Share

sepulangnya 52 A

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Beberapa saat sebelum nya,

'Astaga, ini pasti perbuatan mas Adi. Untung saja aku tidak membawa HP, kalau aku bisa selamat, aku akan memberitahu kan semua kejahatan Mas Adi pada mas Rizki dan polisi lalu meminta pengampunan nya,' batin Dedi terakhir kali sebelum akhirnya dia pun pingsan.

Entah berapa lama Dedi pingsan saat dia merasa guyuran air menyiram tubuh nya.

"Byuuurrr!"

"Hhhhh!"

Dedi megap - megap saat tetesan air itu mengenai wajahnya. Dengan perlahan, dia membuka mata lalu menatap ketiga lelaki berpakaian serba hitam dan ber masker di hadapan nya.

Dedi menggerak - gerakkan tangannya, dan merasa kan kedua tangannya sakit karena diikat dengan tali tambang ke belakang kursi.

"Heh! Mana HP kamu!" seru salah seorang penculiknya.

Dedi melihat ketiga penculiknya lalu tertawa. "Hahaha! Kalian miskin ya?! Sampai HP saja enggak punya?" ejek Dedi. Padahal dia hanya berpura-pura berani agar dia dapat hidup lebih lama.

"Heh! Berani - beraninya kamu mengejek kami! Cep
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 52 B

    "To... long... To.. long!" serunya lirih. Tapi Dedi merasa putus asa saat melihat di kanan dan kirinya sepi dan tak terlihat seorang manusia pun. Dedi terus merangkak perlahan, beberapa kali pingsan, dan setelah sadar, dia melanjutkan perjalanan nya lagi. Sampai dia mencapai jalan raya, dan bertemu dengan Rizki. *** Polisi datang di saat yang tepat lalu segera memanggil ambulance. Dedi pun dengan cepat mendapatkan pertolongan dan dibawa ke rumah sakit. Setiba di rumah sakit, Dedi segera dioperasi karena perdarahan nya telah melukai dinding perut, untung saja tidak sampai mengenai lambung. Rizki yang ditanya oleh polisi tentang apa yang terjadi pada Dedi hanya bisa mengedikkan bahunya karena dia pun tidak mengetahui apa yang terjadi. Rizki juga menunjukkan rekaman CCTV di ruko nya yang tersimpan di ponsel. Polisi itu memperhatikan nya dengan seksama. "Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu. Segala laporan, bukti, dan kesaksian yang masuk tentang masalah korban penganiayaan ata

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 53 A

    Mereka bertiga keluar dari kamar, namun baru saja mereka sampai di depan pintu kamar Dedi, mereka dikejutkan oleh tiga orang anggota polisi yang datang. "Kami polisi. Ada perlu apa kalian di kamar Dedi?" tanya polisi itu dengan suara tegas. Ketiga penculik itu tertegun sejenak lalu mellihat ke arah para polisi, lalu berpandangan bergantian. Terlihat kebingungan di mata mereka. Suasana hening sejenak. "Kami... Teman Dedi. Dedi menyuruh kami untuk membawa ponselnya yang tertinggal di kos," ujar salah seorang dari mereka terlihat ragu. "Memang nya kenapa Dedi tidak mengambil HP nya sendiri?" tanya salah seorang polisi. Teman Dedi mengedikkan bahu ke arah pak polisi di hadapan nya. Membuat polisi itu kembali bertanya. "Jelaskan ada hubungan apa kalian dengan Dedi! Karena Dedi tersandung kasus percobaan pembunuhan," ujar salah seorang anggota polisi. Ketiga penculik itu tampak ternganga. Mereka saling berpandangan dengan melongo, mencoba mencari jawaban untuk berdalih dan ngeles d

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 53 B

    Penculik itu terdiam. Namun ponsel mereka yang disita oleh polisi, mendadak berbunyi secara bergantian. Polisi melihat ponsel para penculik itu lalu tersenyum penuh kemenangan. ***"Ck, gimana sih pekerjaan si Kemprus dan teman-temannya ini? Kenapa mereka nggak mengabari aku!?" gumam Adi. Dia mengetuk - ngetuk meja di hadapan nya dengan gusar, lalu menghembuskan napas kasar. "Apa mereka kabur setelah mendapat kan uang muka ya?"Adi meraih ponsel dan menelepon ketiga orang pesuruh nya. Satu kali, dua kali, tiga kali, panggilan Adi tidak terjawab, akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari kafe nya dan menuju ke rumah para pesuruh nya satu per satu.Tapi sayangnya, setelah Adi mendatangi satu persatu rumah para anteknya, dia tidak bisa menemukan mereka di sana. "Astaga! Kemana sih mereka? Apa mereka kabur membawa uang muka?! Kata keluarga mereka, sejak semalam, mereka tidak pulang ke rumah, mereka juga tidak mengabari apapun padaku, jadi mereka kemana sih?" tanya Adi setelah dia pula

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 54 A

    "Heh, Dedi! Kurang ajar kamu ya! Berani- berani nya kamu berniat mencelakai ku sehingga mamaku yang akhirnya mengalami kecelakaan! Aku sungguh tidak ikhlas! Aku akan memanggil polisi! Kamu harus ditangkap! Gara-gara kamu, mamaku sakit! Semoga kamu tidak pernah bahagia seumur hidup mu, Dedi!!!!" teriak Devita dari ponsel Rizki, membuat Dedi tercengang. Rizki yang terkejut dengan suara yang keluar dari ponsel di sakunya, segera meraih dan mengeluarkan hpnya dari saku. "Halo, Sayang. Aku pikir tadi aku sudah mematikan telepon kita," ujar Rizki, dia menoleh ke arah Dedi yang panik. Sebenarnya dia merasa kasihan pada karyawan nya itu karena baru saja menjalani operasi sudah harus menghadapi sumpah serapah dari Devita. "Kenapa kamu nggak cerita padaku dari awal kalau ternyata ada Dedi di balik peristiwa kecelakaan mama? Aku kecewa sekali padamu, Mas!" ujar Devita, membuat Rizki menghela napas panjang. "Maaf, Sayang. Tapi aku juga baru tahu tentang hal itu. Ceritanya panjang, dan kamu ti

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 54 B

    "Kamu masih marah ya?" tanya Rizki pada Devita yang cemberut dan tidur memunggunginya. "Hm, bagaimana aku tidak marah kalau kamu melarang aku untuk bertemu dengan Dedi? Aku ingin Dedi bertanggungjawab atas kecelakaan yang diakibatkan olehnya," sahut Devita.Rizki membelai rambut Devita. "Lalu tanggung jawab seperti apa yang kamu inginkan dari Dedi? Dia sudah mendapatkan hukuman nyanya dengan mengalami penusukan berulang kali sampai nyaris kehilangan nyawa, dan kini dia sedang diinterogasi polisi dalam keadaan baru saja operasi. Keluarga nya juga pasti akan merasa malu dan terpukul jika tahu kejadian yang menimpa Dedi, Yang. Tidak ada hal lain yang bisa Dedi lakukan untuk menebus kesalahan nya, Yang.""Ta- tapi aku kesal sekali! Gara-gara Dedi, mama sampai terluka dan bengkak sebesar telur angsa di keningnya. Kasihan sekali mama, setelah sadar pun masih mengeluh pusing," ujar Devita lirih. Rizki mendekat ke arah sang istri dan memeluk nya "Iya, aku tahu, Yang. Aku pun kesal sekali.

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 55 A

    Adi menghela napas panjang saat dia baru saja sampai di luar kota. Kota Malang yang dingin menjadi salah satu tujuan pelarian nya. Dia menghubungi salah seorang teman SMPnya untuk tukar tambah mobil dengan segera. "Hah, kamu nggak salah nih mazda tahun 2020 mau ditukar ayla tahun 2010? Kayak nya masih bagus pula!" tanya teman Adi sangsi. Teman Adi merupakan pemilik showroom mobil bekas yang masih layak pakai. Tentu saja dia terkejut dengan Adi yang jarang menghubungi nya tapi mendadak datang dan meminta tukar mobil dengan perhitungan yang tak masuk akal. "Aku beneran butuh mobil baru yang jenisnya berbeda. Jadi enggak masalah, Yud," ujar Adi dengan penuh harap. Yuda, teman Adi hanya menghela napas panjang. Lalu menatap ke arah Adi dengan pandangan aneh. "Kamu nggak sedang diburu polisi kan?" tanya Yuda. Adi terkesiap dan bingung hendak menjawab pertanyaan dari teman SMP nya itu agar temannya tidak curiga. Namun Adi merasa beruntung karena Yuda adalah temannya saat SMP yang berbeda

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 55 B

    "Semua ini berasal dari Rizki dan Devita. Mereka telah membuatku sedih sehingga bertindak melanggar hukum. Hm, sudah kepalang basah. Walau pun polisi mencariku ke rumah papa, tapi aku yakin jika papa akan tetap berpihak padaku. Tapi aku tidak bisa pulang ke rumah papa. Jadi lebih baik aku pulang ke surabaya. Aku ke rumah dua cecunguk yang sebelumnya mati setelah menyiram air keras pada papanya Rizki. Lalu aku akan menculik Devita. Dia akan kuajak ke luar kota sejauh mungkin sehingga bisa melupakan Rizki. Kalau Devita tidak mau, aku akan membunuhnya, dan menguburkan mayatnya di bawah lantai rumah cecunguk itu. Kalau tidak denganku, maka dia tidak boleh bersanding dengan yang lain," gumam Adi. Adi menghela napas panjang dan merasa puas dengan rencana nya. "Baiklah, makanan sudah datang. Lebih baik aku makan dulu baru melakukan rencana ku tadi," ujar Adi bersemangat saat pesanan nya datang. ***Adi selesai meninjau rumah almarhum anak buahnya yang telah meninggal, dan Adi merasa rum

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 56 A

    Melihat Devita yang masih pingsan, Adi segera membeli beberapa makanan dan minuman cemilan, serta dua bungkus nasi goreng. Beberapa peralatan yang digunakan untuk melancarkan rencananya juga sudah dibelinya. Adi menghentikan mobilnya di belakang rumah kosong anak buah nya yang sudah meninggal kemarin, yang terdapat tumbuhan dan semak - semak liar setinggi dada orang dewasa beserta pepohonan dengan daun yang rimbun untuk menutupi mobilnya. Adi menatap ke arah Devita seraya tersenyum menyeringai lalu membuka pintu mobil di samping nya kemudian membopong tubuh Devita dengan hati - hati masuk ke dalam rumah anak buahnya yang telah kosong. Dinyalakan nya beberapa senter mungil yang sudah dibelinya saat sampai di salah satu kamar. Baru beberapa rumah itu kosong setelah penghuni nya tewas, beberapa perabotnya telah hilang digondol orang. Hanya tersisa kasur usang dengan dipan besi yang mulai karatan. Disitulah Adi merebahkan Devita. Lelaki itu juga telah melengkapi rencananya deng

Bab terbaru

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 60 B (tamat)

    Tiga bulan berlalu sejak kematian Nina, Rizki dan Devita mulai mempersiapkan acara resepsi mereka. "Jadi tokonya akan tutup selama berapa hari, Bos?" tanya salah satu karyawan Rizki. "Tiga hari, mulai besok ya."Karyawan Rizki mengangguk. Dia tetap memandang Rizki seperti sedang memikirkan sesuatu. "Bos, hm, sebenarnya saya ingin menyampaikan sesuatu. Tapi takut dan ragu," ujar karyawan Rizki. "Bilang saja, saya sudah jinak kok," sahut Rizki sambil tertawa. "Kemaren saya menjenguk Dedi di penjara. Dia kan dipenjara setahun. Ada bukti bahwa dia hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh almarhum mas Adi. Papanya mas Adi pun juga tidak keberatan dengan hukuman itu padahal sudah membuat istrinya meninggal. Karena bapaknya mas Adi bilang ke Dedi kalau bapak nya mas Adi ngerasa bersalah sudah gagal mendidik anak sehingga mengakibatkan orang lain di penjara juga," ujar karyawan Rizki. "Lalu apa hubungannya dengan ku?" tanya Rizki bingung. Dia memandang ke arah Devita yang duduk di s

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 60 A

    Fuso itu juga mengerem mendadak agar tidak menabrak mobil Nina, namun terlambat, bemper sebelah kanan fuso itu menyambar mobil Nina, sehingga mobil Nina terdorong ke belakang lima puluh meter dalam keadaan ringsek. "Aaaaa! Mas!" jerit Devita kaget karena melihat tabrakan yang terjadi di hadapan nya. "Ya allah, innalillahi wa innalillahi roji'un! Kamu di sini saja, aku akan melihat siapa korban kecelakaan itu dan memanggil polisi," ucap Rizki sambil mengusap kepala Devita. Rizki bergegas menyebrang jalan. Rupanya bunyi tabrakan yang kencang tadi membuat beberapa warga yang mempunyai rumah di jalanan itu segera keluar dari rumah meskipun pada awalnya masing-masing pintu rumah mereka tertutup karena bersiap tidur. Beberapa orang mulai berkerumun di sekitar mobil Nina dan truk fuso. Dan alangkah terkejutnya Rizki, saat melihat korban yang berada di dalam mobil nahas itu. Tampak tubuh Nina yang bersandar di balik kemudi dalam keadaan terpejam. Bemper mobil depan Nina ringsek dan menje

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 59 B

    Nina dengan cepat mengetik nomor yang tertera di poster itu lalu menelepon nya. "Halo, dengan toko Rizki di sini. Ada yang bisa dibantu?"Terdengar suara lelaki ramah di seberang telepon. Nina yang baru saja berganti nomor ponsel sangat yakin jika suara itu adalah suara Rizki, mantan suaminya. "Halo, Kak, saya butuh beberapa cemilan dan bahan makanan untuk ngegrill. Bisa diantar kan ke alamat saya?" tanya Nina. Jantung nya berdebar kencang. Berharap Rizki tidak mengenali suaranya lagi. Di seberang telepon, Rizki terdiam. Dia memang sudah lama tidak berkomunikasi dengan Nina, tapi dia yakin jika suara yang didengar nya saat ini adalah suara Nina, mantan istri nya. 'Wah, sepertinya ini suara Nina. Jangan - jangan dia merencanakan sesuatu pada ku atau Devita,' batin Rizki. 'Sebaiknya aku ikuti saja permainan Nina. Awas saja kalau dia sampai berbuat aneh- aneh pada Devita,' sambung Rizki dalam hati. "Oh, ya. Kami memang melayani pembelian secara COD. Jadi apa saja yang ingin dibeli?

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 59 A

    Wajah Rizki terlihat keruh saat bersiap untuk membuka toko. "Kamu kenapa, Yang? Ada masalah? Kok mukanya ditekuk gitu?" tanya Devita. Dia menumpuk piring kotor setelah mereka makan dan mengumpulkannya di dalam wastafel. "Aku baru dapat pesan dari pengacara kalau kasus Nina berhasil saat naik banding di pengadilan. Dan sekarang dia bebas," ujar Rizki sambil menghela napas panjang. Gerakan Devita yang sedang membasuh piring dengan sabun menjadi terhenti. Dia menggigil sesaat. Teringat saat Nina yang menyuruh preman untuk menganggu dan menculiknya. Untung saja waktu itu Rizki berhasil menyelamatkan kehormatan nya. Kalau saja saat itu Rizki telat datang, Devita bahkan tidak berani untuk membayangkan nya. "Aku takut, Mas. Bagaimana kalau Nina mengincar kebahagiaan kita lagi?" tanya Devita terdiam di depan wastafel. Rizki yang hendak menuruni anak tangga untuk ke lantai bawah, membalikkan badan dan memeluk Devita erat. "Aku tidak akan membiarkan Nina mengambil kebahagiaan kita, Yang.

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 58 B

    Pengacara nya menghela napas panjang, berpikir sejenak. "Bukan kapasitas saya untuk bicara. Mbak Nina lihat saja sendiri saat pulang nanti, sekarang mbak Nina pulang saja dulu," ujar pengacara Nina. Nina mengangguk, lalu tersenyum dan menoleh sejenak ke arah sel tempat dia dikurung kemarin. Telihat para perundungnya yang menatap Nina dengan rasa kesal. Nina yang tampak kurus dan terlihat dekil karena mengalami penganiayaan di dalam penjara oleh teman satu selnya, menatap ke arah teman- teman satu selnya dengan penuh dendam. Dia lalu mengacungkan jari tengah ke arah mereka, kemudian bergegas pergi. ***"Ini rumah siapa, Pak??" tanya Nina pada pengacara nya. "Ini rumah kamu, mbak Nina," ujar pengacara nya membuat Nina semakin bingung. "Bukan! Rumahku gede, Pak! Bukan kecil seperti ini!" ujar Nina seraya menggelengkan kepalanya. "Masuk saja dulu, Mbak Nina. Ada orang tua kamu di dalam," ujar pengacara nya mempersilahkan. Nina pun berjalan sampai ke arah teras rumahnya, dia lalu m

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 58 A

    Devita terbangun saat mencium aroma nasi goreng yang lezat. Dia lantas duduk di ranjang sejenak lalu merenggang kan kedua tangan nya ke atas dan menuju ke kamar mandi. Usai sikat gigi, cuci muka dan berganti pembalut, dia menuju ke dapur yang berseberangan dengan kamar nya dan melihat Rizki yang sedang mengaduk masakannya di wajan. Devita menatap nya dengan takjub. Tampak Rizki menuangkan minyak cabai ke dalam wajan berisi nasi goreng lalu menggoyang - goyangkan pegangan wajannya dengan ahli dan tampak api dari kompor yang menjilat sampai ke wajan. "Wihh, bisa begitu ya?" tanya Devita takjub. Rizki menoleh ke arah istrinya. "Hei, kamu sudah bangun, Yang? Duduk gih, aku sedang memasak sarapan kita. Nasi goreng hitam! Ini pakai aneka seafood dan tinta cumi-cumi lho! Rasa pedas kesukaan kamu!" ujar Rizki tersenyum. Devita terdiam dan menatap sang suami penuh cinta. Bukannya menuruti instruksi suaminya untuk duduk, Devita justru mendekat ke arah Rizki dan memeluk nya dari arah belak

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 57 B

    Saat langkah Rizki mendekat ke arah pohon tempat Adi bersembunyi, Adi segera berdiri lalu mengayunkan pisaunya ke arah Rizki. "Hiyaaat! Ma ti kamu, Rizki!" seru Adi sambil membabi buta mengayunkan pisaunya ke arah Rizki. Buaakkh! "Aarrghhh!"Alih - alih bisa melukai Rizki dengan ayunan pisau nya, tangan Adi justru terkena hantaman dahan pohon yang dibawa oleh Rizki. Adi berteriak saat pergelangan tangannya terasa patah terkena hantaman dahan pohon yang dibawa oleh Rizki. Kedua lelaki yang pernah menjadi sepasang sahabat itu pun berhadapan dengan sengit. Adi menggerak - gerakkan tangan kanannya yang terkena hantaman dahan pohon. 'Untung saja tidak patah,' batin Adi. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari pisau lipatnya yang terjatuh ke entah dimana. 'Duh, dimana pula pisau ku tadi!? Bagaimana mungkin aku melawan Rizki hanya dengan tangan kosong?' batin Adi panik. Tapi dia tetap berusaha untuk bersikap tenang. "Menyerahlah saja, Di! Bertanggungjawab lah atas segala hal yang te

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 57 A

    Warning : Adegan gore! "Mampus saja kamu, Riz!" seru Adi sambil mendorong pisau di tangannya semakin mendekat ke arah perut Rizki dan Rizki pun sekuat tenaga menahan pisau Adi, dan dalam gerakan dorong- mendorong itu, tangan Rizki tanpa sengaja menekuk dan membalikkan arah tangan Adi, sehingga pisau Adi menghujam perut nya sendiri. "Aaarghh!" Adi berseru bertepatan dengan darah yang mengalir dari perutnya. Rizki dan Adi saling mendelik dalam diam. Cengkeraman tangan Rizki melonggar, sehingga genggamannya pada tangan Adi melemah. Adi berdiri terhuyung dan memegangi perutnya yang tertusuk pisau yang dipegangnya sendiri. Rizki membalikkan badannya dan perhatian nya tertuju pada Devita yang sudah terlepas dari tali yang mengikat tangannya dan lakban yang menutup mulut nya. "Mas!" seru Devita menghambur ke arah Rizki. Rizki dan Devita berpelukan dengan berurai air mata. "Kamu nggak apa- apa kan?" tanya Rizki sambil membingkai wajah istri nya dengan cemas. Devita menggeleng. "Alhamd

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 56 B

    "Kenapa kamu nggak lapor polisi, Riz?" tanya teman pemilik gym nya dengan prihatin. Rizki menghela napas panjang. "Sudah. Tapi kata polisi harus menunggu 1x24 jam. Kecuali memang ada bukti ancaman."Teman Rizki berpikir sejenak. "Kalau begitu, apa tidak mungkin istri kamu pergi ke rumah temannya? Lalu HP nya rusak, sehingga dia tidak bisa menelepon kamu?" tanya teman Rizki.Rizki menggeleng."Tidak mungkin! Devita sangat hapal nomor HP ku. Jadi kalau dia memang harus menginap di rumah temannya dan HP nya rusak, dia pasti akan meninjam HP temannya untuk menghubungiku," ujar Rizki. "Kalau HP Devita tidak aktif dan dia juga tidak menghubungi ku, berarti kemungkinan nya hanya satu. Istriku sedang dalam bahaya. Kemungkinan dia diculik orang atau sedang dalam bahaya. Aku butuh bantuan kamu dan Falcon," sambung Rizki lagi. Temannya manggut-manggut. "Kita harus menyediakan alat untuk membela diri, Riz," ujar Johan. Dia lalu masuk ke dalam rumah dan membawa keluar semprotan merica, pisau

DMCA.com Protection Status