Home / Pernikahan / Hanya Wanita Pengganti / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Hanya Wanita Pengganti : Chapter 31 - Chapter 40

195 Chapters

Bab 31. Bukan Honeymoon

"Selesai," ucap Miracle seraya menutup koper miliknya. Sesaat dia menatap koper-koper yang sebelumnya telah dikemasi oleh pelayan. Hari ini dia dan Mateo akan terbang ke Paris. Karena paksaan dari mertuanya untuk berbulan madu, akhirnya Miracle pun tidak memiliki pilihan lain selain menurutinya. Walau sebenarnya, Miracle tidak menginginkan itu tapi dia tidak memiliki pilihan. Namun, meski demikian Miracle tidak mau mengambil pusing. Dia menganggap kepergiannya ke Paris untuk berlibur. Lebih tepatnya, Miracle telah merancang liburannya selama di Paris. Dia tidak peduli Mateo nanti mengikutinya atau tidak."Miracle, apa kau sudah siap?" Mateo memasang arloji di tangannya seraya melangkah melangkah menghampiri Miracle."Sudah." Miracle mengalihkan pandnaganya, menatap Mateo yang kini sudah selesai mengganti pakaiannya. "Kita pesawat jam berapa?""Jam 10," jawab Mateo dingin dengan raut wajah datar."Kalau begitu kita berangkat sekarang." Mircle mengambil tasnya yang berada di atas meja d
Read more

Bab 32. Menangkap Pencopet

Miracle mematut cermin. Dia memoles wajahnya dengan make up tipis. Kini tubuh Miracle telah terbalut oleh dress berwarna merah dengan model tali spaghetti. Hari ini Miracle terpaksa menemani Mateo untuk bertemu dengan rekan bisnisnya. Meski sebenarnya dia sangat malas, tapi dia tidak memiliki pilihan lain."Mateo, kita berangkat jam berapa?" tanya Miracle tanpa melihat ke arah Mateo yang tengah duduk di sofa berkutat pada iPad di tangannya."Setelah kau selesai, kita langsung berangkat," jawab Mateo dingin dengan raut wajah datar."Mateo." Miracle mulai melangkahkan kakinya mendekat ke arah Mateo."Ada apa?" Mateo terus fokus pada iPad ditangannya, tanpa melihat ke arah Miracle yang sudah berdiri di hadapannya."Apa kau yakin memintaku menemanimu? Aku sangat bosan kalau menunggu orang yang sedang meeting," ujar Miracle yang berusaha membujuk Mateo."Kau hanya menungguku satu jam, Miracle. Bukan sepuluh jam," jawab Mateo dingin.Miracle mencebikan bibirnya. "Satu jam juga menunggu, Mat
Read more

Bab 33. Panik

"Kau tahu aku paling membenci orang yang datang tidak tepat waktu." Mateo melirik arlojinya sekilas. Raut wajahnya berubah menjadi dingin dan tatapan yang tajam. Ya, sudah hampir dua puluh menit Mateo menunggu salah satu rekan bisninys. Tapi tak kunjung datang. Hingga membuat dirinya tidak mungkin bisa bersabar. Sejak dulu Mateo membenci jika ada orang yang bertemu dengannya dan tidak tepat waktu."Tuan Mateo, saya mohon berikan waktu lima menit lagi untuk Tuan Dalton datang. Tadi sebelumnya belia mengatakan sebentar lagi akan tiba," ujar Calder, rekan bisnis Mateo yang lainnya."Lima menit sangat berharga untukku. Istriku sudah menungguku. Aku tidak ingin membuatnya terlalu lama menunggu." Mateo beranjak dari tempat duduknya, dia menatap dingin Calder yang terlihat wajahnya begitu tidak enak pada Mateo. "Aku tidak mmeiliki waktu banyak di Paris. Katakan padanya, dia bisa bertemu denganku saat aku kembali ke Milan," lanjutnya dengan tegas."Baik, Tuan. Saya minta maaf atas keterlembat
Read more

Bab 34. Hukuman Miracle

Kini Mateo dan Miracle telah tiba di hotel dan sudah membersihkan diri. Luka Miracle yang masih basah, membuat dirinya harus berhati-hati. Sebelum pulang, Mateo menuruti keinginan Miracle untuk makan siang di restoran sekitar menara Eiffel.Tidak hanya itu, Miracle pun mengajak Mateo untuk berfoto seraya menikmati sore di menara Eiffel. Meski Mateo masih marah pada Miracle karena tidak mematuhinya, tapi Mateo berusaha untuk menuruti semua permintaan Miracle yang kekanakan itu.Seperti makan siang di Menara Eiffel dan berfoto di sana adalah hal yang tidak pernah Mateo lakukan dihidupnya. Jika bisanya Mateo selesai makan siang segera kembali ke hotel. Tapi karena dia berada di Paris bersama dengan Miracle, mau tidak mau dia harus mengikuti keinginan istrinya itu. Mengingat sifat Miracle yang keras kepala, dia tidak ingin hal tadi harus terulang kembali."Mateo, apa kau masih sibuk? Malam ini kita tidak kemana-mana? Hanya di hotel saja?" Wajah Miracle cemberut, menatap Mateo yang duduk d
Read more

Bab 35. Possessive

"Mateo, hari ini kau tidak meeting, kan? Jika kau tidak meeting, aku ingin kita Sungai Siene." Miracle mematut cermin, memoles wajahnya dengan moisturizer. Sesaat dia melirik Mateo yang duduk di sofa dengan membaca koran di tangannya."Aku tidak ada jadwal meeting hari ini," jawab Mateo dingin dengan raut wajah datar."Baiklah, tapi kau mau, kan menemaniku ke Sungai Siene?" Miracle melangkah menghampiri Mateo kala dirinya telah selesai make up. Kemudian dia duduk tepat di samping Mateo."Ya, kita akan ke sana." Mateo mengambil cangkir yang berisikan kopi. Lalu menyesapnya perlahan. "Bagaimana lukamu? Besok kita harus ke dokter memeriksa kondisi kulitmu. Jika berbekas, aku akan meminta Dokter untuk mengopersi bekas lukamu saat kita sudah kembali ke Milan.""Kau tenang saja." Miracle mengambil sandwich yang ada di atas meja dan memakannya perlahan. "Aku juga tidak menyukai bekas luka ditubuhku. Jika bekas jahitan ini belum hilang, nanti aku akan ke dokter. Tapi aku rasa, ini pasti hilan
Read more

Bab 36. Larangan Mateo

Tanpa terasa sudah tiga hari Mateo dan Miracle berada di Paris. Lusa mereka akan kembali Milan. Sejak awal Mateo memang memutuskan untuk tidak berlama-lama di Paris. Meski hanya liburan singkat, tapi Mateo dan Miracle hampir setiap harinya mengunjungi tempat-tempat yang indah."Mateo, hari ini aku akan berbelanja. Apa kau mau menemaniku?" tanya Miracle sambil menatap Mateo yang baru saja selesai mengganti pakaiannya."Apa yang ingin kau beli? Aku bisa meminta anak buahku menyiapkan yang kau inginkan." Mateo berjalan melewati Miracle. Dia duduk di sofa seraya mengambil lopi espresso yang diantar oleh pelayan dan disesapnya perlahan."Aku tidak suka, Mateo." Miracle mendekat, dia memilih duduk di atas meja dengan santai. "Aku lebih suka memilih barang-barang yang aku inginkan sendiri. Lagi pula Charlotte banyak menitipkan barang-barang yang dia inginkan. Aku ingin memilihnya sendiri. Kalau sampai aku salah beli, nanti dia pasti akan berisik."Mateo membuang napas kasar. "Jam berapa kau
Read more

Bab 37. Worried

Raut wajah malas Miracle menatap koper yang berisikan oleh-oleh untuk keluarganya serta keluarga Mateo.Tentu Miracle tidak hanya membelikan oleh-oleh untuk keluarganya saja. Tapi dia juga membelikan untuk mertuanya.Hari ini Miracle dan Mateo akan kembali ke negara mereka. Berutung perjalanan dari Paris ke Milan hanya membutuhkan waktu tidak sampai dua jam. Setidaknya, Miracle ingin segera beristirahat di rumah. Liburanya dengan Mateo memang begitu singkat. Mengingat banyak pekerjaan yang Mateo harus selesaikan. Itu yang membuat mereka tidak bisa berlama-lama liburan."Miracle, apa kau sudah siap?" tanya Mateo saat melangkah masuk ke dalam kamar."Sudah," jawab Miracle dingin dan raut wajah yang datar."Kau ingin kita sarapan di sini atau di pesawat?" Mateo mendekat. Sesaat dia melihat wajah Miracle yang masih kesal. Sejak saat dia melarang Miracle memiliki hubungan dengan Gerald, istrinya itu hanya berbicara seperlunya saja."Di pesawat saja. Aku sedang tidak ingin makan." Miracle be
Read more

Bab 38. Membantu Miracle Meminum Obat

Mateo bergerak gelisah tepat di hadapan ruang rawat Miracle. Terlihat wajahnya begitu cemas dan panik. Dia terus menunggu Dokter yang tengah memeriksa keadaan Miracle.Ceklek.Suara pintu terbuka. Mateo yang melihat Dokter keluar dari ruang rawat Miracle, dengan cepat dia berjalan menghampiri Sang Dokter."Bagaimana keadaan istriku?" Mateo bertanya dengan nada yang terdengar begitu cemas."Tuan, istri anda kelelahan. Saya minta untuk dia lebih banyak beristiarahat," ujar Sang Dokter memberitahu.Mateo menghembuskan napas kasar. Hatinya jauh lebih tenang kala mendengar perkataan Sang Dokter. "Tapi istriku baik-baik saja, kan?" tanyanya memastikan.Sang Dokter mengangguk. "Istri anda baik-baik saja, Tuan. Dia hanya terlalu lelah dan banyak hal yang menjadi beban pikirannya. Lebih baik dia beristiarahat dan jangan memikirkan beban berat.""Apa aku bisa menemui isriku?" tanya Mateo dengan raut wajah yang begitu serius."Silahkan, Tuan. Anda bisa menemui istri anda," jawab Sang Dokter.Tan
Read more

Bab 39. Ingin Mengenal Tentang Dirimu

Keesokan hari saat pagi hari menyapa Miracle tersenyum ketika dia baru saja mendapat kabar dari pelayan bahwa Mateo sudah mengizinkannya keluar dari rumah sakit. Jujur saja, Miracle tidak betah tinggal teralu lama di rumah sakit.Jika hanya kelelahan, dia lebih baik beristirahat di rumah. Sebenarnya Mateo memang belum mengizinkan Miracle untuk keluar dari rumah sakit. Namun, karena Miracle yang terus merajuk meminta agar bisa keluar dari rumah sakit, akhirnya Mateo pun mengizinkannya saat dokter mengatakan kondisi Miracle memungkinkan untuk pulang ke rumah."Nyonya Miracle," Seorang pelayan melangkah menghampiri Miracle."Ya? Ada apa?" Miracle mengalihkan pandangannya, menatap pelayan yang berdiri di hadapannya."Nyonya, apa anda ingin makan sesuatu?" tanya sang pelayan dengan sopan."Tidak. Aku tidak lapar. Terima kasih," jawab Miracle. "Oh, ya. Apa kau melihat Mateo? Tadi aku hanya melihatnya sebentar, dia bilang ingin bertemu Dokter tapi kenapa dia belum kembali?""Tuan Mateo sedan
Read more

Bab 40. Kedatangan Sean Geovan

Suara dering ponsel terdengar. Miracle yang tengah tertidur pulas, dia langsung terbangun. Ketika dia sudah membuka matanya, dia sedikit terkejut melihat dirinya yang tertidur dalam dekapan Mateo. Dia baru saja ingat tadi malam Mateo menemaninya setelah selesai minum obat.Miracle mengabaikan dering ponsel itu, dia menatap Mateo yang masih tertidur lelap. Rahang tegas, hidung mancung, membuat Miracle mengakui wajah pria yang sering mambuatnya kesal itu benar-benar sangat tampan. Hingga tanpa sadar, Miracle membawa tangannya menelusuri wajah Mateo."Aku tahu kau mengagumiku, tapi angkat teleponmu itu." Suara Mateo sontak membuat Miracle terkejut."M-Mateo? K-Kau sudah bangun?" Miracle menjauhkan tangannya. Dia gelagapan karena Mateo mengetahui dirinya mengabaikan telepon hanya karena ingin menyentuh wajah pria itu."Aku sudah bangun sejak ponselmu tidak henti berdering." Mateo membuka matanya. Dia tersenyum misterius, membuat Miracle menjadi salah tingkah."Aku harus menjawab teleponk
Read more
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status