Home / Pernikahan / Hanya Wanita Pengganti / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Hanya Wanita Pengganti : Chapter 21 - Chapter 30

195 Chapters

Bab 21. Tidak Akan Pernah Melepasmu

Mateo melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesaat dia melirik Miracle yang tengah melihat ke luar jendela. Sejak kejadian kemarin baik dia dan Miracle tidak mengatakan sepatah katapun. Mereka hanya berbicara seperlunya. Jujur saja ada rasa bersalah dalam hati Mateo, dia hanya takut melukai hati Miracle."Miracle," panggil Mateo dengan suara dingin dan raut wajah datar. Tatapannya kembali teralih ke depan."Ya?" Miracle mengalihkan pandangannya, menatap Mateo."Hari ini kau istirahat saja di rumah. Aku akan ke kantor sendiri," ujar Mateo.Miracle mengangguk sebagai jawaban. Terlihat Miracle enggan untuk berucap. Lebih tepatnya, dia tidak tahu harus berkata apa."Miracle, untuk kejadian kemarin." Mateo menjeda, kemudian menghembuskan napas kasar. "Aku minta maaf. Tapi apa yang terjadi tidak sepenuhnya salah. Keluargaku membutuhkan keturunan. Kau tahu aku adalah anak tunggal. Sudah sejak lama keluargaku mengharapkan keturunan dariku."Ya, Mateo memilih untuk mengatakan itu pada Mi
Read more

Bab 22. Hari Pertama Bekerja

"Tuan Mateo..." sapa seorang pelayan seraya menundukan kepalanya kala melihat Mateo masuk ke dalam rumah."Apa Miracle sudah tidur?" tanya Mateo dingin pada sang pelayan yang berdiri di hadapannya."Nyonya tadi berada di ruang perpustakaan. Terakhir saya lihat Nyonya memainkan piano," jawab sang pelayan memberitahu."Memainkan piano?" Alis Mateo bertautan, dan menatap dingin sang pelayan. "Miracle bisa bermain piano?"Sang pelayan mengangguk. "Bisa, Tuan. Saya mendengar permainan piano Nyonya Miracle sangat indah.""Aku akan ke sana." Mateo melangkahkan kakinya, menuju ruang perpustakaan yang berada di lantai tiga. Sesaat dia melirik arloji, kini sudah pukul 12 malam. Ya, sejak pertengkarannya terakhir dengan Miracle, Mateo memilih untuk tidak langsung pulang ke rumah. Dia memilih untuk menenangkan dirinya sejenak. Hanya saja, entah kenapa jika dia sudah berada di rumah, dia selalu ingin menanyakan tentang Miracle.Saat tiba di depan ruang perpustakaan, Mateo langsung membuka pintu da
Read more

Bab 23. Apa Kau Cemburu?

Miracle menatap malas berkas-berkas yang diberikan Gustav dan harus segera dia pelajari. Kini Miracle berada di ruang kerjanya yang telah disiapkan oleh Mateo. Ruang kerja cukup nyaman, meski ukurannya tidak terlalu besar. Setidaknya Miracle tidak harus bekerja di ruang yang sama dengan Mateo. Dia lebih baik seperti ini, mempelajari pekerjaannya di ruangannya sendiri."Ah, kenapa banyak sekali!" gerutu Miracle yang mulai lelah membaca berkas-berkas di hadapannya. "Sepertinya pria itu bukan ini mengajariku, tapi dia mengerjaiku. Benar-benar menyebalkan. Kepalaku sakit membaca semua ini."Ya, Miracle sudah tiga jam mempelajari berkas-berkas di hadapannya. Dia pun sudah berkeliling perusahaan Mateo. Dia mengakui De Luca Group, patut dikatakan sebagai perusahan terbesar di Milan, pasalnya sistem bekrja di sini sangatlah ketat. Setiap orang begitu disiplin mengejarkan pekerjaannya."Sudahlah, aku ke kantin saja. Aku sangat lapar." Miracle beranjak berdiri, dia mengambil ponsel dan dompetny
Read more

Bab 24. Dia Heera Amico

Miracle mematut cermin. Dia baru saja selesai berias. Pagi ini Miracle sengaja untuk bangun lebih awal. Banyak hal yang mengganggu pikiran Miracle, hingga membuatnya tadi malam tidak bisa tidur nyenyak.Miracle mengalihkan pandangannya pada sebuah kartu nama yang terletak di atas meja riasnya. Dia mengambil kartu nama itu dan terus menatapnya. Sesaat Miracle mengembuskan napas perlahan, dia tampak begitu ragu.Miracle tengah memegang kartu nama Arsen. Jujur saja, Miracle ingin sekali menghubungi Arsen dari kemarin. Hanya saja, entah kenapa hatinya merasa tidak enak. Tapi jika dia hanya diam dan tidak bertanya pada Arsen, itu akan membuat beban dipikirannya semakin bertambah."Aku harus tetap menghungunginya." Miracle menepis keraguan dalam hatinya, dia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Arsen."Hallo?" sapa Miracle saat panggilan terhubung."Ya? Ini siapa?" tanya Arsen dari seberang line."Arsen, ini aku Miracle. Apa hari ini kau memilki waktu?""Aku berada di kantor.
Read more

Bab 25. Sebuah Kenyataan

"M-Meninggal? Dia meninggal saat Mateo dan Selena bertunangan? Maksudmu Mateo telah berselingkuh dari Selena?" Seketika wajah Miracle berubah. Terlihat wajahnya yang tampak begitu terkejut. Dibenaknya muncul ribuan pertanyaan tentang sosok wanita yang bernama Heera. Berkali-kali Miracle menggelengkan kepalanya, meyakinkan apa yang dia dengar ini salah. Tapi tidak, dia tidak salah. Semuanya dia dengar begitu jelas."Mateo tidak berselingkuh." Arsen menjeda, dia menghembuskan napas kasar dan melanjutkan perkataanya, "Mateo lebih dulu menjalin hubungan dengan Heera. Tapi keluarga Mateo tidak menyukai Heera. Dan Mateo terpaksa menerima perjodohan yang diatur oleh kedua orang tua kalian karena memang sejak awal, Mateo sudah dijodohkan oleh Selena. Pertunangan Mateo dan Selena bisa terjadi karena kedua orang tuanya memaksa. Satu hari sebelum pertunangan, Mateo mengatakan padaku dia berjanji pada Heera perjodohannya haanya pura-pura. Tapi aku tahu, tidak mudah menjadi Heera. Dia tidak mungki
Read more

Bab 26. Tidak Akan Pernah Tergantikan

Miracle duduk di sofa kamar dengan pikiran yang menerawang ke depan. Setelah mengetahui semuanya dia berusaha untuk bersikap seperti biasa. Tapi nyatanya, dia tidak bisa. Ada rasa yang mengganjal di hatinya. Jujur, hatinya begitu terluka. Tidak pernah Miracle sangka, hidupnya akan seperti ini. Dia bagaikan hidup dalam sebuah mimpi buruk. Hanya saja, dia tidak pernah tahu kapan mimpi buruk ini berakhir."Miracle? Hari ini kau tidak ke kantor? Apa kau ingin aku panggilan dokter?" Mateo berdiri di ambang pintu, dia mengerutkan keningnya kala melihat Miracle tengah melamun. Kemudian, dia mendekat ke arah Miracle. "Kau sakit?" tanyanya dengan nada sedikit khawatir namun tetap menunjukan sikap dinginnya."Kau belum berangkat?" Miracle sedikit terkejut melihat Mateo berdiri di hadapannya. Pria itu sudah mengenakan jas formal kantor. Miracle pikir, dia sudah berangkat. Tapi kenyataanya, Mateo masih belum berangkat."Apa kau sakit?" tanya Mateo lagi."Tidak, aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh
Read more

Bab 27. Keributan

Suara detuman musik terdengar memekak telinga. Suasana di Venus Milano night klub begitu ramai pengunjung. Tampak dua wanita cantik yang duduk di hadapan bartender tengah menimun vodka yang ada di tangan mereka. Salah satu dari wanita di sana, terlihat begitu memiliki beban yang berat. Bahkan berkali-kali wanita itu meminta bartender memberikannya vodka."Miracle, bisakah kau berhenti minum? Kenapa kau menyiksa dirimu sendiri?" Charlotte yang duduk di samping Miracle, dia hampir frustasi pada sepupunya itu. Ya, malam ini Miracle meminta dirinya untuk menemani ke klub malam. Tapi yang didapatkan Charlotte hanya melihat sepupunya menangis dan meminum banyak alkohol. Bahkan Charlotte sudah tidak bisa lagi menghitung berapa banyak alkohol yang sudah diminum oleh Miracle."Charlotte." Miracle meletakan gelas sloki di tangannya ke atas meja. Dengan wajah yang tampak begitu kacau dan mata yang memerah, dia menatap Charlotte. "Menurutmu, apa kurangnya diriku? Apa aku ini tidak cantik? Apa aku
Read more

Bab 28. Cara Membuatmu Patuh

BrakkkkMateo membanting tubuh Miracle ke ranjang. Tatapannya terus menatap tajam Miracle. Bahka dia tidak memedulikan Miracle yang merintih kesakitan. Mateo sengaja membawa Miracle ke sebuah hotel terdekat dengan klub malam. Tidak mungkin dia membawa istrinya itu ke rumah, mengingat jarak klub malam dan rumah mereka cukup jauh."Mateo, apa kau sudah kehilangan akal sehatmu! Kenapa kau membawaku ke sini?" Miracle mengelus lengannya, menahan sakit kala Mateo membanting tubuhnya di ranjang."Kau yang sudah kehilangan akal sehatmu!" seru Mateo meninggikan suaranya.Dengan susah payah, Miracle beranjak berdiri. Meski dia sedikit mabuk tapi dia masih cukup kuat untuk berdiri. Kini Miracle menatap Mateo dengan tatapan yang tajam. "Kenapa kau marah? Katakan padaku kenapa kau selalu marah tidak jelas seperti ini? Jangan membuatku bingung, Mateo! Sebenarnya apa yang kau inginkan?""Aku berhak marah! Aku adalah suamimu! Kau keluar semalam ini, bagaimana jika ayahmu tahu, Miracle? Bukankah aku m
Read more

Bab 29. Kesepakatan Baru

Sinar matahari pagi menembus jendela, menyentuh wajah Miracle. Perlahan Miracle yang tengah tertidur pulas, mulai membuka matanya kala merasakan silaunya matahari yang menyentuh wajahnya. Kini Miracle mengerjapkan matanya beberapa kali, dia menyitkan matanya kala melihat dirinya berada di sebuah kamar asing. Miracle hendak bergerak, namun tiba-tiba saat Miracle bergerak dia merasa ada tangan kokoh yang melingkar dipinggangnya. Miracle langsung menoleh ke samping. Raut wajah Miracle berubah kala melihat sosok pria yang tertidur di sampingnya dengan tubuh polos yang terbalut oleh selimut tebal."Akh-" Miracle menjerit keras. Wajahnya berubah menjadi panik. Terlebih dia melihat tubuhnya pun tidak memakai sehelai benangpun. Dia hanya terbalut oleh selimut tebal. Dan dada yang dipenuhi dengan bercak kemerahan."Mateo, sialan! Kau apakan aku!" Miarcle kembali berteriak seraya memukul lengan kekar Mateo."Kenapa kau berisik sekali, Miracle! Ini masih pagi!" Terpaksa Mateo membuka matanya, d
Read more

Bab 30. Mengunjungi Rumah Mertua

Suara dering ponsel memecahkan keheningan di dalam mobil. Mateo yang tengah fokus menyetir, dia mengalihkan pandangannya pada ponsel yang terus berdering itu. Awalnya dia mengabaikan telepon itu, namun Miracle langsung memintanya untuk menjawab. Dengan malas Mateo mengambil ponselnya—dia menatap ke layar. Seketika raut wajah Mateo berubah menjadi kesal kala melihat nomor Orina, Ibunya yang muncul di layar ponselnya. Tidak ada pilihan lain, jika dia tidak menjawab telepon itu maka Ibunya akan terus menghubunginya. Kini Mateo menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan."Ya, ada apa?" jawab Mateo dingin saat panggilannya terhubung."Mateo, kau di mana? Tadi Mommy mencoba menghubungi Miracle tapi ponselnya tidak aktif. Apa dia bersama denganmu?" ujar Orina dengan nada cemas dari seberang line."Miracle bersama denganku.""Ah, begitu, Baguslah. Mommy senang mendengarnya. Mommy menghubungimu karena Mommy ingin kau dan Miracle ke rumah. Ada hal yang Mommy ingin sampaikan padamu dan Mira
Read more
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status