Home / Pernikahan / Hanya Wanita Pengganti / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Hanya Wanita Pengganti : Chapter 41 - Chapter 50

195 Chapters

Bab 41 - Memberi Peringatan

"Well, sayangnya Miracle sudah menjadi milikku. Tidak akan ada yang bisa mengambilnya dariku," jawab Mateo dengan seringai di wajahnya.Sean tersenyum sinis mendengar perkayaan Mateo. Kini dia menyandarkan punggungnya di kurs dan tatapnnya terus menatap Mateo dingin. "Jangan terlalu percaya diri. Aku bisa saja mengambil adikku darimu. Aku rasa kau juga tidak pernah mencintai Miracle. Bukankah sejak awal Miracle hanya pengganti Selena yang melarikan diri dari pernikahan kalian.""Meski dia pengganti, tapi dia adalah istriku. Kau suka atau tidak suka dia adalah milikku." Mateo mengambil gelas sloki di hadapannya yang bersikan wine, lalu menyesapnya perlahan. "Jadi lebih baik kau jangan pernah berpikir untuk mengambil istriku.""Mateo De Luca." Sean menjeda, dia tersenyum mengejek ke arah Mateo. "Apa sekarang kau ingin mengatakan padaku kau telah jatuh hati pada adikku? Ternyata, kau begitu mudah melepas Selena, dan jatuh hati pada Miracle. Itu bisa disimpulkan, kau tidak pernah mencinta
Read more

Bab 42 - Under My Control

Pagi hari, Miracle sudah bersiap-siap pergi ke kantor. Kondisi kesehatan Miracle sudah mulai pulih. Terakhir Dokter memeriksa dirinya sudah boleh melanjutkan aktivitas seperti biasa. Hanya saja, Dokter menyarankan Miracle untuk rajin mengkonsumsi vitamin demi meningkatkan daya tahan tubuhnya."Miracle, apa kau sudah siap?" Mateo melangkah masuk ke dalam walk-in closet, mendekat ke arah Miracle."Sudah." Miracle mengalihkan pandangannya, menatap Mateo yang mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Miracle teralih pada dasi Mateo yang sedikiit berantakan. Dia langsung menghampiri Mateo dan merapihkan dasi pria itu. Sesaat Mateo sedikit terkejut, tapi tentu saja Mateo tidak pernah memasang wajah terkejutannya. Pria itu terus memperhatikan Miracle yang tengah merapihkan dasinya."Selesai." Miracle menepuk pelan dada Mateo kala dia telah selesai merapihkan dasi pria itu. "Mateo, ayo kita ke bawah sarapan bersama. Aku sudah lapar," ucapnya seraya memeluk lengan Mateo.Mateo mengangguk. Kemudian
Read more

Bab 43. Disappointed

Waktu menunjukan pukul dua belas siang. Miracle yang duduk di kursi kerjanya seraya menatap tumpukan dokumen di hadapannya benar-benar tampak begitu lelah. Pasalnya, dia masih harus terus mempelajari tentang perusahaan Mateo. Dia pun mempelajari teknik penjualan, pemasaran serta produksi.Terakhir Miracle mempelajari tentang laporan perusahaan dan melihat grafik saham dari De Luca Group. Jujur saja, Miracle sering jenuh jika mempelajari materi yang begitu banyak. Dia lebih menyukai praktik langsung. Sebenarnya, Mateo juga meminta Miracle untuk praktik langsung. Hanya saja Mateo meminta Miracle paling tidak memahami teori meski hanya gambarannya saja dan tidak menyeluruh."Aku lapar sekali." Miracle merentangkan kedua tangannya. Dia memijit pelan tengkuk lehernya yang mulai lelah. "Makan sekarang saja, nanti Mateo pasti berisik kalau aku menunda makan."Miracle sudah tahu Mateo pasti akan mengomel padanya jika dia terlambat makan. Entah kenapa pria itu suka sekali berisik jika mengenai
Read more

Bab 44. Meminta Pisah Kamar

"Miracle? Kau dari mana?" Mateo yang baru saja tiba, dia melihat Miracle berjalan terburu-buru masuk ke dalam kamar."Dari dapur, aku habis mengambil minum," Miracle menjawab dingin. Kemudian, melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar dan mengabaikan Mateo.Mateo mengerutkan keningnya, melihat sifat Miracle yang berbeda dari biasanya. Dia langsung berjalan menyusul Miracle masuk ke dalam kamar. Namun, seketika Mateo menatap Miracle dengan tatapan tak mengerti saat Miracle hanya mengambil ponselnya di dalam kamar lalu hendak kembali meninggalkan kamar. Dengan cepat Mateo menahan lengan Miracle. Hingga membuat langkah wanita itu terhenti."Kau mau kemana, Miracle?" tanya Mateo dengan tatapan yang begitu lekat.Miracle mengangkat wajahnya. Dia mengatur napasnya untuk tenang kemudian menjawab dengan tegas, "Kau memintaku tidur di kamar yang sama denganmu hanya karena orang tuaku datang. Sekarang orang tuaku sudah pulang, aku rasa sudah tidak ada alasan aku harus tetap tidur di kamarmu."
Read more

Bab 45. Wanita Yang Cerdas

Mateo melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju pabrik parfume perusahaannya yang jauh dari pusat kota. Sesaat Mateo mengalihkan pandangannya, pada Miracle yang sejak tadi melihat keluar jendela tanpa berbicara sepatah katapun."Miracle," panggil Mateo dengan nada serius."Ya?" Miracle mengalihkan pandangannya, menatap Mateo. "Ada apa?" tanyanya dingin dan raut wajah datar."Apa hal yang membebani pikiranmu?" Mateo balik bertanya dengan tatapan yang begitu menginterogasi. Pasalnya sejak kemarin Miracle tampak berbeda. Wanita itu cenderung diam dan tidak banyak bicara. Tidak seperti biasanya.Miracle terdiam sesaat kala mendengar pertanyaan Mateo. Jujur saja Miracle bukan takut untuk menjawab, hanya saja dia lelah untuk berdebat. Dia menyadari sifatnya keras. Begitu pun dengan Mateo yang memiliki sifat egois. Itu kenapa dia memilih menunggu Mateo mengatakan yang sebenarnya. Tapi sepertinya menunggu Mateo mengatakan yang sebenarnya adalah hal yang tidak mungkin."Mateo, aku ing
Read more

Bab 46. Istrimu Sempurna

"Hah?" Miracle berusaha mencerna maksud dari perkataan Gerald. Dia tampak bingung dan tidak mengerti. Namun didetik selanjutnya, dia mulai menyadari maksud dari ucapan Gerlad. "Maksudmu, hutangku yang harusnya mentraktirmu makan?" tanyanya memastikan seraya tersenyum.Gerald tersenyum penuh arti. "Iya, tapi tentu jika kau tidak keberatan.""Hmmm...." Miracle tampak berpikir. Dia mengingat dirinya memang memiliki hutang akan mentraktir Gerald makan. Tapi ingatannya kembali mengingat Mateo yang melarang dirinya dekat dengan Gerald. Miracle bukan takut nanti Mateo akan marah padanya, dia hanya tidak ingin Mateo harus mencari masalah dengan bertengkar dengan Gerald. Padahal selama ini dirinya dan Gerald tidak memiliki hubungan apapun."Miracle?" panggil Gerald kala melihat Miracle sejak tadi diam dan tidak menjawabnya. "Apa kau tidak bisa? Jika memang kau tidak bisa aku tidak apa-apa," jawabnya berusaha untuk mengerti."Aku mau, Gerald. Tapi apa kau tahu restoran terdekat dari sini?" Mira
Read more

Bab 47. Pertengkaran

"Gerald, kau tahu restoran ini dari mana? Atau kau sering mengunjungi restoran ini?" tanya Miracle seraya menikmatik Rib Eye Steak yang terhidang di atas meja. Saat iniMiracle dan Gerald berada disebuah restoran yang tidak jauh dari pabrik parfume milik Mateo. Restoran ini tampak begitu kental dengan design Italia. Meski restoran ini terbilang kecil, tapi tempatnya sangat nyaman. Bahkan Miracle menikmati suasana di restoran ini."Aku pernah beberapa kali ke restoran ini, Miracle. Tadi aku berpikir kau tidak menyukai makan di restoran ini. Restoran yang mewah biasanya lebih jauh dari lokasi pabrik," jelas Gerald sambil menatap Miracle dengan lekat. Terlihat dia tersenyum ketika Miracle melahap makanannya."Aku tidak terlalu mempermasalahkan besar kecilnya restoran. Jika restoran itu memiliki makanan yang enak aku menyukainya." Miracle mengambil orange juicenya dan menimunnya perlahan. Kemudian melanjutkan kembali perkataanya, "Ibuku sering mengajakku berlibur ke Indonesia. Di sana, Ibu
Read more

Bab 48. Memilih Pergi

BrakkkkMateo mendorong tubuh Miracle masuk ke dalam kamar. Terlihat tatapannya begitu tajam pada Miracle yang kini terduduk di sofa. Mateo menggeram. Kilat kemarahan di wajahnya begitu terlihat."Kenapa kau tidak mendengarkan perkataanku, Miracle! Aku sudah bilang padamu jangn lagi dekat dengan Gerald! Jauhi dia!" seru Mateo meninggikan suaranya.Miracle beranjak berdiri, dia menatap tajam Mateo. Kini Amarah dalam diri Miracle sudah tidak bisa lagi tertahan. "Kenapa kau selalu melarangku dekat dengan Gerald? Aku dan dia hanya berteman!" jawabnya menekankan."Berteman apa? Dia jelas-jelas mengatakan menyukaimu! Kenapa kau sulit sekali mndengarkanku?" Mateo semakin menghuskan tatapan tajamnya. Rahangnya mengetat. Tangannya terkepal begitu kuat."Kau itu berlebihan! Kau tidak bisa membantasi dengan siapa yang aku berteman! Menyukai adalah hak bebas setiap orang! Meski dia menyukai sekalipun, itu tidak pernah ada yang menjadi perubahan!" Miracle menjawab tegas. Dia mulai lelah dengan sem
Read more

Bab 49. Menenangkan Diri

"Miracle, sebenarnya kau ada masalah apa?" Charlotte memberikan secangkir teh hangat, agar Miracle jauh lebih tenang. Kini dia duduk di samping Miracle seraya mengambil kotak obat yang baru saja diantar pelayan. Kemudian Charlotte membantu mengobati luka yang ada di leher Miracle. "Kenapa kau bisa terluka seperti ini, Miracle?""Aku dan Mateo bertengkar." Miracle memegang cangkir yang berisikan teh, dengan pandangan yang menerawang ke depan. Dia sedikit merintih kala Charlotte memberikan alkohol di lukanya. Namun beberapa detik selanjutnya wajah Miracle tampak begitu muram. Matanya sembab merah. Meski tangisnya sudah mereda, tapi terlihat kepedihan begitu mendalam di matanya.Charlotte menutup luka Miracle dengan perban. Beruntung luka Miracle tidaklah dalam. "Sebenarnya ada apa, Miracle? Kenapa kau bisa bertengkar dengan Mateo?" tanyanya lagi."Apa kau masih ingat wanita yang ada difoto bersama Mateo yang aku tunjukan waktu itu?" Miracle bersuara dengan parau.Charlotte menarik napas
Read more

Bab 50. Apa Tujuanmu?

Sudah tiga hari Mateo tidak bertemu dengan Miracle. Dia pun meninggalkan semua pekerjaannya. Setiap harinya dia merasakan kesepian tanpa Miracle. Jika biasanya dia melihat senyum dan suara Miracle, kini semuanya lenyap.Tiga hari, Mateo benar-benar kehilangan sosok Miracle yang selalu berada disisinya. Bahkan dia tidak bisa menghubungi Miracle karena wanita itu memblokir nomor ponselnya. Sungguh Mateo merasakan penyiksaan yang mendalam.Selama ini diam-diam Mateo meminta anak buahnya berjaga di rumah Charlotte, melihat aktivitas Miracle. Dan nyatanya dia tidak mendapatkan hasil apapun. Karena dalam tiga hari ini Miracle tidak keluar rumah. Mateo benar-benar tidak sanggup lagi menahan penderitaannya. Dia mengabaikan pekerjaannya, dia tidak lagi mempedulikan bisnisnya sejak Miracle jauh darinya. Berkali-kali dia ingin menjemput Miracle pulang, tapi dia takut dirinya melukai hati Miracle lagi."Shit!" Mateo mengumpat kasar. Dia memejamkan matanya sesaat. Pikirannya terus berputar perkata
Read more
PREV
1
...
34567
...
20
DMCA.com Protection Status