Home / Pernikahan / SEPULANGNYA AKU BERLAYAR / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of SEPULANGNYA AKU BERLAYAR: Chapter 61 - Chapter 70

90 Chapters

sepulangnya 46 A

"Ah, aku punya ide! Akan kuajak kerjasama saja karyawan nya si Rizki ini! Dia kan sedang butuh duit!" gumam Adi tersenyum menyeringai. Adi mengurungkan niatnya untuk menonaktifkan ponsel nya dan terus memperhatikan karyawan Adi yang terus memeluk doraemon nya.Karyawan Adi lalu mengeluarkan ponsel dan memperhatikan layarnya. "Hm, nasibku juga mengenaskan. Sudah umur 23 tahun tapi masih jomblo saja. Nggak pernah pacaran dari lahir. Kerja serabutan, cuma gonta ganti pekerjaan sesuai orang yang membutuhkan tenagaku, duh, hidup, hidup, gini amat."Karyawan Rizki masih mengeluarkan uneg - unegnya di samping boneka doraemon milik Adi. Sedangkan Adi hanya melihat dan mendengarkan curhatan lelaki muda itu seraya menyusun rencana. "Dor, kadang aku iri banget dengan laki - laki yang masa depannya sudah diatur oleh orang tuanya. Rasanya seperti apa ya? Tinggal mewarisi usaha yang telah dikembangkan oleh orang tua. Nggak kayak aku, yang bekerja dan menabung agar bisa memberikan uang pada orang
Read more

sepulangnya 46 B

Rizki terdiam sejenak. "Bagaimana kalau menu.. a bersamamu!?" tanya Rizki membuat Devita tertawa dan mengangkat suthilnya dengan gemas. "Heh, kalau mau nggombal lagi, aku goreng juga kamu, Mas!" ujar Devita tertawa. Rizki bergidik. Tapi wajahnya berekspresi lucu. "Ihhh, janganlah Yang. KDRT itu namanya! Hahaha!" ujar Rizki sambil berlalu menuruni lantai dua rumahnya. "Ehem, pengantin baru! Tertawa dan ceria mulu, Bos! Dunia milik berdua deh. Yang lain ngekos sama ngontrak," sapa salah seorang karyawan Rizki seraya tersenyum.Rizki tertawa kecil. "Alhamdulillah, salah satu rejeki yang tidak berupa uang itu adalah rejeki berupa istri soleha yang tidak menuntut diluar kemampuan suami. Tapi yah, suami juga seharus nya mengerti bagaimana cara memuliakan istri nya," ujar Rizki. Karyawan nya mengangguk- anggukkan kepalanya. "Bos, ngomong - ngomong nggak bulan madu nih?" tanya salah seorang karyawan nya. Rizki terdiam sejenak. "Nah, itu dia. Mungkin lusa sih, kalau bulan madu, kemungk
Read more

sepulangnya 47 A

"Saya tidak ingin jawaban mas Dedi sekarang, tapi nanti malam. Dan sebagai tanda perkenalan kita, terimalah uang ini," ujar Adi mengeluarkan amplop cokelat berisi lima juta dari saku celana panjang nya dan memberikan nya pada Dedi. "Saya tunggu jawaban kamu nanti malam, Mas Dedi," sambung Adi lagi. Dedi melongo saat Adi beranjak dari tempat duduknya, "tunggu, ada yang ingin saya tanyakan!" ujar Dedi, membuat Adi yang awalnya akan beranjak meninggalkan Dedi, menahan langkahnya. Adi menoleh, "apa kamu mau menjawab tawaran ku sekarang?" tanya Adi sumringah. Dia kembali duduk di hadapan Dedi. Dedi menghela napas panjang sambil meremas amplop putih di tangan kanannya. Bertanya - tanya dalam hati apa tujuan lelaki di hadapan nya sampai ingin merusak rem mobil bosnya. "Hm, saya akan menjawab ajakan mas Adi sekarang, tapi..."Adi tersenyum sumringah. "Sudah kuduga, kalau kamu memang benar - benar membutuhkan uang, Mas Dedi!""Tunggu dulu. Mas Adi, jawaban saya tergantung pada jawaban mas
Read more

sepulangnya 47 B

Dedi menghela napas panjang, lalu menyebutkan nomor rekening nya pada Adi. Adi tanpa membuang waktu segera mentransfer sejumlah uang seperti yang sudah dijanjikan. "Done. Silakan kamu lihat saldo kamu sekarang," ujar Adi. Dedi menghela napas panjang lalu memeriksa saldo mbankingnya. Matanya terbelalak setelah melihat angka yang tertera di layar ponsel. "Oke, Bro! Sekarang kamu hanya perlu menyelesaikan tugas dan menyelamatkan adikmu," ujar Adi. Dia lalu berdiri dan menepuk pundak Dedi, kemudian berlalu. Tanpa membuang waktu, Dedi segera mentransfer uang ke rekening adiknya di kampung. Adiknya yang baru kuliah semester tiga, telah membuka rekening baru, untuk menerima beasiswa kampus. "Syukur lah, sekarang adikku bisa segera periksa ke dokter," gumam Dedi bahagia. *** Dedi menatap boneka doraemon nya dengan tegang. "Dor, malam ini aku takut sekali. Aku harus merusak rem mobil mas Rizki. Duh, sebenarnya aku takut, tapi aku butuh uang. Do'ain aku ya, Dor!" gumam Adi
Read more

sepulangnya 48 A

Devita melihat kepergian mamanya dengan mama Adi, lalu memeluk Rizki. "Mas, kenapa kamu membiarkan mama untuk bertukar dengan mobil kita!?" tanya Devita cemberut. "Kan kita jadi terlambat ke Malang!?" sambung Devita lagi. Rizki tersenyum dan menatap sang istri. "Nggak apa - apa, Sayang, kita bisa memanggil tukang bengkel langgananku untuk memeriksa ban mobil mama, kemudian kita bisa langsung berangkat ke Malang," sahut Rizki. Devita tersenyum, "oke, Mas. Kalau begitu kamu panggilkan tukang bengkel langganan kamu dulu, dan aku akan membuatkan kamu kopi," ujar Devita. Dia baru saja berbalik meninggalkan Rizki, saat suaminya itu memanggilnya kembali. "Tunggu sebentar, Yang." Devita lalu menoleh ke arah suaminya. "Ada apa Mas? Apa ada yang ingin kamu bicarakan lagi?" tanya Devita, Rizki menggeleng. "Hm, sepertinya lebih baik kamu buatkan kopi untuk 3 orang. Biasanya orang bengkel kalau datang ke rumah on called dua orang. Jadi satu cangkir untukku, dan dua cangkir un
Read more

sepulangnya 48 B

Jantung Adi berdebar lebih kencang dan sangat khawatir jika mamanya benar-benar menaiki mobil Devita. "Papa baru saja menelepon Mama, katanya mama mau keluar kota sebentar dengan mamanya Devita untuk healing dan refreshing. Memang nya kenapa, Di?" tanya Papa nya balik. "Oh gitu, tapi tadi katanya Adi dengar kalau mama naik mobil Devita karena mobilnya mamanya Devita ban nya kempes. Apa benar, Pa?" tanya Adi memastikan. "Iya benar. Mama dan Mamanya Devita memang jalan-jalan ke luar kota memakai mobilnya Devita. Memangnya kenapa, Di?" tanya papanya heran. Bagai dihantam batu sebesar gunung, jantung Adi seakan berhenti berdetak. Wajah Adi memucat. "Astaga! Papa, Adi baru ingat jika ada urusan di kafe saat ini," ujar Adi. Dia pun segera melesat meninggalkan restoran Papanya. Awalnya dia ke restoran papanya karena ingin menanyakan beberapa resep makanan yang ada di restoran sang ayah. Tapi masalah itu tidak terlalu penting dibandingkan dengan nyawa Mamanya. Dengan tergesa, Adi sege
Read more

sepulangnya 49 A

"Alhamdulillah, mobilnya sudah siap," gumam Rizki. Dia tersenyum dan menyalami kedua tukang bengkel yang telah mengganti ban mobilnya. "Ini notanya, Pak Rizki," ujar salah satu tukang sambil menyerahkan nota penggantian ban mobil. Rizki menatap nota itu sekilas, lalu mengambil uang dari dalam dompetnya lalu menyerahkan nya pada kedua tukang bengkel. "Terimakasih telah datang kemari, Pak. Mari kopinya diminum dulu," ujar Rizki mempersilahkan kedua lelaki di hadapannya untuk meminum kopi yang telah disediakan oleh Devita. Setelah berbasa - basi sejenak, kedua tukang bengkel tersebut pun berpamitan. Rizki lalu naik ke lantai atas dan memanggil Devita. "Yang, sudah siap belum? Yuk, berangkat! Koper - koper kita kan sudah siap di bawah," ujar Rizki. Devita yang baru saja menyisir rambut panjang sepunggungnya mengangguk. Dia lalu memasukkan sisir mungil berukuran bulatnya ke dalam tas jinjing nya. Dan mengambil jepitan rambut lalu menguncir rambutnya ala messybun, dan menampilkan lehe
Read more

sepulangnya 49 B

"Yang, wajah kamu kok kayak ibu - ibu sih?" tanya Rizki membuat Devita seketika menoleh dan mendelik pada suami nya. "Hah, masa, Mas? Masa wajah aku kayak ibu - ibu?" tanya Devita panik. Dia membuka kaca jendela mobil dan mengaca di spion nya. "Ya, iyalah, wajah kamu kayak ibu - ibu, kan memang calon ibu dari anak-anak kita nanti," ujar Rizki tersenyum lebar. Sementara itu Devita hanya bisa menghela napas panjang karena kehilangan kata - kata untuk menghadapi tingkah suami nya. ***"Astaghfirullah! Ada kecelakaan! Segera telepon polisi!" ujar beberapa pengguna jalan yang melihat mobil Devita yang dikendarai oleh mamanya dan mama Adi menabrak sebatang pohon besar. Orang - orang yang berkerumun di jalanan, segera berkerumun. Beberapa orang lainnya segera menghubungi polisi. Beberapa yang lain segera menghubungi ambulance rumah sakit terdekat. Tanpa menunggu waktu lama, mama Devita dan Mama Adi telah dievakuasi dari mobil Devita yang telah ringsek itu. Ambulance segera membawa kedu
Read more

sepulangnya 50 A

"Mas! Ayo pulang! Mama... Mama kecelakaan, Mas! Huhuhuhu!"Rizki menatap ke arah Devita dengan pandangan tak percaya. "Jangan bercanda, Sayang! Tadi pagi mama kan masih sehat saat tukar mobil dengan kita?" tanya Rizki. "Ini, Mas! Kamu baca sendiri chat dari adikku dan papa," ujar Devita sambil menangis di dada bidang Rizki. Rizki mengelus rambut panjang Devita dengan iba. Dia sudah merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang tua. "Innalillahi wa innalillahi roji'un! Ayo kita pulang sekarang," ajak Rizki. Sebenarnya sejak semalam dia sudah membooking hotel bintang tiga di tengah - tengah kota malang. Hotel yang dekat dengan berbagai tempat wisata, berharap dia akan menikmati manisnya pernikahan dengan Devita. Tapi ternyata manusia memang hanya bisa berencana, dan Tuhan lah yang menentukan. Rizki masuk kembali ke dalam mobil, diikuti dengan Devita. Baru saja dia duduk di samping Rizki dan memasang sabuk pengaman, ponsel Devita berdering nyaring. Dengan segera, Devita menggeser la
Read more

sepulangnya 50 B

Rahang Rizki mengeras. Dia sebenarnya sudah mempunyai satu nama untuk dikantongi. Tapi tentu saja tanpa bukti, dia tidak dapat menuduhnya sembarangan. "Aku... Kenapa aku berpikir kalau Adi yang telah melakukan nya?" tanya Rizki seraya sesekali menoleh ke arah Devita yang juga tampak sedang berpikir keras. "Mas Adi? Tidak mungkin, Mas. Apa dia tega menyakiti bahkan membu nuh mamanya sendiri?" tanya Devita tidak percaya. Rizki terdiam. Pikiran Devita benar. Sejahat- jahatnya seseorang pada orang lain, sepertinya tidak akan sampai hati untuk melakukan kejahatan yang disengaja pada keluarga terutama pada ibunya sendiri. "Hm, bagaimana kalau misalnya Adi merusak rem mobil kamu tanpa tahu jika mama nya dan mama kamu yang akan menaiki mobil kamu?" tanya Rizki perlahan. Sebenarnya dia tidak suka dengan pikiran nya yang memojokkan 'sahabat' nya sendiri, tapi dari peristiwa yang telah dialaminya selama ini, hanya Adi lah satu - satunya orang yang mungkin melakukan hal kejam di luar nalar it
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status