Home / Pernikahan / SEPULANGNYA AKU BERLAYAR / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of SEPULANGNYA AKU BERLAYAR: Chapter 31 - Chapter 40

90 Chapters

sepulangnya 31 A

"Katakan dengan jujur, kamu kan yang menyuruh dua adik kelas kita untuk menyiram air keras padaku? Kamu tidak usah menyangkal! Katakan semuanya pada polisi! Bertanggung jawablah atas semua perbuatan kamu, karena aku sudah mempunyai semua bukti keterlibatan kamu dalam penyiraman air keras pasa almarhum papaku!" gertak rizki dengan nada mengancam. Adi terdiam dan menatap Rizki dengan keheranan. Walaupun hatinya berdebar, tapi dia tidak menunjukkannya di depan Rizki.'Ah, Rizki pasti cuma bercanda. Atau dia mengetahui sesuatu sehingga dia berani melabrakku? Tapi aku yakin sekali jika Rizki hanya menggertak dan menduga. Pastiebenarnya dia tidak mengetahui bahwa aku berhubungan dengan penyiraman air keras terhadap Papanya. Eh, tunggu dulu, tadi katanya penyiram air keras sudah tertangkap dan meninggal. Jadi dua ce cunguk itu sudah mati? Syukurlah kalau sudah mati jadi tidak ada yang membahayakanku lagi," batin Adi. Rizki yang melihat Adi terdiam menjadi kesal."Adi! Segera serahkan diri
Read more

sepulangnya 31 B

Rizki merasakan hari ini begitu melelahkan dan ingin menceritakannya pada Devita, tapi dia terkejut saat menyadari kontaknya telah diblokir oleh gadis itu. Ketika dia membuka pesan whatsapp hanya ada profil picture yang kosong dan Adi pun mencoba meneleponnya. Tapi hasilnya nihil. Beberapa kali Rizki mengirim pesan pada Devita, gadis itu tidak juga membaca apalagi membalas pesannya.[Kamu ke mana? Kenapa kamu seharian ini tidak membalas pesanku?]Hanya centang satu. Kemudian Rizki mengirim pesan lagi. [Dev, kamu marah padaku? Katakan apa salahku padamu sehingga kamu marah?] Rizki hanya menghela nafas panjang dan penuh kecewa karena Devita tiba-tiba memblokirnya tanpa alasan, sedangkan dia yakin tidak merasa bersalah. "Atau Devita mendadak mempunyai laki-laki lain, jadi nomor ku diblokir? Tapi sepertinya dia bukan tipe PHP dan bukan tipe menghilang tanpa alasan," gumam Rizki heran. Akhirnya Rizki memilih untuk meminum obat sakit kepala lagi yang diberikan oleh Devita lalu memutuska
Read more

sepulangnya 32 A

Rizki baru saja mencuci piring nya setelah dia makan malam, saat ponselnya berdering. Lelaki itu segera mengusap telapak tangannya di lap yang tergantung di sebelah sink lalu meraih ponsel nya yang tergeletak di atas meja makan. Senyum terkembang di bibir Rizki, saat menyadari bahwa yang menelepon nya adalah Devita. "Halo, Dev...""Mas Riz, hiks... Hiks.. Huhuhu""Eh, Dev? Kenapa? Kamu kenapa menangis!?" tanya Rizki kaget setelah mendengar suara tangisan Devita dari seberang telepon. Suasana hening sejenak. Devita menyusut air mata dari pipi. "A - aku sudah membicarakan tentang kedatangan mu besok pada orang tuaku. Tapi mereka tidak menyetujui hubungan kita, Mas," kata Devita di sela isak tangisnya. Rizki terkejut. Dia merasa heran karena ada orang yang menolak berkenalan dengan orang baru padahal belum bertemu. "Apa alasan orang tua kamu tidak setuju, Dev? Ceritakan padaku selengkapnya ya," pinta Rizki. Devita terdiam beberapa saat, sejenak ragu untuk memberitahu dan untuk me
Read more

sepulangnya 32 B

Malam itu Rizki berpakaian dengan rapi dan bersiap-siap untuk menuju rumah Devita, tidak lupa dia membawakan martabak dan terang bulan premium serta satu parcel buah-buahan yang ditata dengan cantik.Dengan mengendarai mobil xpander barunya, Rizki menuju ke rumah orang tua Devita. Sementara itu, Devita merasa tegang saat makan malam dengan orang tuanya. Kedua tangan dan kaki nya terasa dingin. Beberapa kali dia melihat jam bulat yang tergantung di dinding. Devita merupakan tiga orang bersaudara. Adiknya yang nomor 2 sedang kuliah di luar kota, sedangkan adik lelakinya yang paling bungsu masih sekolah SMA dan ikut serta makan malam dengannya. Suara bel pintu depan berbunyi saat mereka sedang makan, kemudian salah satu asisten rumah tangga mereka segera membukakan pintu, lalu mendekat ke ruang makan. "Pak, Bu, ada teman Nona Devita di depan," ujar asisten rumah tangga. Papa Devita menatap tajam pada anak sulungnya. "Siapa temanmu yang janjian ke sini?" "Mas Rizki, Pa," sahut Devita
Read more

sepulangnya 33 A

Setelah Devita mengakhiri panggilan telepon, Rizki segera menelepon teman pemilik tempat gymnya bekerja dulu. "Halo, Bos, ikut aku sekarang yuk!" ajak Rizki dengan nada tergesa. "Loh, bukannya kamu tadi barusan telepon aku, kalau traktirannya besok malam karena aku telah membantumu menemukan pembeli?" tanya si Bos."Ini untuk urusan yang berbeda, Bos. Ini bukan urusan traktiran tapi ini urusan hidup dan mati serta kelanjutan kisah cintaku," ujar Rizki."Hah? Maksud kamu apa, Riz?" tanya Bos gym, tempat Rizky bekerja dulu dengan bingung."Nanti aja aku jelasin di jalan. Yang penting, sekarang aku jemput dulu. Kita harus ke rumah sakit sekarang."Teman Rizki mengerut kan dahinya. "Siapa yang sakit, Riz?""Nanti aku jelaskan ketika sudah sampai di rumah kamu, Bos. Sekarang Bos siap - siap dulu, saya jemput sekarang," jawab Rizki."Oh oke. Ya sudah aku tunggu di rumah."Rizkipun mengakhiri panggilannya dan segera bersiap menuju rumah temannya."Wah, jadi Papanya calon istri kamu kecela
Read more

sepulangnya 33 B

Bos Rizki tersenyum. "Wah, kamu baik sekali, Riz. Semoga hubunganmu semakin lancar ya!" "Aamin, Bos. Terima kasih doanya."Teman Rizki mengangguk, tak lama kemudian datang lah karyawan PMI yang lalu melakukan serangkaian tes pada mereka sebelum mengambil darah mereka sebagai pendonor. "Syukurlah, darah kalian AB dan memenuhi syarat. Ayo sekarang kalian berdua bersiap-siap untuk diambil darahnya," ujar pegawai PMI tersenyum. Tak lama berselang akhirnya Rizki dan temannya sudah berhasil membawa dua kantong darah ke rumah sakit. Mereka segera menyerahkan kantong darah itu pada dokter dan akhirnya operasi pada Papa Devita berlangsung lancar tanpa hambatan. ***Adi sedang duduk termenung di kursi, di ruang pribadi di tokonya, saat melihat mamanya datang. Mata Adi langsung berbinar. "Mama! Mama pasti datang untukku! Aku tahu mama tidak akan tega melihat papa mengusir ku dari rumah dan mengeluarkan aku dari KK," ujar Adi, menyambut kedatangan mamanya. Mama Adi langsung memeluk anak bu
Read more

sepulangnya 34 A

Mama Devita tampak cemas melihat ke arah lampu ruang operasi yang masih menyala, sementara itu teman Rizki sudah pulang terlebih dahulu. Rizki bersikeras untuk menemani Devita walaupun Devita sudah menyuruhnya untuk pulang. Devita, Rizki, dan Mama Devita duduk di bangku memanjang yang di depan ruang operasi. Mama Devita hanya melirik Rizki, dan merasa gengsi untuk berterima kasih, walaupun sebenarnya di dalam hatinya juga harap-harap cemas dan merasa bahagia karena operasi suaminya bisa berlangsung dengan lancar. Setelah hampir empat jam, lampu ruang operasi padam, kemudian keluarlah seorang dokter dengan baju hijau. "Keluarga pasien Atmaja," ucap sang dokter bedah tulang itu. "Ya, Dok?" Mama dan Devita langsung mendekat. "Bagaimana kondisi suami saya, Dokter?" tanya mama Devita dengan harap - harap cemas. "Alhamdulillah, karena kantong darah datang tepat waktu, maka operasi suami Ibu bisa berjalan lancar. Kondisi suami ibu pasca operasi akan dipantau dulu di ru
Read more

sepulangnya 34 B

"Halo, Dev, bagaimana kabar papamu?""Halo, Mas Rizki! Ada kabar bahagia! Papa mau ketemu sama kamu. Ehm, kayaknya papa merestui hubungan kita deh," ujar Devita dengan nada riang. Rizki tersenyum senang mendengar berita dari Devita. "Wah, alhamdulillah dong! Apa papa sudah bilang kalau setuju tentang hubungan kita?" "Yaaa, belum sih tapi Papa wajahnya bahagia banget pas tahu kalau kamu dan teman kamu lah yang mendonorkan darah pada beliau," ujar Devita. "Lho, aku mendonorkan darah pada papa kan ikhlas, Dev? Nggak ada keinginan terselip lainnya. Aku tetap akan menggapai kamu sesuai dengan syarat yang diajukan Papa Mama kamu," jawab Rizki. "Hm, jadi kamu nggak seneng nih kalau hubungan kita direstui?!" tanya Devita."Lah, seneng banget dong, Dev...""Lah iya, kalau begitu yang penting malam ini kamu jenguk papa di rumah sakit ya untuk ketemu papa. Nanti apa yang papa sampaikan, kita dengarkan bersama," ujar Devita."Wah, oke siap. Nanti malam kamu mau dibawain apa? Buah, roti, snac
Read more

sepulangnya 35 A

"Pemirsa, sebuah kebakaran telah terjadi di kota. Toko elektronik yang terletak di jalan XX telah dilalap si jago merah hingga terbakar habis." Adi melongo, dalam hatinya masih tidak bisa mempercayai berita yang baru saja didengarnya. "Apa? Tidak mungkin!" seru Adi. Badannya mendadak lemas dan telinganya seolah berdenging, kepalanya pun terasa pening. Adi terjatuh, duduk di kursi busa di hadapan nya. 'Ini pasti mimpi,' gumam Adi sambil menepuk kedua pipinya. Dia bahkan mencubit lengannya. "Aawww! Sakit! Berarti ini bukan mimpi?!! Aku kehilangan semuanyaaa!!! Huhuhu!" seru Adi seraya meraung sambil menjambak rambutnya sendiri. "Lho, mas, mas! Ada apa?" tanya seorang karyawan klab malam yang baru saja keluar dari ruangan karaoke privat. Dia mendekati Adi dengan khawatir. Adi menatap ke arah karyawan itu. Dia bingung hendak mengurus kehilangan dompet, HP, dan mobil atau kebakaran toko nya. 'Lebih baik, aku mengurus hal yang masih bisa dikembalikan lagi. Yaitu kerampo
Read more

sepulangnya 35 B

Adi pulang ke ruko nya dengan mengendarai mobil inova pemilik klab. Di depan rukonya yang sudah menjadi puing-puing, banyak warga, damkar, karyawan, dan orang tuanya yang sudah berkerumun di depan rukonya. Adi memang sudah berusaha menguatkan hatinya agar bisa menerima kenyataan bahwa rukonya sudah hangus, tapi saat sudah berada di depan rukonya dan melihat bagaimana rukonya hangus dan hanya menjadi puing-puing, mendadak seluruh badan dan sendinya terasa lemas. "Astaga! Adi! Kamu kemana saja, Nak! Ditelepon nggak aktif, diWA malah centang satu, kamu menginap dimana semalam? Tengah malam, karyawan kamu bingung mencari kamu, bahkan damkar juga mencari kamu ke dalam ruko, tapi kamu tidak ada. Mama sudah pesimis nggak ketemu kamu lagi!"Mama Adi menghambur ke arah anaknya dan memeluk nya erat, lalu pandangan nya terarah pada mobil yang dikendarai Adi. "Mobil kamu yang lama kemana? Mobil siapa yang kamu naikin sekarang?" tanya mama Adi beruntun, membuat kepala Adi semakin sakit. Papa A
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status