Home / Pernikahan / SEPULANGNYA AKU BERLAYAR / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of SEPULANGNYA AKU BERLAYAR: Chapter 51 - Chapter 60

90 Chapters

sepulangnya 41 A

"Pak polisi! Dia yang menyuruh saya dan teman-teman untuk menodai gadis dari butik! Tangkap dia juga, Pak! Dia yang menyuruh saya!" seru salah satu pengangguran itu membuat wajah Nina memucat dan tubuh nya gemetaran. Nina mematung sejenak, tapi detik berikutnya, dia segera membalik kan badan secepat kilat dan melarikan diri. Polisi yang sedang berdiri di hadapan salah satu tersangka, segera mengejar Nina. Dan Nina pun kalah cepat dengan langkah polisi itu. "Berhenti, Anda saudari Nina?" tanya polisi itu membekuk kedua tangan Nina di belakang punggung nya. "I- ini hanya salah paham, Pak. Saya bisa menjelaskan semuanya. Jangan tangkap saya!" seru Nina ketakutan. "Dia bohong, Pak! Dia jelas - jelas sudah mentransfer uang muka untuk pembayaran menjahili gadis lain. Saya dan teman - teman mempunyai bukti transfer nya, tapi sayangnya HP kami bertiga tertinggal di sawah semalam!" seru salah satu tersangka. Nina mendelik. "Jangan fitnah kamu! Saya tidak pernah menyuruh hal buruk pada or
Read more

sepulangnya 41 B

Rizki baru saja selesai mem-posting video endorse salah satu produk alat kesehatan, saat ponsel nya berdering. Rizki segera menerima panggilan telepon yang ternyata berasal dari polisi. Rizki terdiam dan mengepalkan tangannya saat mendengar bahwa tersangka yang menjadi dalang penganiayaan Devita tertangkap. "Jadi saudari Nina sekarang sedang berada di dalam tahanan. Bapak Rizki dan Bu Devita, diharapkan datang ke Kantor polisi untuk memberikan keterangan sekali lagi," ujar polisi tersebut. "Maaf, sebelum nya, Pak. Kalau saya bisa datang ke Kantor polisi saat ini. Tapi kalau Devita, dia masih dirawat di rumah sakit, karena menurut dokter, dia masih lemah dan masih membutuhkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut," ujar Rizki dan disetujui oleh polisi yang menelepon nya. "Baiklah, pak Rizki, untuk saat ini, silakan pak Rizki yang berkunjung ke Kantor dulu. Untuk saudari Devita, kami akan segera mendatangi nya karena memerlukan keterangan lebih lanjut tentang peristiwa penganiayaan
Read more

sepulangnya 42 A

Suara ketuk palu hakim menggema di ruangan persidangan. Wajah Nina dan kedua orang tuanya memucat. Nina langsung berdiri dan berteriak sampai memenuhi seluruh ruang sidang. "Tidak! Saya tidak mau dipenjara, Pak Hakim! Saya ingin bebas! Saya tidak bersalah, Pak! Semua itu fitnah!" teriak Nina marah. Dia meradang karena dihukum lebih berat daripada tiga tersangka pelaku yang diganjar 3 tahun penjara. Rizki menoleh ke arah Devita yang badannya mulai gemeteran saat para pelaku digelandang untuk keluar dari ruang sidang dan akan dipindahkan ke ruang tahanan. "Tenang, Sayang! Tenang! Kamu aman bersama aku dan keluarga kamu," ujar Rizki lirih. Mama Devita juga memeluk bahu sang anak dengan erat. Nina menoleh ke arah orang tuanya dan meronta saat dibawa keluar dari ruang sidang. Sementara itu papi dan maminya berseru dan bertangisan di tempat duduk pengunjung ruang sidang. "Huhuhu! Nina, Pi! Tolong in dia! Mami nggak mau dia di penjara!" seru maminya menghiba. "Mami! Papi! Tolong aku!
Read more

sepulangnya 42 B

"Baiklah. Kalau memang berkarya di butik adalah hobi kamu, tapi kamu jangan kecapean ya. Istirahat saja kalau lelah, dan nggak usah terlalu ngoyo," saran Rizki. Devita mengangguk dan mengacungkan jempol tangannya. "Siap 86, Ndan!""Hahaha! Kamu pikir aku Densus anti teror!?" tanya Rizki, menjawil pipi gadis yang duduk di samping nya. Devita pun tertawa. "Dev, tahu nggak, aku tuh STNK sama kamu," ujar Rizki. "Hah, apaan tuh STNK?!" tanya Devita. "STNK itu Selalu Takut Ninggalin Kamu! Hahaha!" Rizki dan Devita tergelak. "Aku juga BPKB dengan kamu lho!""Lah, apaan lagi tuh BPKB?""BPKB tuh, Bahagia Pasti Ketika Bersamamu!" "Aargh, mas Rizki so sweet banget! Aku jadi tambah sayang plus gemes!" ujar Devita sumringah. Rizki menatapnya dengan bahagia. "Selalu tersenyum lah, Dev. Jangan pernah menangis lagi. Air matamu terlalu berharga untuk menangisi orang yang nggak berguna."***Ini malam pertama Nina masuk ke dalam penjara perempuan setelah dia divonis bersalah oleh pengadilan.
Read more

sepulangnya 43 A

Dua minggu sebelum nya, Rizki dan Devita menghadap orang tua Devita di ruang tamu. Wajah mereka terlihat serius. "Jadi kamu sudah memutuskan untuk menikah dengan Rizki?" tanya papanya. Devita mengangguk."Menikah itu usahakan sekali seumur hidup. Dan kalian belum lama saling mengenal kan? Jangan menikah karena kesepian dan hanya butuh teman kemana- kemana," ujar mama Devita. "Ma, Pa, Devita sudah memutuskan untuk menikah dan memilih mas Rizki sebagai suami Devita karena Devita mencintai nya dan aku juga tahu jika dia akan bertanggung jawab untuk menafkahi ku," ujar Devita sambil menatap ke arah orang tuanya secara bergantian. "Lagi pula banyak teman Devita yang pacaran lama, bisa tahunan, dan menikah nya hanya selama satu atau dua bulan. Benar - benar cintanya habis saat pacaran saja," sambung Devita lirih. Dia sebenarnya juga teringat dengan mantan pacarnya yang selingkuh dengan sahabatnya dulu, padahal mereka sudah pacaran tiga tahun. Papa Devita menghela napas panjang. "Baik
Read more

sepulangnya 43 B

Adi selanjutnya menyalami keluarga Devita, bahkan tampak mama Devita yang memeluk Adi dengan erat. 'Cih, pinter sekali dia mencari muka,' batin Devita tak habis pikir. Dia lalu segera menoleh ke arah Rizki. Dan tersenyum menatap lelaki yang baru sah menjadi suami nya itu. Bertepatan dengan Rizki yang menoleh kepada Devita. 'Aku tidak tahu kenapa, tapi melihat mu tersenyum, aku merasa seolah semua kekhawatiranku lenyap. Senyum kamu benar - benar membuatku tenang, Mas,' batin Devita. Rizki tersenyum pada istri nya dan menatap ke arah Adi. Berjaga - jaga jika Adi berbuat sesuatu yang bisa merusak acara pernikahan nya. Tapi untung nya, sampai acara tasyakuran pernikahan mereka selesai, Adi tidak berbuat hal yang merugikan mereka. ***Malam harinya selepas salat isya, Rizki langsung mengajak Devita untuk ke rumahnya. Lelaki itu menutup mata Devita dan menggendong depan istrinya menaiki anak tangga menuju ke kamar atas di lantai dua rukonya. "Kenapa sih, Mas, mata ku ditutup segala?" t
Read more

sepulangnya 44 A

Beberapa hari sebelum nya, Adi tersenyum saat melihat kedatangan mama Devita ke rumahnya, Adi dengan bersemangat menyapa nya. "Selamat malam, Tan?!" sapa Adi. Dia mendekat dan meraih punggung tangan mama Devita lalu mencium nya penuh takzim. "Selamat malam, Di, dari mana kamu?" tanya mama Devita. "Dari warung, Tan. Biasalah, mengamati dan mencermati perkembangan bisnis kuliner papa dan mama. Dan sekalian Adi sedang mencoba meluncurkan resep baru untuk warung," ujar Adi tersenyum. Mama Devita tampak antusias. "Oh, ya? Wah, keren banget ya kamu? Apa menu baru yang diluncurkan di warung kamu?" tanya Mama Devita. "Hm, jadi awalnya prinsip warung mama dan papa kan warung dan resto. Cuma ada makanan berat - berat. Yang ke sana juga orang yang menengah ke atas dan berusia yah, empat puluh sampai lima puluh tahun.Setelah mama menyerahkan pengaturan warung nya pada saya, saya mengubah nya menjadi kafe resto, menu berat tetap ada, tapi ditambah spot dan menu untuk anak muda bahkan kalan
Read more

sepulangnya 44 B

Devita tersenyum saat baru saja melakukan hal itu dengan Rizki untuk pertama kalinya. Keduanya saling menatap dengan perasaan bahagia. "Kamu capek?" tanya Rizki lembut sambil mengelus rambut istri nya. Devita tersenyum. "Sedikit, Mas. Ada apa memang nya?" "Nggak apa- apa, aku ingin merapikan baju mu di dalam lemari," ujar Rizki lembut. "Hm, iya sih. Kita juga belum membuka kado dan amplop dari teman - teman," sahut Devita. "Hhh, padahal aku capek sekali," sambung Devita lagi. "Ya sudah, kamu tidur dulu. Biar aku yang merapikan bajumu. Kalau untuk membuka kado dan amplop, besok saja deh," ujar Rizki. "Hm, kamu enggak apa- apa kalau menata baju tanpa aku?" tanya Devita. Rizki tersenyum. "Enggak apa - apa dong. Memang apa salahnya menata bajumu? Aku ambil koper kamu dulu di lantai bawah," ujar Rizki. Devita mengangguk, Rizki lalu menuruni anak tangga. Rizki melihat tumpukan kado yang teronggok begitu saja di lantai bawah rukonya. Rizki melihat salah satu kado yang paling besar.
Read more

sepulangnya 45 A

Nina menangis tanpa suara saat teman satu sel nya kembali menganiayanya dengan mengoleskan balsem di pangkal paha dan area luar organ intimnya. "Huhuhu! Hiks, hiks, hiks."Dan setelah melihat Nina kepanasan dan kesakitan, teman satu sel Nina meninggalkan perempuan itu menelungkup di lantai pojok penjara yang dingin. Nina pernah mengadu pada petugas polisi yang menjaga sel tahanannya, tapi sayangnya teman satu sel nya bersekongkol untuk mematahkan laporannya. "Tolong saya, Bu!" ujar Nina dengan menangis terisak pada petugas polisi di hadapan nya. Petugas polisi itu menatap wajah para penghuni penjara yang berjumlah lima orang di hadapan nya secara bergantian. "Memang nya apa yang terjadi padamu?" tanya petugas polisi itu mendekat. "Mereka... Mereka mengoleskan balsem pada paha dan anu saya, Bu! Huhuhu! Rasanya panas, perih dan sakit!" rintih Nina menghiba. Petugas polisi itu menatap tajam pada teman - teman satu sel Nina. "Apa benar yang dikatakan oleh Nina?" Teman- teman satu
Read more

Sepulangnya 45 B

Pagi menjelang, mata Nina terlihat bengkak dan setiap pembagian jatah makan, Nina hanya melihat piring seng yang ada di hadapan nya tanpa nafsu. Secentong nasi yang sudah kering, kuah sayur bening sedikit dan sepotong ikan asin. "Heh, kenapa kamu menatap jatah makanan mu seperti itu? Kalau tidak mau, buat aku saja!" bisik salah seorang teman satu selnya lalu mengambil jatah makanan Nina. Seperti hari - hari sebelumnya, Nina hanya bisa merelakan jatah makanannya diambil tanpa ampun oleh teman satu sel nya. "Tahanan nomor 118, ada tamu," ujar salah polisi sambil membuka pintu sel Nina. Nina menoleh dan dengan wajah yang sumringah, dia keluar dari jeruji besi itu. "Papi! Mami!" seru Nina sambil menghambur ke arah papi dan maminya. Papi dan maminya terkejut melihat penampilan Nina yang menjadi kucel, kusut dan semakin kurus. "Astaga, Nina! Kenapa kondisi kamu mengenaskan seperti ini!?" tanya Mami Nina panik. Dia memeluk anak satu -satunya dan menangis di bahu Nina. "Di sini nggak e
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status