Semua Bab SEPULANGNYA AKU BERLAYAR: Bab 41 - Bab 50

90 Bab

sepulangnya 36 A

Beberapa saat sebelum nya, "Duduk, Di!" instruksi papa Adi setelah dia dan keluarga nya tiba di rumah. Mau tak mau Adi duduk di hadapan kedua orang tuanya. Kepalanya tertunduk menatap ke arah lantai. "Jawab pertanyaan papa satu per satu dengan jujur. Jika kamu jujur, papa akan menentukan langkah apa yang akan papa ambil setelahnya!" instruksi papa Adi. 'Waduh, mampus ini! Kalau aku ngaku bahwa aku semalam tidur di klab malam dengan perempuan, bisa - bisa aku dijadikan sate. Tapi jika tidak mengakui nya, aku takut papa semakin curiga dan akhirnya malah memutuskan untuk menyelidiki nya langsung! Ck, ayo berpikir, Di! Berpikir!' batin Adi. Adi menelan ludah dan akhir nya dia bangkit dari kursi nya dan memeluk lutut papanya yang sedang duduk di hadapan nya. "Maafkan Adi, Pa! Sungguh, maafkan Adi! Adi khilaf! Aku berjanji semalam adalah yang terakhir!" seru Adi menghiba. Tangan papanya terkepal. Dia sudah bisa menebak apa yang dikerjakan anak lelakinya semalam. Dan dia kecewa sekal
Baca selengkapnya

sepulangnya 36 B

Dan sekarang saat di rumah sakit, Adi dengan jantung berdebar lebih kencang, dia menunduk menatap lantai ruang rawat inap papa Devita, mendengar kan ucapan papanya dengan tegang."Jadi kedatangan kami disini adalah untuk meminta maaf pada keluarga nak Devita karena dulu sempat membatalkan perjodohan antara Adi dengan Devita. Lalu dengan rendah hati pula, kami selalu keluarga Adi, ingin meminta maaf dan meminta kesempatan kedua untuk memperbaiki kesepakatan perjodohan ini. Jadi apa bapak dan ibu setuju jika anak - anak kita nanti saling berkenalan dan akhirnya berjodoh?" tanya Papa Adi. Dengan tegang, Rizki menanti jawaban dari keluarga Devita. Devita pun tampak terkejut dengan penuturan papa Adi.'Astaga, tidak tahu malu sekali! Dulu sudah ditolak mentah - mentah, tapi sekarang malah menemui orang tuaku dan ingin mendekati ku lagi setelah dia melakukan hubungan menjijikan dengan beberapa perempuan,' batin Devita kesal. Sementara itu mama Devita tampak sumringah karena ingin mempunya
Baca selengkapnya

sepulangnya 37 A

"Cincin...? Untukku?" tanya Devita menatap penuh cinta pada lelaki di hadapan nya. Rizki tersenyum dan menatap pada Devita dengan lembut. "Bukan, cincin itu untuk memancing ikan. Iya, cincin untuk kamulah, Dev." sahut Rizki membuat Devita tercengang. "Kenapa kamu memberikan cincin untukku, Mas?" tanya Devita dengan jantung berdebar semakin kencang. "Tanpa pemberitahuan sebelum nya, pemberian cincin ini membuat ku bertanya-tanya dan berdebar lho, Mas," ujar Devita lagi. "Kemarin malam saat aku mengunjungi papamu, dan kamu membelaku sedemikian rupa, kamu membuat ku tersanjung dan berpikir untuk segera membuat komitmen antara kita berdua lebih dulu," ujar Rizki menjeda kalimat nya. "Hm, jadi maksud cincin ini... Kamu melamarku?" tanya Devita. Pipinya memerah. Rizki tersenyum dan mengangguk. "Iya. Aku melamar kamu secara pribadi lebih dulu. Nanti aku akan melamar kamu dengan pantas dan mengajak kakak serta keluarga ku yang lain setelah aku mengumpulkan modal untuk pernikahan kita,"
Baca selengkapnya

sepulangnya 37 B

"Ngomong - ngomong, kenapa donat bentuknya nggak sempurna dan bolong di tengah?" tanya Rizki. Devita mengerutkan dahinya dan berpikir serius. "Lah, kan dari sononya kalau bentuk donat bolong di tengah," sahut gadis itu akhirnya. Rizki tertawa. "Bukan itu sih, donat bentuknya bolong di tengah karena yang sempurna dan nggak ada bolong nya cuma cintaku padamu," ujar Rizki tersenyum lebar. Devita terkekeh beberapa saat, lalu wajahnya menegang. "Dev? Kenapa? Kok mendadak diam? Aku salah ngomong ya?" tanya Rizki ragu. Devita mendesah. "Sepertinya aku tahu kenapa mantan istri mu mencintai kamu, Mas.""Lha memangnya kenapa?" tanya Rizki. "Kamu ganteng, badannya bagus, berotot, romantis, humoris. Pantas saja mantan istri kamu bisa jatuh cinta sama kamu dan mungkin sampai sekarang dia belum move on," ujar Devita. Rizki hanya mengedikkan bahu. "Yah, masa lalu biarlah berlari, yang penting sekarang aku sudah sama kamu. Yuk, kita mana piring kamu? Ini aku sudah selesai membakar sebagian da
Baca selengkapnya

sepulangnya 38 A

Beberapa saat sebelum nya, Nina membawa barang belanjaannya dari toko Rizki dengan menggerutu dalam hati, lalu menaiki motor maticnya. "Ih, kok bisa sih mas Rizki tertarik sama cewek matre kayak gitu? Sudah jelas banget kalau perawatan nya mahal banget. Ish, daripada mencari cinta yang baru, mendingan mas Rizki kembali rujuk sama aku deh. Aku kan perempuan sederhana dan nggak boros, aku juga sudah pernah tidur dengannya. Apa mas Rizki benar-benar sudah melupakan sentuhan ku sih?!" gerutu Nina. Dia lalu menghidupkan mesin dan melajukan motornya ke arah rumah orang tuanya. Nina memarkirkan motor di halaman rumahnya, lalu dengan menenteng kantung plastik dari toko Rizki, dia membuka pintu depan yang rupanya tidak dikunci. "Assalamu'alaikum, Mi, Pi!" seru Nina sambil duduk di sofa ruang tamunya. Diletakkan nya barang bawaan nya ke atas meja ruang tamu. "Eh, Nina, kamu baru datang?" tanya maminya yang muncul dari ruang tengah rumahnya. "Sudah ditunggu dari tadi! Mami masak bakso kesuk
Baca selengkapnya

sepulangnya 38 B

"Mereka siapa sih, Mi? Beberapa kali Nina kesini seperti nya mereka selalu ada di pos ronda itu. Apa mereka tidak bekerja?" tanya Nina. Maminya menatap ke arah yang ditunjuk sang anak. "Mereka nganggur sih. Sudah setahun baru lulus dari SMA. Sering gitaran dan nongkrong di situ," ujar Mami Nina. "Kenapa sih?"Nina hanya mengedikkan bahunya. "Enggak apa- apa, Mi. Cuma nanya saja," ujar Nina tersenyum penuh misteri. ***Nina menunggu sampai malam tiba, dan dengan beralasan ingin berjalan - jalan mencari angin, dia menemui tiga orang pengangguran itu. "Mas, kalian butuh kerjaan nggak? Aku ada kerjaan nih untuk kalian! Tapi kalian harus hati- hati!" ujar Nina sambil mengulurkan ponsel ke arah ketiga lelaki pengangguran itu. Di layar itu terpampang foto Devita. Ketiga lelaki di hadapan nya hanya mengerut kan kening. "Memangnya apa pekerjaan untuk kami, Bu? Dan apa ada kaitannya dengan dia?" tanya salah seorang pengangguran itu. Nina menyeringai lalu membisikkan sesuatu ke telinga pa
Baca selengkapnya

sepulangnya 39 A

Rizki dengan panik melajukan motornya membelah jalan raya. Tangan kanannya memegang setir, tangan kiri nya memegang ponsel dan mengikuti arahan maps yang ditunjukkan oleh smartphone nya. Rizki merasa sangat tegang saat melihat penunjuk mobil Devita berhenti di tengah sawah. Dengan perasaan hampir gila, Rizki menaikkan kecepatan menuju ke arah terparkir nya mobil Devita. "Ya Allah, kumohon! Kumohon! Jangan terjadi sesuatu pada Devita!" gumam Rizki cemas. Hingga dia melihat mobil Devita yang ringsek terparkir di pinggir jalan dengan menabrak pohon. Rizki segera turun dari motor nya, mendekati mobil Devita, lalu menelepon polisi yang pernah membantu nya menemukan tersangka pada kasus penyiraman air keras pada almarhum papanya. Tak lupa, dia juga memotret mobil Devita yang mengalami kecelakaan. Rizki melongokkan kepala ke pintu mobil yang terbuka. Kosong. Rizki nyaris saja berteriak memanggil nama gadis itu saat dia melihat ponsel Devita tergeletak di bawah kursi pengemudi. Dengan c
Baca selengkapnya

sepulangnya 39 B

Rizki menyeringai. "Kalian gi la keroyokan dan menodai perempuan!" umpat Rizki. Saat kedua pengangguran itu berdiri menjauh dari Rizki dan oleng karena sibuk membersihkan mata mereka yang terasa perih, kesempatan itu tidak disia - siakan oleh Rizki. Rizki segera menangkap satu persatu pengangguran yang matanya sedang kesakitan itu, mencengkeram kedua bahunya dan menghadiahkan tendangan lutut pada mereka. Dan langsung memukul area dagu mereka. Buaaaghhh! Buaagghhh! Duaakk!Duaakkk! Kedua pengangguran itu langsung terjatuh dan tidak sadarkan diri. Melihat kedua temannya yang pingsan dan tidak sadarkan diri, salah satu pengangguran yang berniat menodai Devita berlari menjauh. "Heh, jangan lari!" seru Rizki bermaksud mengejar laki-laki itu. Tapi sesaat, Rizki terdiam. Dia melirik ke arah Devita yang sedang pingsan dan memilih menghambur ke arah gadis itu. "Dev! Bangun, Dev! Bangun, Sayang!" seru Rizki sambil bersimpuh memeluk tubuh Devita seerat mungkin, dia merasakan tubuh gadisny
Baca selengkapnya

sepulangnya 40 A

"Terimakasih karena kamu banyak menolong keluarga kami. Agar kamu selalu berada di sisi Devita dan bisa melindungi nya, menurut papa, lebih baik kamu segera menikahi puteri saya," ujar papa Devita membuat semua yang ada di ruangan itu tercengang. Mama Devita yang sedang memeluk anak gadisnya mendelik. "Astaga, Papa! Kok papa bisa kepikiran hal seperti itu sih!? Papa nggak bertanya dulu bagaimana keadaan anak kita? Kok buru - buru banget mau nikahin Devita?!" ujar mama Devita menatap tak suka. Papa Devita membalas tatapan istri nya. "Justru karena aku sayang sekali pada Devita, aku tidak mau anak kita kenapa - kenapa lagi. Jadi lebih baik kan dia harus segera menikah agar ada yang melindungi," sahut papa Devita tenang. . "Ck, papa itu gimana sih? Anak kita lulusan perguruan tinggi ternama di kota ini. Lalu Rizki? Dia kan cuma lulusan SMA. Coba tanya dia, dia nggak kuliah kan? Lagi pula berapa mahar yang bisa diberikan oleh lelaki seperti Rizki, Pa? Papa seharus nya juga memikirka
Baca selengkapnya

sepulangnya 40 B

"Papa salut pada keteguhan hati dan tekad kamu. Papa tahu sebaik-baiknya wanita adalah yang maharnya tidak memberatkan calon suami nya, dan sebaik-baiknya lelaki adalah yang maharnya tidak merendahkan derajat wanitanya. Papa akan memberikan waktu selonggar kamu. Tapi papa minta, kamu juga melindungi Devita. Papa trauma dengan kejadian ini. Bahkan papa berpikir untuk mengakadkan kalian dulu, setelah itu pestanya enam bulan lagi, sesiapnya kamu. Agar kamu bisa melindungi Devita 24 jam.""Astaga, tapi, Pa...!"Papa Devita mengangkat tangan kanannya untuk menghentikan ucapan istrinya. Mama Devita seketika terdiam saat melihat suaminya dalam mode galak, mode yang tak ingin dibantah. "Oh, ya, Om dengar, kamu mempunyai toko yang ramai kan? Om juga pernah melihat toko kamu lokasinya ada di depan butik Devita. Tepat sekali, kalau kamu menikah dengan Devita, Devita bisa tinggal di ruko kamu, dan paginya bisa ke butik, daripada dia pulang ke rumah Om, malah jauh," ujar papa Devita. "Heh, heh,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status