Share

sepulangnya 48 A

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Devita melihat kepergian mamanya dengan mama Adi, lalu memeluk Rizki.

"Mas, kenapa kamu membiarkan mama untuk bertukar dengan mobil kita!?" tanya Devita cemberut. "Kan kita jadi terlambat ke Malang!?" sambung Devita lagi.

Rizki tersenyum dan menatap sang istri.

"Nggak apa - apa, Sayang, kita bisa memanggil tukang bengkel langgananku untuk memeriksa ban mobil mama, kemudian kita bisa langsung berangkat ke Malang," sahut Rizki.

Devita tersenyum, "oke, Mas. Kalau begitu kamu panggilkan tukang bengkel langganan kamu dulu, dan aku akan membuatkan kamu kopi," ujar Devita. Dia baru saja berbalik meninggalkan Rizki, saat suaminya itu memanggilnya kembali.

"Tunggu sebentar, Yang."

Devita lalu menoleh ke arah suaminya.

"Ada apa Mas? Apa ada yang ingin kamu bicarakan lagi?" tanya Devita, Rizki menggeleng.

"Hm, sepertinya lebih baik kamu buatkan kopi untuk 3 orang. Biasanya orang bengkel kalau datang ke rumah on called dua orang. Jadi satu cangkir untukku, dan dua cangkir un
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 48 B

    Jantung Adi berdebar lebih kencang dan sangat khawatir jika mamanya benar-benar menaiki mobil Devita. "Papa baru saja menelepon Mama, katanya mama mau keluar kota sebentar dengan mamanya Devita untuk healing dan refreshing. Memang nya kenapa, Di?" tanya Papa nya balik. "Oh gitu, tapi tadi katanya Adi dengar kalau mama naik mobil Devita karena mobilnya mamanya Devita ban nya kempes. Apa benar, Pa?" tanya Adi memastikan. "Iya benar. Mama dan Mamanya Devita memang jalan-jalan ke luar kota memakai mobilnya Devita. Memangnya kenapa, Di?" tanya papanya heran. Bagai dihantam batu sebesar gunung, jantung Adi seakan berhenti berdetak. Wajah Adi memucat. "Astaga! Papa, Adi baru ingat jika ada urusan di kafe saat ini," ujar Adi. Dia pun segera melesat meninggalkan restoran Papanya. Awalnya dia ke restoran papanya karena ingin menanyakan beberapa resep makanan yang ada di restoran sang ayah. Tapi masalah itu tidak terlalu penting dibandingkan dengan nyawa Mamanya. Dengan tergesa, Adi sege

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 49 A

    "Alhamdulillah, mobilnya sudah siap," gumam Rizki. Dia tersenyum dan menyalami kedua tukang bengkel yang telah mengganti ban mobilnya. "Ini notanya, Pak Rizki," ujar salah satu tukang sambil menyerahkan nota penggantian ban mobil. Rizki menatap nota itu sekilas, lalu mengambil uang dari dalam dompetnya lalu menyerahkan nya pada kedua tukang bengkel. "Terimakasih telah datang kemari, Pak. Mari kopinya diminum dulu," ujar Rizki mempersilahkan kedua lelaki di hadapannya untuk meminum kopi yang telah disediakan oleh Devita. Setelah berbasa - basi sejenak, kedua tukang bengkel tersebut pun berpamitan. Rizki lalu naik ke lantai atas dan memanggil Devita. "Yang, sudah siap belum? Yuk, berangkat! Koper - koper kita kan sudah siap di bawah," ujar Rizki. Devita yang baru saja menyisir rambut panjang sepunggungnya mengangguk. Dia lalu memasukkan sisir mungil berukuran bulatnya ke dalam tas jinjing nya. Dan mengambil jepitan rambut lalu menguncir rambutnya ala messybun, dan menampilkan lehe

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 49 B

    "Yang, wajah kamu kok kayak ibu - ibu sih?" tanya Rizki membuat Devita seketika menoleh dan mendelik pada suami nya. "Hah, masa, Mas? Masa wajah aku kayak ibu - ibu?" tanya Devita panik. Dia membuka kaca jendela mobil dan mengaca di spion nya. "Ya, iyalah, wajah kamu kayak ibu - ibu, kan memang calon ibu dari anak-anak kita nanti," ujar Rizki tersenyum lebar. Sementara itu Devita hanya bisa menghela napas panjang karena kehilangan kata - kata untuk menghadapi tingkah suami nya. ***"Astaghfirullah! Ada kecelakaan! Segera telepon polisi!" ujar beberapa pengguna jalan yang melihat mobil Devita yang dikendarai oleh mamanya dan mama Adi menabrak sebatang pohon besar. Orang - orang yang berkerumun di jalanan, segera berkerumun. Beberapa orang lainnya segera menghubungi polisi. Beberapa yang lain segera menghubungi ambulance rumah sakit terdekat. Tanpa menunggu waktu lama, mama Devita dan Mama Adi telah dievakuasi dari mobil Devita yang telah ringsek itu. Ambulance segera membawa kedu

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 50 A

    "Mas! Ayo pulang! Mama... Mama kecelakaan, Mas! Huhuhuhu!"Rizki menatap ke arah Devita dengan pandangan tak percaya. "Jangan bercanda, Sayang! Tadi pagi mama kan masih sehat saat tukar mobil dengan kita?" tanya Rizki. "Ini, Mas! Kamu baca sendiri chat dari adikku dan papa," ujar Devita sambil menangis di dada bidang Rizki. Rizki mengelus rambut panjang Devita dengan iba. Dia sudah merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang tua. "Innalillahi wa innalillahi roji'un! Ayo kita pulang sekarang," ajak Rizki. Sebenarnya sejak semalam dia sudah membooking hotel bintang tiga di tengah - tengah kota malang. Hotel yang dekat dengan berbagai tempat wisata, berharap dia akan menikmati manisnya pernikahan dengan Devita. Tapi ternyata manusia memang hanya bisa berencana, dan Tuhan lah yang menentukan. Rizki masuk kembali ke dalam mobil, diikuti dengan Devita. Baru saja dia duduk di samping Rizki dan memasang sabuk pengaman, ponsel Devita berdering nyaring. Dengan segera, Devita menggeser la

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 50 B

    Rahang Rizki mengeras. Dia sebenarnya sudah mempunyai satu nama untuk dikantongi. Tapi tentu saja tanpa bukti, dia tidak dapat menuduhnya sembarangan. "Aku... Kenapa aku berpikir kalau Adi yang telah melakukan nya?" tanya Rizki seraya sesekali menoleh ke arah Devita yang juga tampak sedang berpikir keras. "Mas Adi? Tidak mungkin, Mas. Apa dia tega menyakiti bahkan membu nuh mamanya sendiri?" tanya Devita tidak percaya. Rizki terdiam. Pikiran Devita benar. Sejahat- jahatnya seseorang pada orang lain, sepertinya tidak akan sampai hati untuk melakukan kejahatan yang disengaja pada keluarga terutama pada ibunya sendiri. "Hm, bagaimana kalau misalnya Adi merusak rem mobil kamu tanpa tahu jika mama nya dan mama kamu yang akan menaiki mobil kamu?" tanya Rizki perlahan. Sebenarnya dia tidak suka dengan pikiran nya yang memojokkan 'sahabat' nya sendiri, tapi dari peristiwa yang telah dialaminya selama ini, hanya Adi lah satu - satunya orang yang mungkin melakukan hal kejam di luar nalar it

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 51 A

    Devita tiba di rumah sakit dan langsung menuju ke kamar mamanya yang sedang dirawat. "Dev!" seru papanya lirih sambil memeluk anak keduanya. "Papa! Bagaimana keadaan mama?!" tanya Devita cemas, dia melepas kan pelukan papanya dan mendekat ke ranjang mamanya. Rizki lalu menyalami dan mencium punggung tangan papanya dengan takzim. "Maafkan Rizki, Pa. Rizki tidak tahu jika mobil milik Devita tenyata bermasalah," ujar Rizki lirih. Mau tak mau dia ikut merasa bersalah karena tidak memeriksa mobil Devita sebelum menukarkan nya dengan mobil sang mertua. Papa Devita menepuk pelan punggung Rizki. Lelaki tua itu menghela napas panjang. "Itu bukan salah kamu. Kamu juga tidak tahu kalau mama akan menukar kan mobil. Kamu juga tidak tahu kalau minyak remnya dirusak, ini musibah. Sekarang yang harus kita cari adalah siapa yang telah tega melakukan sabotase seperti itu," ujar papa Devita. "Kami telah memeriksa rekaman CCTV di ponsel saya dari sejak mobil Devita terparkir di halaman ruko sampai

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 51 B

    "Kamu makan saja gih. Kamu kan belum makan siang," ujar Rizki. Devita menggeleng. "Kamu juga belum makan siang. Kamu aja yang makan. Aku nggak lapar," sahut Devita sambil mengulur kan nampan berisi makanan ke arah Rizki. Rizki melihat ke arah makanan yang tersaji. Ada sop ayam dengan wortel dan makaroni serta ayam goreng. Melihat hal itu, timbul lah ide Rizki. "Sekarang coba tebak, apa bedanya kamu dan sop ayam ini?" tanya Rizki pada Devita. Devita yang sedari tadi merasa lemas dan tidak bersemangat menjadi antusias. "Aku manusia, sop ayam ini kan makanan. Ya kan?" tanya Devita. Rizki menggeleng kan kepalanya. "Hm, salah! Kalau sop ayam ini makan siang, kalau kamu... makin sayang!" ujar Rizki, membuat senyum Devita terkembang. "Kamu bisa saja, Mas.""Nah, gitu. Tersenyum dan selalu positif thinking ya, Yang. Aku akan selalu menemani kamu dalam segala kondisi. Aku tuh sayang banget sama kamu," sahut Rizki mencoba menguatkan istrinya. Devita mengangguk pelan. "Sekarang, coba t

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 52 A

    Beberapa saat sebelum nya, 'Astaga, ini pasti perbuatan mas Adi. Untung saja aku tidak membawa HP, kalau aku bisa selamat, aku akan memberitahu kan semua kejahatan Mas Adi pada mas Rizki dan polisi lalu meminta pengampunan nya,' batin Dedi terakhir kali sebelum akhirnya dia pun pingsan. Entah berapa lama Dedi pingsan saat dia merasa guyuran air menyiram tubuh nya. "Byuuurrr!" "Hhhhh!" Dedi megap - megap saat tetesan air itu mengenai wajahnya. Dengan perlahan, dia membuka mata lalu menatap ketiga lelaki berpakaian serba hitam dan ber masker di hadapan nya. Dedi menggerak - gerakkan tangannya, dan merasa kan kedua tangannya sakit karena diikat dengan tali tambang ke belakang kursi. "Heh! Mana HP kamu!" seru salah seorang penculiknya. Dedi melihat ketiga penculiknya lalu tertawa. "Hahaha! Kalian miskin ya?! Sampai HP saja enggak punya?" ejek Dedi. Padahal dia hanya berpura-pura berani agar dia dapat hidup lebih lama. "Heh! Berani - beraninya kamu mengejek kami! Cep

Bab terbaru

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 60 B (tamat)

    Tiga bulan berlalu sejak kematian Nina, Rizki dan Devita mulai mempersiapkan acara resepsi mereka. "Jadi tokonya akan tutup selama berapa hari, Bos?" tanya salah satu karyawan Rizki. "Tiga hari, mulai besok ya."Karyawan Rizki mengangguk. Dia tetap memandang Rizki seperti sedang memikirkan sesuatu. "Bos, hm, sebenarnya saya ingin menyampaikan sesuatu. Tapi takut dan ragu," ujar karyawan Rizki. "Bilang saja, saya sudah jinak kok," sahut Rizki sambil tertawa. "Kemaren saya menjenguk Dedi di penjara. Dia kan dipenjara setahun. Ada bukti bahwa dia hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh almarhum mas Adi. Papanya mas Adi pun juga tidak keberatan dengan hukuman itu padahal sudah membuat istrinya meninggal. Karena bapaknya mas Adi bilang ke Dedi kalau bapak nya mas Adi ngerasa bersalah sudah gagal mendidik anak sehingga mengakibatkan orang lain di penjara juga," ujar karyawan Rizki. "Lalu apa hubungannya dengan ku?" tanya Rizki bingung. Dia memandang ke arah Devita yang duduk di s

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 60 A

    Fuso itu juga mengerem mendadak agar tidak menabrak mobil Nina, namun terlambat, bemper sebelah kanan fuso itu menyambar mobil Nina, sehingga mobil Nina terdorong ke belakang lima puluh meter dalam keadaan ringsek. "Aaaaa! Mas!" jerit Devita kaget karena melihat tabrakan yang terjadi di hadapan nya. "Ya allah, innalillahi wa innalillahi roji'un! Kamu di sini saja, aku akan melihat siapa korban kecelakaan itu dan memanggil polisi," ucap Rizki sambil mengusap kepala Devita. Rizki bergegas menyebrang jalan. Rupanya bunyi tabrakan yang kencang tadi membuat beberapa warga yang mempunyai rumah di jalanan itu segera keluar dari rumah meskipun pada awalnya masing-masing pintu rumah mereka tertutup karena bersiap tidur. Beberapa orang mulai berkerumun di sekitar mobil Nina dan truk fuso. Dan alangkah terkejutnya Rizki, saat melihat korban yang berada di dalam mobil nahas itu. Tampak tubuh Nina yang bersandar di balik kemudi dalam keadaan terpejam. Bemper mobil depan Nina ringsek dan menje

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 59 B

    Nina dengan cepat mengetik nomor yang tertera di poster itu lalu menelepon nya. "Halo, dengan toko Rizki di sini. Ada yang bisa dibantu?"Terdengar suara lelaki ramah di seberang telepon. Nina yang baru saja berganti nomor ponsel sangat yakin jika suara itu adalah suara Rizki, mantan suaminya. "Halo, Kak, saya butuh beberapa cemilan dan bahan makanan untuk ngegrill. Bisa diantar kan ke alamat saya?" tanya Nina. Jantung nya berdebar kencang. Berharap Rizki tidak mengenali suaranya lagi. Di seberang telepon, Rizki terdiam. Dia memang sudah lama tidak berkomunikasi dengan Nina, tapi dia yakin jika suara yang didengar nya saat ini adalah suara Nina, mantan istri nya. 'Wah, sepertinya ini suara Nina. Jangan - jangan dia merencanakan sesuatu pada ku atau Devita,' batin Rizki. 'Sebaiknya aku ikuti saja permainan Nina. Awas saja kalau dia sampai berbuat aneh- aneh pada Devita,' sambung Rizki dalam hati. "Oh, ya. Kami memang melayani pembelian secara COD. Jadi apa saja yang ingin dibeli?

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 59 A

    Wajah Rizki terlihat keruh saat bersiap untuk membuka toko. "Kamu kenapa, Yang? Ada masalah? Kok mukanya ditekuk gitu?" tanya Devita. Dia menumpuk piring kotor setelah mereka makan dan mengumpulkannya di dalam wastafel. "Aku baru dapat pesan dari pengacara kalau kasus Nina berhasil saat naik banding di pengadilan. Dan sekarang dia bebas," ujar Rizki sambil menghela napas panjang. Gerakan Devita yang sedang membasuh piring dengan sabun menjadi terhenti. Dia menggigil sesaat. Teringat saat Nina yang menyuruh preman untuk menganggu dan menculiknya. Untung saja waktu itu Rizki berhasil menyelamatkan kehormatan nya. Kalau saja saat itu Rizki telat datang, Devita bahkan tidak berani untuk membayangkan nya. "Aku takut, Mas. Bagaimana kalau Nina mengincar kebahagiaan kita lagi?" tanya Devita terdiam di depan wastafel. Rizki yang hendak menuruni anak tangga untuk ke lantai bawah, membalikkan badan dan memeluk Devita erat. "Aku tidak akan membiarkan Nina mengambil kebahagiaan kita, Yang.

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 58 B

    Pengacara nya menghela napas panjang, berpikir sejenak. "Bukan kapasitas saya untuk bicara. Mbak Nina lihat saja sendiri saat pulang nanti, sekarang mbak Nina pulang saja dulu," ujar pengacara Nina. Nina mengangguk, lalu tersenyum dan menoleh sejenak ke arah sel tempat dia dikurung kemarin. Telihat para perundungnya yang menatap Nina dengan rasa kesal. Nina yang tampak kurus dan terlihat dekil karena mengalami penganiayaan di dalam penjara oleh teman satu selnya, menatap ke arah teman- teman satu selnya dengan penuh dendam. Dia lalu mengacungkan jari tengah ke arah mereka, kemudian bergegas pergi. ***"Ini rumah siapa, Pak??" tanya Nina pada pengacara nya. "Ini rumah kamu, mbak Nina," ujar pengacara nya membuat Nina semakin bingung. "Bukan! Rumahku gede, Pak! Bukan kecil seperti ini!" ujar Nina seraya menggelengkan kepalanya. "Masuk saja dulu, Mbak Nina. Ada orang tua kamu di dalam," ujar pengacara nya mempersilahkan. Nina pun berjalan sampai ke arah teras rumahnya, dia lalu m

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 58 A

    Devita terbangun saat mencium aroma nasi goreng yang lezat. Dia lantas duduk di ranjang sejenak lalu merenggang kan kedua tangan nya ke atas dan menuju ke kamar mandi. Usai sikat gigi, cuci muka dan berganti pembalut, dia menuju ke dapur yang berseberangan dengan kamar nya dan melihat Rizki yang sedang mengaduk masakannya di wajan. Devita menatap nya dengan takjub. Tampak Rizki menuangkan minyak cabai ke dalam wajan berisi nasi goreng lalu menggoyang - goyangkan pegangan wajannya dengan ahli dan tampak api dari kompor yang menjilat sampai ke wajan. "Wihh, bisa begitu ya?" tanya Devita takjub. Rizki menoleh ke arah istrinya. "Hei, kamu sudah bangun, Yang? Duduk gih, aku sedang memasak sarapan kita. Nasi goreng hitam! Ini pakai aneka seafood dan tinta cumi-cumi lho! Rasa pedas kesukaan kamu!" ujar Rizki tersenyum. Devita terdiam dan menatap sang suami penuh cinta. Bukannya menuruti instruksi suaminya untuk duduk, Devita justru mendekat ke arah Rizki dan memeluk nya dari arah belak

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 57 B

    Saat langkah Rizki mendekat ke arah pohon tempat Adi bersembunyi, Adi segera berdiri lalu mengayunkan pisaunya ke arah Rizki. "Hiyaaat! Ma ti kamu, Rizki!" seru Adi sambil membabi buta mengayunkan pisaunya ke arah Rizki. Buaakkh! "Aarrghhh!"Alih - alih bisa melukai Rizki dengan ayunan pisau nya, tangan Adi justru terkena hantaman dahan pohon yang dibawa oleh Rizki. Adi berteriak saat pergelangan tangannya terasa patah terkena hantaman dahan pohon yang dibawa oleh Rizki. Kedua lelaki yang pernah menjadi sepasang sahabat itu pun berhadapan dengan sengit. Adi menggerak - gerakkan tangan kanannya yang terkena hantaman dahan pohon. 'Untung saja tidak patah,' batin Adi. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari pisau lipatnya yang terjatuh ke entah dimana. 'Duh, dimana pula pisau ku tadi!? Bagaimana mungkin aku melawan Rizki hanya dengan tangan kosong?' batin Adi panik. Tapi dia tetap berusaha untuk bersikap tenang. "Menyerahlah saja, Di! Bertanggungjawab lah atas segala hal yang te

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 57 A

    Warning : Adegan gore! "Mampus saja kamu, Riz!" seru Adi sambil mendorong pisau di tangannya semakin mendekat ke arah perut Rizki dan Rizki pun sekuat tenaga menahan pisau Adi, dan dalam gerakan dorong- mendorong itu, tangan Rizki tanpa sengaja menekuk dan membalikkan arah tangan Adi, sehingga pisau Adi menghujam perut nya sendiri. "Aaarghh!" Adi berseru bertepatan dengan darah yang mengalir dari perutnya. Rizki dan Adi saling mendelik dalam diam. Cengkeraman tangan Rizki melonggar, sehingga genggamannya pada tangan Adi melemah. Adi berdiri terhuyung dan memegangi perutnya yang tertusuk pisau yang dipegangnya sendiri. Rizki membalikkan badannya dan perhatian nya tertuju pada Devita yang sudah terlepas dari tali yang mengikat tangannya dan lakban yang menutup mulut nya. "Mas!" seru Devita menghambur ke arah Rizki. Rizki dan Devita berpelukan dengan berurai air mata. "Kamu nggak apa- apa kan?" tanya Rizki sambil membingkai wajah istri nya dengan cemas. Devita menggeleng. "Alhamd

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 56 B

    "Kenapa kamu nggak lapor polisi, Riz?" tanya teman pemilik gym nya dengan prihatin. Rizki menghela napas panjang. "Sudah. Tapi kata polisi harus menunggu 1x24 jam. Kecuali memang ada bukti ancaman."Teman Rizki berpikir sejenak. "Kalau begitu, apa tidak mungkin istri kamu pergi ke rumah temannya? Lalu HP nya rusak, sehingga dia tidak bisa menelepon kamu?" tanya teman Rizki.Rizki menggeleng."Tidak mungkin! Devita sangat hapal nomor HP ku. Jadi kalau dia memang harus menginap di rumah temannya dan HP nya rusak, dia pasti akan meninjam HP temannya untuk menghubungiku," ujar Rizki. "Kalau HP Devita tidak aktif dan dia juga tidak menghubungi ku, berarti kemungkinan nya hanya satu. Istriku sedang dalam bahaya. Kemungkinan dia diculik orang atau sedang dalam bahaya. Aku butuh bantuan kamu dan Falcon," sambung Rizki lagi. Temannya manggut-manggut. "Kita harus menyediakan alat untuk membela diri, Riz," ujar Johan. Dia lalu masuk ke dalam rumah dan membawa keluar semprotan merica, pisau

DMCA.com Protection Status