Semua Bab Hanya Wanita Pengganti : Bab 11 - Bab 20

195 Bab

Bab 11. Pujian yang Sulit Sekali Terucap

Miracle berjalan dengan pelan di taman belakang rumah. Sesekali dia berputar memastikan rasa sakit di kakinya sudah tidak lagi ada. Tiga hari belakangan Miracle selalu berlatih berjalan. Dia tidak pernah lagi bergantung dengan kursi roda. Beruntung pemulihan kakinya jauh lebih cepat dari perkiraan Dokter. Setidaknya, Miracle sudah lebih bebas dan tidak memerlukan bantuan pelayan.“Nyonya,” Seorang pelayan melangkah mendekat ke arah Miracle.“Ya, ada apa?” Miracle menatap pelayan yang berdiri di hadapannya.“Nyonya, maaf mengganggu Anda, tapi di depan ada Nona Esme. Beliau designer yang diminta oleh Tuan Mateo bertemu dengan Anda, Nyonya,” ujar sang pelayan memberi tahu.Miracle menghela nepas dalam. “Undangan makan malamnya malam ini, tapi designer-nya baru datang sekarang. Bagaimana kalau gaunnya tidak cocok untukku?”Miracle tak mengerti dengan jalan pikiran Mateo. Undangan makan malam akan diadakan malam ini, tapi malah perancang busana baru datang sekarang. Hal yang menjadi masala
Baca selengkapnya

Bab 12. Ciuman Liar dan Penuh Tuntutan

“Arsen? Kenapa kau hanya sendiri?” Mateo langsung bertanya pada Arsen, sahabatnya, yang melangkah menghampirinya. Ya, yang memanggil Mateo adalah Arsen.“Well, kau tenang saja. Nanti aku akan mengenalkannya padamu,” jawab Arsen santai, lalu tatapannya teralih pada sosok wanita cantik yang berdiri di samping Mateo. “Kau pasti Miracle,” tebaknya sangat yakin.Miracle tersenyum anggun, dan mengangguk. “Ya, aku Miracle. Senang bertemu dengamu, Tuan.”“Kau bisa memanggilku Arsen. Aku sahabat Mateo sejak kecil,” jawab Arsen yang juga tersenyum. “Aku tidak menyangka wajahmu jauh lebih cantik, dari pada foto.”“Thanks, Arsen,” balas Miracle hangat. “Lebih baik kita masuk ke dalam,” ajak Arsen pada Mateo dan Miracle.Mateo mengangguk singkat, setuju dengan ucapan Arsen.“Mateo, tunggu.” Miracle mencegah Mateo untuk masuk ke dalam.“Ada apa?” tanya Mateo dingin seraya menatap Miracle.Miracle sedikit berjinjit, membisikkan sesuatu di telinga Mateo, “Aku ingin ke toilet sebentar.”“Ingin aku a
Baca selengkapnya

Bab 13. Tidak Bisa Melepas Bayang-Bayangnya

Suara ketukan pintu terdengar membuat Miracle yang tertidur pulas harus terbangun. Dengan raut wajah kesal, Miracle langsung memerintahkan orang yang mengetuk pintu untuk masuk. Tak selang lama, seorang pelayan melangkah masuk ke dalam kamar Miracle.“Selamat pagi, Nyonya Miracle,” sapa seorang pelayan seraya menundukkan kepalanya di hadapan Miracle.Miracle membuka matanya, mengalihkan pandangannya pada pelayan yang sudah berdiri di hadapannya. “Ada apa kau sepagi ini sudah menggangguku? Aku masih mengantuk!”“Maaf, saya mengganggu Anda, Nyonya. Tapi Tuan Meteo meminta saya untuk memanggil Anda untuk sarapan,” jawab sang pelayan hati-hati.Miracle membuang napas kasar. “Dia belum berangkat ke kantor?”Sang pelayan menggelengkan kepalanya. “Belum, Nyonya. Tuan Mateo belum berangkat ke kantor.”Miracle mendengkus tak suka. Padahal dia berharap Mateo sudah berangkat bekerja. Jadi, pagi ini dia tak harus bertemu dengannya. Sungguh! Miracle masih kesal pada Mateo karena kejadian tadi mala
Baca selengkapnya

Bab 14. Sepenggal Kisah Mateo

Hujan turun begitu deras membasahi kota Milan. Suara kilatan petir yang cukup keras membuat Miracle terbangun dari tidurnya. Wanita cantik itu mengerjapkan matanya beberapa kali, menguap sebentar, lalu tatapannya teralih pada jendela yang terbuka. Decakan pelan lolos di bibirnya. Angin kencang membuat jendela terbuka. Benar-benar menyebalkan! Detik itu juga, Miracle beranjak dari ranjang, melangkah menuju jendela yang terbuka itu.Namun, ketika Miracle tiba di depan jendela, tatapannya terpaku melihat parkiran khusus mobil Mateo kosong. Hal tersebut menandakan Mateo belum pulang. Tunggu! Kenapa dia harus memikirkan pria itu?! Buru-buru, Miracle menepis pikiran yang mengusik ketenangannya.Miracle memilih untuk kembali membaringkan tubuhnya di ranjang, tetapi rasa haus ditenggorokan membuatnya berbalik dan mengambil gelas di atas meja. Umpatan pelan lolos di bibirnya melihat teko yang berada di atas meja sudah kosong. Tidak ada pilihan lain, dia mengambil sendiri minumannya di dapur. S
Baca selengkapnya

Bab 15. Bantuan di Kala Terdesak

“Miracle? Kenapa kau baru datang? Aku sudah menunggumu lama!” suara Charlotte berseru dengan nada kesal kala Miracle mendekat ke arahnya. Raut wajahnya menunjukkan jelas rasa jengkelnya. Dia memiliki janji bertemu dengan Miracle, tapi sepupunya itu datang terlambat.Miracle manarik kursi dan duduk di hadapan Charlotte. “Kau ini berisik sekali! Aku hanya terlambat beberapa menit saja kau sudah seperti dihutan!”Charlotte mendelik kesal. “What? Kau bilang hanya terlambat beberapa menit? Apa kau tidak memiliki jam? Aku sudah menunggumu lebih dari satu jam, Miracle De luca! Kau ini menyebalkan sekali!”“Jangan sebut aku De Luca. Aku bukan De Luca,” ucap Miracle dingin, dan kesal kala mendengar ucapan Charlotte menyebutnya dengan panggilan ‘De Luca’.“Well, kau sudah menikah secara resmi dengan Mateo. So, di mata hukum memang sudah seharusnya nama belakangmu menjadi De Luca,” terang Charlotte meraa dirinya tidak salah.Miracle berdecak pelan, dia merasa susah untuk menjelaskan pada Charlot
Baca selengkapnya

Bab 16. Kau Lupa Dengan Kesepakatanmu?

Jalanan di kota Milan semakin diguyur hujan deras. Miracle beruntung karena Gerald datang tepat waktu. Seolah semesta menolong Miracle dengan mendatangkan Gerald. Tentu Miracle bersyukur akan hal itu. Dalam keadaan yang terdesak, dia mendapatkan bantuan. Walau jujur, dia merasa tak enak karena sudah menyusahkan Gerald. Laju mobil Gerald pelan membelah kota Milan. Kilat petir terlihat ada di langit mendung dan gelap. Miracle duduk di dalam mobil Gerald, masih belum mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya sesekali tatapan wanita itu menatap Gerald yang sedang melajukan mobil.“Gerald, terima kasih sudah menolongku,” kata Miracle dengan nada merasa bersalah pada Gerald.“Kau sudah berkali-kali mengucapkan terima kasih padaku, Miracle,” jawab Gerald sambil melirik Miracle yang duduk di sampingnya. “Aku senang bisa membantumu. Jangan pernah berpikir kau merepotkanku, karena jawabannya adalah kau sama sekali tidak merepotkanku. Nanti anak buahku akan membawa mobilmu."Miracle menghela napas
Baca selengkapnya

Bab 17. Apa Kau Sudah Tidak Lagi Normal?

Mateo mulai membuka matanya kala dia mendengar dering alarm dari ponselnya berbunyi. Tangan kirinya dia gunakan untuk mengambil ponsel miliknya—dan langsung mematikannya. Seketika Mateo mengerutkan kening seraya menyipitkan matanya kala sinar matahari menembus jendela menyentuh kulit wajahnya.Mateo hendak beranjak dari ranjang, tapi tiba-tiba dia menyadari ada sosok yang terbaring di dadanya. Detik itu juga dia mengalihkan pandangannya, menatap sosok wanita yang tertidur sangat pulas dalam dekapannya. Wanita itu layaknya bayi yang tidak bisa diganggu sama sekali. Bahkan di kala adanya gerakan sedikit dari Mateo, malah wanita itu tak menyadari.Mateo bergeming, belum mengeluarkan sepatah kata pun. Kepingan memorinya langsung teringat bahwa dirinya yang meminta wanita itu tidur di kamar yang sama dengannya. Perlahan, tanpa dia sadari sebuah senyuman samar terbit di bibirnya.Mateo ingat ada bantal yang menjadi pembatas di tengah-tengah antara dirinya dan Miracle, tapi kenapa malah bant
Baca selengkapnya

Bab 18. Terpaksa Menjadi Istri yang Baik   

Mateo duduk di sofa seraya membaca majalah yang baru saja diantar oleh pelayan. Pria tampan itu sesekali menyesap kopi hitam, lalu memfokuskan kembali pada apa yang dia baca saat ini. Namun, di kala dia sedang fokus pada apa yang dia baca, dia merasakan adanya kehadiran seseorang. Pria tampan itu menoleh, menatap sang pelayan yang sekarang muncul di hadapannya.“Tuan Mateo, maaf mengganggu Anda,” sapa sang pelayan penuh rasa sopan.Mateo menurunkan majalah di tangannya ke atas meja, lalu menatap dingin pelayan itu. “Ada apa?” tanyanya to the point.Pelayan itu menundukkan kepalanya. “Tuan, di depan ada Tuan William dan Nyonya Marsha. Mereka sudah menunggu Anda dan Nyonya Miracle di ruang tengah.”Mateo membuang napas kasar. Apa yang menjadi dugaannya benar. Jika mertuanya itu berada di Milan, maka tak akan mungkin mertuanya tak mnedatangi mansion-nya. Beruntung, dia sudah mengatur di mana dirinya harus tidur di kamar yang sama dengan Miracle.“Nanti aku dan Miracle akan turun,” jawab
Baca selengkapnya

Bab 19. Meminta Hak Suami

Miracle mematut cermin. Kini tubuhnya telah terbalut oleh jeans dan atasan kaos polos berwarna putih yang dipadukan dengan boots tinggi. Untuk rambut Miracle memilih untuk mengikatnya model ponytail. Penampilannya kali ini terlihat begitu cantik. Hari ini Miracle terpaksa menemani Mateo ke perkebunan anggur dan pabrik anggur. Meski sebenarnya Miracle sangat ingin di rumah saja, tapi kali ini dia tidak memiliki pilihan lain."Miracle, besok kau akan mulai bekerja di kantorku." Mateo melangkah masuk ke dalam walk-in closet Miracle. Miracle yang tengah berias, dia langsung mengalihkan pandangannya kala mendengar suara Mateo."Besok aku mulai bekerja di kantormu?" tanya Miracle memastikan.Mateo mengangguk. "Ya, besok aku akan meminta Gustav menyiapkan ruang kerja untukmu. Aku ingin kau belajar semuanya dari bawah. Dulu sebelum aku mengambil alih perusahaan keluargaku, ayahku memintaku menjadi IT staff. Aku juga belajar tentang finance, adminstrasi perusahaan dan segalanya yang memulai da
Baca selengkapnya

Bab 20. Sebuah Kesalahan Yang Indah

Mateo menarik tengkuk leher Miracle, dia kembali menyambar bibir Miracle. Kali ini, dia mencium bibir Miracle dengan begitu pelan, "Malam ini, aku menuntut hakku sebagai suamimu," bisiknya serak yang sontak membuat Miracle terkejut."M-Mateo," panggil Miracle lirih. Terlihat dia begitu gugup dan takut."Aku suamimu, Miracle. Aku memiliki hak atas tubuhmu," Mateo kembali berbisik tepat di depan bibir Miracle. Tangannya terus meremas dada Miracle. Kini Mateo mulai mengecupi leher jenjang Miracle. Miracle pun memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan yang begitu memabukan. Mateo membawa tangannya, melepas pengait bra Miracle, hingga membuatnya terjatuh ke lantai."Akh-" Miracle mendesah kala Mateo meremas pelan gundukan kembar di dadanya. Bahkan pria itu mencubit puncak dadanya. Gelenyar aneh dalam tubuh Miracle benar-benar membuatnya kehilangan akal sehatnya. Harusnya dia mendorong tubuh Mateo, tapi kenyataanya dia tidak mampu melakukan itu. Pria itu membuat dirinya tunduk dan tidak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
20
DMCA.com Protection Status