Semua Bab SEPULANGNYA AKU BERLAYAR: Bab 71 - Bab 80

90 Bab

sepulangnya 51 A

Devita tiba di rumah sakit dan langsung menuju ke kamar mamanya yang sedang dirawat. "Dev!" seru papanya lirih sambil memeluk anak keduanya. "Papa! Bagaimana keadaan mama?!" tanya Devita cemas, dia melepas kan pelukan papanya dan mendekat ke ranjang mamanya. Rizki lalu menyalami dan mencium punggung tangan papanya dengan takzim. "Maafkan Rizki, Pa. Rizki tidak tahu jika mobil milik Devita tenyata bermasalah," ujar Rizki lirih. Mau tak mau dia ikut merasa bersalah karena tidak memeriksa mobil Devita sebelum menukarkan nya dengan mobil sang mertua. Papa Devita menepuk pelan punggung Rizki. Lelaki tua itu menghela napas panjang. "Itu bukan salah kamu. Kamu juga tidak tahu kalau mama akan menukar kan mobil. Kamu juga tidak tahu kalau minyak remnya dirusak, ini musibah. Sekarang yang harus kita cari adalah siapa yang telah tega melakukan sabotase seperti itu," ujar papa Devita. "Kami telah memeriksa rekaman CCTV di ponsel saya dari sejak mobil Devita terparkir di halaman ruko sampai
Baca selengkapnya

sepulangnya 51 B

"Kamu makan saja gih. Kamu kan belum makan siang," ujar Rizki. Devita menggeleng. "Kamu juga belum makan siang. Kamu aja yang makan. Aku nggak lapar," sahut Devita sambil mengulur kan nampan berisi makanan ke arah Rizki. Rizki melihat ke arah makanan yang tersaji. Ada sop ayam dengan wortel dan makaroni serta ayam goreng. Melihat hal itu, timbul lah ide Rizki. "Sekarang coba tebak, apa bedanya kamu dan sop ayam ini?" tanya Rizki pada Devita. Devita yang sedari tadi merasa lemas dan tidak bersemangat menjadi antusias. "Aku manusia, sop ayam ini kan makanan. Ya kan?" tanya Devita. Rizki menggeleng kan kepalanya. "Hm, salah! Kalau sop ayam ini makan siang, kalau kamu... makin sayang!" ujar Rizki, membuat senyum Devita terkembang. "Kamu bisa saja, Mas.""Nah, gitu. Tersenyum dan selalu positif thinking ya, Yang. Aku akan selalu menemani kamu dalam segala kondisi. Aku tuh sayang banget sama kamu," sahut Rizki mencoba menguatkan istrinya. Devita mengangguk pelan. "Sekarang, coba t
Baca selengkapnya

sepulangnya 52 A

Beberapa saat sebelum nya, 'Astaga, ini pasti perbuatan mas Adi. Untung saja aku tidak membawa HP, kalau aku bisa selamat, aku akan memberitahu kan semua kejahatan Mas Adi pada mas Rizki dan polisi lalu meminta pengampunan nya,' batin Dedi terakhir kali sebelum akhirnya dia pun pingsan. Entah berapa lama Dedi pingsan saat dia merasa guyuran air menyiram tubuh nya. "Byuuurrr!" "Hhhhh!" Dedi megap - megap saat tetesan air itu mengenai wajahnya. Dengan perlahan, dia membuka mata lalu menatap ketiga lelaki berpakaian serba hitam dan ber masker di hadapan nya. Dedi menggerak - gerakkan tangannya, dan merasa kan kedua tangannya sakit karena diikat dengan tali tambang ke belakang kursi. "Heh! Mana HP kamu!" seru salah seorang penculiknya. Dedi melihat ketiga penculiknya lalu tertawa. "Hahaha! Kalian miskin ya?! Sampai HP saja enggak punya?" ejek Dedi. Padahal dia hanya berpura-pura berani agar dia dapat hidup lebih lama. "Heh! Berani - beraninya kamu mengejek kami! Cep
Baca selengkapnya

sepulangnya 52 B

"To... long... To.. long!" serunya lirih. Tapi Dedi merasa putus asa saat melihat di kanan dan kirinya sepi dan tak terlihat seorang manusia pun. Dedi terus merangkak perlahan, beberapa kali pingsan, dan setelah sadar, dia melanjutkan perjalanan nya lagi. Sampai dia mencapai jalan raya, dan bertemu dengan Rizki. *** Polisi datang di saat yang tepat lalu segera memanggil ambulance. Dedi pun dengan cepat mendapatkan pertolongan dan dibawa ke rumah sakit. Setiba di rumah sakit, Dedi segera dioperasi karena perdarahan nya telah melukai dinding perut, untung saja tidak sampai mengenai lambung. Rizki yang ditanya oleh polisi tentang apa yang terjadi pada Dedi hanya bisa mengedikkan bahunya karena dia pun tidak mengetahui apa yang terjadi. Rizki juga menunjukkan rekaman CCTV di ruko nya yang tersimpan di ponsel. Polisi itu memperhatikan nya dengan seksama. "Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu. Segala laporan, bukti, dan kesaksian yang masuk tentang masalah korban penganiayaan ata
Baca selengkapnya

sepulangnya 53 A

Mereka bertiga keluar dari kamar, namun baru saja mereka sampai di depan pintu kamar Dedi, mereka dikejutkan oleh tiga orang anggota polisi yang datang. "Kami polisi. Ada perlu apa kalian di kamar Dedi?" tanya polisi itu dengan suara tegas. Ketiga penculik itu tertegun sejenak lalu mellihat ke arah para polisi, lalu berpandangan bergantian. Terlihat kebingungan di mata mereka. Suasana hening sejenak. "Kami... Teman Dedi. Dedi menyuruh kami untuk membawa ponselnya yang tertinggal di kos," ujar salah seorang dari mereka terlihat ragu. "Memang nya kenapa Dedi tidak mengambil HP nya sendiri?" tanya salah seorang polisi. Teman Dedi mengedikkan bahu ke arah pak polisi di hadapan nya. Membuat polisi itu kembali bertanya. "Jelaskan ada hubungan apa kalian dengan Dedi! Karena Dedi tersandung kasus percobaan pembunuhan," ujar salah seorang anggota polisi. Ketiga penculik itu tampak ternganga. Mereka saling berpandangan dengan melongo, mencoba mencari jawaban untuk berdalih dan ngeles d
Baca selengkapnya

sepulangnya 53 B

Penculik itu terdiam. Namun ponsel mereka yang disita oleh polisi, mendadak berbunyi secara bergantian. Polisi melihat ponsel para penculik itu lalu tersenyum penuh kemenangan. ***"Ck, gimana sih pekerjaan si Kemprus dan teman-temannya ini? Kenapa mereka nggak mengabari aku!?" gumam Adi. Dia mengetuk - ngetuk meja di hadapan nya dengan gusar, lalu menghembuskan napas kasar. "Apa mereka kabur setelah mendapat kan uang muka ya?"Adi meraih ponsel dan menelepon ketiga orang pesuruh nya. Satu kali, dua kali, tiga kali, panggilan Adi tidak terjawab, akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari kafe nya dan menuju ke rumah para pesuruh nya satu per satu.Tapi sayangnya, setelah Adi mendatangi satu persatu rumah para anteknya, dia tidak bisa menemukan mereka di sana. "Astaga! Kemana sih mereka? Apa mereka kabur membawa uang muka?! Kata keluarga mereka, sejak semalam, mereka tidak pulang ke rumah, mereka juga tidak mengabari apapun padaku, jadi mereka kemana sih?" tanya Adi setelah dia pula
Baca selengkapnya

sepulangnya 54 A

"Heh, Dedi! Kurang ajar kamu ya! Berani- berani nya kamu berniat mencelakai ku sehingga mamaku yang akhirnya mengalami kecelakaan! Aku sungguh tidak ikhlas! Aku akan memanggil polisi! Kamu harus ditangkap! Gara-gara kamu, mamaku sakit! Semoga kamu tidak pernah bahagia seumur hidup mu, Dedi!!!!" teriak Devita dari ponsel Rizki, membuat Dedi tercengang. Rizki yang terkejut dengan suara yang keluar dari ponsel di sakunya, segera meraih dan mengeluarkan hpnya dari saku. "Halo, Sayang. Aku pikir tadi aku sudah mematikan telepon kita," ujar Rizki, dia menoleh ke arah Dedi yang panik. Sebenarnya dia merasa kasihan pada karyawan nya itu karena baru saja menjalani operasi sudah harus menghadapi sumpah serapah dari Devita. "Kenapa kamu nggak cerita padaku dari awal kalau ternyata ada Dedi di balik peristiwa kecelakaan mama? Aku kecewa sekali padamu, Mas!" ujar Devita, membuat Rizki menghela napas panjang. "Maaf, Sayang. Tapi aku juga baru tahu tentang hal itu. Ceritanya panjang, dan kamu ti
Baca selengkapnya

sepulangnya 54 B

"Kamu masih marah ya?" tanya Rizki pada Devita yang cemberut dan tidur memunggunginya. "Hm, bagaimana aku tidak marah kalau kamu melarang aku untuk bertemu dengan Dedi? Aku ingin Dedi bertanggungjawab atas kecelakaan yang diakibatkan olehnya," sahut Devita.Rizki membelai rambut Devita. "Lalu tanggung jawab seperti apa yang kamu inginkan dari Dedi? Dia sudah mendapatkan hukuman nyanya dengan mengalami penusukan berulang kali sampai nyaris kehilangan nyawa, dan kini dia sedang diinterogasi polisi dalam keadaan baru saja operasi. Keluarga nya juga pasti akan merasa malu dan terpukul jika tahu kejadian yang menimpa Dedi, Yang. Tidak ada hal lain yang bisa Dedi lakukan untuk menebus kesalahan nya, Yang.""Ta- tapi aku kesal sekali! Gara-gara Dedi, mama sampai terluka dan bengkak sebesar telur angsa di keningnya. Kasihan sekali mama, setelah sadar pun masih mengeluh pusing," ujar Devita lirih. Rizki mendekat ke arah sang istri dan memeluk nya "Iya, aku tahu, Yang. Aku pun kesal sekali.
Baca selengkapnya

sepulangnya 55 A

Adi menghela napas panjang saat dia baru saja sampai di luar kota. Kota Malang yang dingin menjadi salah satu tujuan pelarian nya. Dia menghubungi salah seorang teman SMPnya untuk tukar tambah mobil dengan segera. "Hah, kamu nggak salah nih mazda tahun 2020 mau ditukar ayla tahun 2010? Kayak nya masih bagus pula!" tanya teman Adi sangsi. Teman Adi merupakan pemilik showroom mobil bekas yang masih layak pakai. Tentu saja dia terkejut dengan Adi yang jarang menghubungi nya tapi mendadak datang dan meminta tukar mobil dengan perhitungan yang tak masuk akal. "Aku beneran butuh mobil baru yang jenisnya berbeda. Jadi enggak masalah, Yud," ujar Adi dengan penuh harap. Yuda, teman Adi hanya menghela napas panjang. Lalu menatap ke arah Adi dengan pandangan aneh. "Kamu nggak sedang diburu polisi kan?" tanya Yuda. Adi terkesiap dan bingung hendak menjawab pertanyaan dari teman SMP nya itu agar temannya tidak curiga. Namun Adi merasa beruntung karena Yuda adalah temannya saat SMP yang berbeda
Baca selengkapnya

sepulangnya 55 B

"Semua ini berasal dari Rizki dan Devita. Mereka telah membuatku sedih sehingga bertindak melanggar hukum. Hm, sudah kepalang basah. Walau pun polisi mencariku ke rumah papa, tapi aku yakin jika papa akan tetap berpihak padaku. Tapi aku tidak bisa pulang ke rumah papa. Jadi lebih baik aku pulang ke surabaya. Aku ke rumah dua cecunguk yang sebelumnya mati setelah menyiram air keras pada papanya Rizki. Lalu aku akan menculik Devita. Dia akan kuajak ke luar kota sejauh mungkin sehingga bisa melupakan Rizki. Kalau Devita tidak mau, aku akan membunuhnya, dan menguburkan mayatnya di bawah lantai rumah cecunguk itu. Kalau tidak denganku, maka dia tidak boleh bersanding dengan yang lain," gumam Adi. Adi menghela napas panjang dan merasa puas dengan rencana nya. "Baiklah, makanan sudah datang. Lebih baik aku makan dulu baru melakukan rencana ku tadi," ujar Adi bersemangat saat pesanan nya datang. ***Adi selesai meninjau rumah almarhum anak buahnya yang telah meninggal, dan Adi merasa rum
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status