang tidak suka menunda perkejaan, karena yang ia inginkan hanyalah pulang lebih awal supaya memiliki waktu bermain dengan putrinya Novia. Arland dan Kay akan pergi ke perusahaan Mars Group, mereka sudah merencanakan semuanya tanpa ada yang terlewat satupun. Rasa percaya diri itu tumbuh karena selalu mengingat Novia dan juga Bella, Bella berjuang mati-matian seperti seorang ayah. Disisi lain, papanya juga masih berada di tempat yang jauh darinya. "Kay apa kau sudah tahu apa yang akan kita lakukan? aku tidak ingin semuanya sia-sia, meski begitu kita tetap berhati-hati dalam melakukan misi." "Aku tahu, kita harus pergi secepatnya!" Mereka berdua pun memasuki
Bella membujuk Novia supaya tidak menangis lagi, Novia sangat merindukan Arland, ia ingin seperti teman-teman sekolahnya yang di antar naik mobil oleh papanya, sedangkan ia selalu di antar Oma. "Novia sayang, papa pasti akan pulang, jangan menangis ya, papa janji segera pulang, apapun yang Novia minta pasti akan diberikan papa," Bella mengusap air matanya, ia juga tidak tahan melihat Novia menangis histeris. Bella membawa Novia masuk ke dalam kamar, ia terus membujuknya hingga Novia tidak menangis lagi Bella keluar dari kamar lalu membereskan belanjaan yang berserakan di depan pintu. "Mommy, kenapa tiba-tiba Novia menangis?" "Katanya dia cemburu melihat teman-temannya di antar papanya ke sekolah, sedangkan dia selalu di antar Oma, kadang rasa iri itu pasti tumbuh di hati apa lagi dia masih kecil," jawab Murni, mertuanya. Bella terdiam, ia berharap Arland segera pulang dan semua urusannya selesai agar Novia tidak merasa sedih saat ke sekolah. Arland dan Kay bersiap untuk
Arland turun dari mobil lalu berjalan menuju beberapa penjaga itu, siapapun yang datang akan diperiksa terlebih dahulu. Sedangkan Kay langsung pergi ke bandara sesuai perintah Arland. Sebenarnya Arland sangat deg-degan saat mendekati beberapa penjaga itu, sampai akhirnya yang terpikir di kepalanya hanyalah keluarganya dan semua yang mereka miliki sebelumnya. "Mana undangannya?" tanya seorang penjaga pada Arland, Arland tidak bicara sama sekali, ia hanya menunjukkan kartu undangan itu, penjaga itu langsung membawanya ke kursi VIP sesuai yg diharapkan Arland. Arland diperlakukan dengan baik karena ia salah satu tamu VIP dan orang penting dari Selandia Baru. Arland terlihat santai, tapi sorot matanya memperhatikan semua orang yang berada di pesta itu, ia hanya menunggu waktu untuk yang tepat untuk pergi keruangan Anthony untuk mengambil data dan memasukkan nama perusahaannya yang memenangkan tender besar. Arland disuguhi minuman dan makanan yang mahal sebagai tamu undangan VIP
Bella dan Sunny duduk berdampingan saat menunggu Arland di rumah sakit, Sunny merasa khawatir jika seandainya keluarga Arland atau Kay tidak menerima dirinya, sebab ia memiliki keterikatan dengan Anthony. Sunny duduk diam lesu, ia tidak mengatakan apapun pada Bella, ia masih memikirkan kehidupannya nanti jika Kay tidak lagi melindunginya, saat ini hanya Kay yang ia percaya, apalagi Anthony sudah tahu keberadaannya, pasti ia akan selalu mengincarnya "Kenapa kau diam saja?" tanya Bella padanya, sebab sejak tadi ia hanya diam saja lalu merenung. "Bella, aku tidak tahu harus melakukan apa jika aku seorang diri saja, aku tidak tahu Bella, mungkin aku akan terjerumus lagi ke dalam kejahatan itu, aku sangat bodoh sampai aku harus mengharapkan orang lain untuk melindungi ku," ucapnya, ia merasa sedih, ia juga takut. "Jangan memikirkan itu, aku ada di sini, percayalah padaku!" Bella berusaha membuat Sunny tenang, meskipun ia juga khawatir jika mertuanya tidak mengizinkan Sunny tinggal
Dengan terpaksa, Anthony dan Nilesh tunduk pada Kay, Kay sama sekali tidak lengah, ia fokus pada Anthony, ia tidak mau gegabah. Anthony mencoba memanfaatkan Sunny, tapi Kay segera mengetahuinya, ia segera melepaskan tembakan sekali hampir mengenai Anthony, Anthony kaget lalu menunduk, ia takut di lukai oleh Kay. "Sunny adalah milikku, aku ke sini untuk mengambil apa yang menjadi milikku, kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang bukan milikmu Kay, biarkan Sunny ikut denganku, tanyakan saja padanya, dia adalah milikku!" Anthony dengan bangga mengatakan itu, tapi Sunny muak mendengar ucapan Anthony. "Aku bukan milikmu, aku bukan barang, aku berhak menentukan pilihan ku, lagipula aku tidak suka padamu, aku dan Kay sudah menikah, siapa yang kau bilang milikmu? apa kau tidak merasa bersalah mengatakan hal itu?" Sunny berbohong supaya Anthony tidak mengganggunya lagi. "Kau jangan berbohong Sunny, Kay akan menikah dengan mantan kekasihnya Amanda, kenapa kau mau tinggal dengan pri
Murni tetap tenang meski Maudy memberinya beberapa pertanyaan mengenai Arland dan Bella, ia tidak mau Maudy sampai tahu jika Arland berada di rumah sakit. "Arland sendiri yang meminta Bella menemaninya, biarlah dia ikut, lagi pula mommy bisa mengurus Novia, mommy tidak kemana-mana juga," ucapnya lalu ia duduk di sofa karena selama di rumah sakit ia tidak bisa menyandarkan tubuhnya. "Pasti mereka berbohong, tidak mungkin Bella mendadak pergi dengan Arland keluar kota," gumamnya, ia masih penasaran tapi sepertinya Murni menutupi sesuatu darinya, yang anehnya lagi, Tuan Alexander segera membawa Novia masuk ke kamarnya. Murni meminta Bi Ijah membuatkan minuman dingin untuknya, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bibi tolong buatkan minum dingin," ucap Murni dengan lembut, Bi Ijah segera ke dapur kalau membuat minuman itu. Maudy pergi ke kamarnya, ia mondar-mandir di dalam, sebab Kay juga belum kembali, ia tidak mungkin mendapatkan informasi itu dari Murni. "Kapan Kay kembali
Tuan Alexander bersiap untuk pulang ke rumah dengan Novia, sedangkan Bella dan Kay akan tinggal di rumah sakit menjaga Arland. "Mom, tolong jangan katakan apapun, aku bukan tidak percaya sama bibi, tapi Maudy akan mendesaknya sampai bibi bicara, kita harus merahasiakan ini dari Maudy sampai terbukti ia tidak bersekongkol dengan papanya dan juga Anthony." Kay sangat mewaspadai Maudy, sampai sekarang ia tidak percaya padanya meskipun Maudy selalu berbuat baik di depannya. "Sayang, kamu pulang dulu ya sama opa Oma, tapi mama mau kamu berjanji!" "Berjanji apa ma?" Novia tidak mengerti apa yang di katakan Bella padanya. "Kamu harus janji, jika Tante Maudy bertanya apapun padamu tentang papa dan mama, jangan katakan apapun ya, mama mohon ya nak," Novia diam, ia masih belum mengerti apa yang dimaksud mamanya itu. "Novia, kalau misalnya Tante Maudy bertanya, dimana papa dan mama, kamu harus bilang tidak tahu, papa dan mama bekerja ada urusan, mama mohon ya nak, supaya papa bisa
"Papa janji setelah papa pulang kita akan jalan-jalan keluar negeri," ucap Arland sambil mengelus rambut Novia. "Janji ya pa, kita akan jalan-jalan!" Novia mengingatkan janji itu supaya Arland tidak lupa. Novia kembali bermain game di ponsel, Arland merasa sedih saat Novia menagih janji padanya. Kay masih duduk di sofa, ia terlihat murung, Sunny tidak tahu harus bicara apa padanya. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 07.15, ia segera menghabiskan teh nya lalu beranjak. "Aku akan ke rumah sakit, tetaplah di rumah, jika ada sesuatu yang kau butuhkan katakan saja padaku," ucapnya lalu ia segera pergi. Sunny menutup pintu rapat-rapat setelah Kay pergi meninggalkan rumah, ia masuk kamar karena merasa sedih, ia khawatir jika suatu saat nanti Anthony menemukannya. "Ya Tuhan, jauhkan aku dari pria jahat itu, aku tidak ingin menjadi tawanannya, aku menyesal telah percaya padanya dulu," ucap Sunny sambil menangis, kalau bisa ia ingin tinggal bersama Kay supaya ia aman dari
"Kita harus waspada, pasti ada serangan yang akan dilakukan Arland pada kita, aku tidak mau itu terjadi!" Anthony pun mulai hati-hati dengan Arland dan Kay, mereka tidak mau menyepelekan kekuatan Arland, apalagi Kay selalu bisa membuat lawannya kalah. Bella masih menunggu Arland di rumah sakit, Arland perlahan-lahan mulai pulih tapi ia harus tetap mendapatkan pengobatan supaya ia segera pulih. Pagi hari sudah pukul 07.00, Murni dan suaminya mengajak Novia ke rumah sakit, tapi ia tidak memberitahu siapapun, termasuk Bi Ijah. Murni tetap memakai seragam sekolah pada Novia supaya tidak seorangpun yang curiga pada mereka. "Novia sayang, cepatlah nanti kita terlambat. "Iya Oma!" Maudy mendengar Murni memanggil Novia merasa heran kenapa tiba-tiba pagi ini ia yang mengantar Novia ke sekolah, ia pun segera menemui Murni yang masih ada di kamarnya, sedangkan Tuan Alexander ada di garasi. Tok... tok.... Maudy mengetuk pintu kamar Murni, Murni masih belum sempat membukanya karena
Seseorang menghalangi jalan Kay saat ia terus mengejar mobil Anthony, akhirnya ia kehilangan jejak mereka. "Sial, siapa yang berani melakukan itu?" ia sama sekali tidak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu, ia marah, memukul setir mobil lalu berputar arah. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Sunny, rumah Sunny lumayan jauh dari jalan itu, tapi hatinya masih kacau, ia marah tapi keberuntungan masih berpihak pada Anthony. Kay pun menyetir dengan pelan, tangannya masih gemetar dan ia belum bisa meredam emosinya. Ia pun akhirnya sampai di depan rumah Sunny, ia masih berada di dalam mobil sampai tangannya berhenti gemetar. "Jika terus seperti ini, aku tidak akan masuk ke dalam," batinnya. Ia menghela nafasnya berulang-ulang lalu mencoba menetralkan emosinya, tangannya perlahan berhenti gemetar lalu ia sekali lagi menghela nafasnya. Sebelum turun ia mengirim pesan pada Arland, ia mengatakan jika saat ini berada di rumah ibunya, ia selalu berbohong jika berada di ru
"Apakah ada yang tahu kau datang ke sini?" tanya Arland saat Bella masih memegang tangannya. "Tidak, aku keluar rumah diam-diam, lagi pula aku keluar jam 03.00 pagi, semua orang di rumah masih tidur." Lalu Kay keluar dari kamar itu, ia mengatakan akan segera kembali. "Aku keluar sebentar, aku akan kembali segera!" Bella menangis melihat suaminya terbaring, ia menghela nafasnya karena dadanya terasa sangat sesak. "Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan pulih, kita pasti pulang nanti!" "Jangan bicara lagi, pulihkan dirimu dulu, akan menemani mu di sini!" Bella tidak mau meninggalkan suaminya di rumah sakit meskipun Arland menyuruhnya pulang. "Pulanglah ke rumah, Novia dan yang lainnya membutuhkan mu, lagi pula kau harus mengabari ke rumah supaya tidak ada yang khawatir." "Nanti saja, ini masih jam 04.20 bibi belum bangun," ucapnya. Bella mengambil air minum lalu diberikan pada Arland. "Minum yang banyak supaya tidak dehidrasi." Arland mengembang air mineral itu
Bella menunggu hingga subuh tapi keduanya tidak ada yang meneleponnya, ia semakin khawatir, lalu ia segera turun ke bawah duduk sofa, ia selalu membawa ponselnya kemanapun. "Tidak biasanya Arland mengabaikan panggilan ku hingga beberapa kali, pasti ada yang tidak beres dengan mereka, tapi kemana aku harus mencarinya? tidak ada yang bisaa ku tanyakan," Bella termenung di bawah sendirian, kemudian ponselnya berdering, ia segera melihatnya, panggilan itu dari Arland, ia dengan antusias segera mengangkatnya. "Halo." "Bella maafkan aku, aku tidak bisa pulang karena sekarang aku dan Kay berada di rumah sakit, aku mengalami kecelakaan, tapi tidak parah, jangan khawatir, nanti aku dan Kay akan segera pulang." Jantung Bella seolah berhenti karena mendengarkan kata kecelakaan, ia tidak mampu bicara. "Bella jangan khawatir, aku dan Kay akan segera pulang, jangan katakan pada mommy, aku tidak apa-apa!" "Dimana kalian sekarang? kenapa sejak tadi tidak ada yang mengangkat teleponku?"