Semua Bab Bill Hotel Di Kemeja Suamiku: Bab 21 - Bab 30

38 Bab

Part 21. Penyesalan Mendalam

Kacau!Itulah gambaran hati Yoga saat ini ketika melihat istri yang dicintainya akhirnya memilih untuk pergi dari hidupnya. Tangis yang dikeluarkan tak cukup mampu membuat perempuan itu memaafkan kesalahannya. Yoga bisa mengingat dengan jelas bagaimana isyarat demi isyarat dikatakan oleh Lana untuk memancing dirinya memberi pengakuan tentang perselingkuhannya.Sayangnya, ego Yoga terlalu tinggi. Dia serakah menginginkan dua perempuan dalam hidupnya. Kini, semua sudah terbongkar dan dia sudah tidak bisa menahan Lana tetap di sisinya.Ketukan pintu rumahnya terdengar membuyarkan lamunan Yoga. Lelaki itu tampak berantakan dengan rambut acak-acakan. Beranjak dari sofa ruang keluarga, Yoga membukakan pintu untuk tamu yang datang.“Ratri,” gumamnya kecil.Penampilan Yoga yang tidak terurus membuat perempuan yang baru saja datang dengan membawa makanan itu mendesah panjang. Ini sudah hari ke tujuh sejak Lana meninggalkan rumah. Yoga bahkan mengambil cuti tahunannya dari kantor hanya untuk sek
Baca selengkapnya

Part 22. Ketika Ratri Berhadapan Dengan Lana

“Kita bicarakan ini lagi nanti, ya, Bu, Yah. Aku harus segera pergi. Takutnya telat. Nggak enak ‘kan sama orangnya.”Lana beranjak dari tempat duduknya sebelum dia mencium punggung tangan kedua orang tuanya. Kemudian dia turun ke lantai satu dan berpamitan dengan putranya yang tengah bermain bersama Bu Siti.Bohong kalau sebenarnya dia sudah merasa baik-baik saja. Namun, semakin dia menghabiskan waktu di rumah dan tidak memiliki kegiatan, maka pikirannya akan semakin berisik memikirkan tentang betapa tragisnya kehidupan rumah tangganya.“Saya benar-benar merasa bangga jika bisa menarik Lana bergabung dengan perusahaan kami.” Sampai di sebuah restoran, dia segera berdiskusi dengan seorang pimpinan perusahaannya langsung.“Jujur saja, saya sebelum ini belum pernah bekerja di mana pun, Pak,” aku Lana terus terang, “karena memang saya harus fokus pada putra saya yang masih kecil.”“Lana sudah menikah?” Lelaki itu membelalak lebar ketika mengetahui satu fakta tersebut. Lana masih seperti se
Baca selengkapnya

Part 23. Konsekuensi

Ada perubahan ekspresi dalam Lana ketika Ratri mengatakan itu. Sorot matanya begitu tajam ketika hatinya terasa membara. Lana merasa, kalau Ratri memang sengaja untuk menantangnya ketika mengatakan hal itu. Sakit? Tentu saja, Yoga dan Ratri sudah berjalan sejauh yang tidak terkira.“Pengakuanku ini pasti membuat Mbak Lana sakit hati, tapi bagaimanapun aku harus jujur. Bukan hanya Mbak Lana yang mencintai Mas Yoga, tapi aku juga. Aku bahkan siap menggantikan posisi Mbak Lana untuk menemaninya.”Lana tidak lupa jika dia pernah memperingatkan perempuan itu tentang bukti yang dia miliki. Tampaknya, Ratri tidak terpengaruh dengan ancaman tersebut. Sejujurnya kalau Lana mau, dia akan membeberkan perilaku Ratri dan Yoga di belakangnya kepada semua orang. Namun, yang menjadi pertimbangan Lana adalah bagaimana jika hal itu berdampak buruk di masa depan. Bagaimana kalau itu akan membuat masalah untuk Kaisar di masa depan dan membuat putranya itu malu.“Aku tidak percaya karma,” lanjut Ratri lagi
Baca selengkapnya

Part 24. Amplop Coklat

Lana tidak pernah berpikir kalau Yoga akan datang ke rumah orang tuanya pagi-pagi begini. Dia baru saja akan pergi dari sana ketika melihat Yoga dengan wajah lelah berdiri di depan pintu hendak mengetuk. Keduanya menegang tanpa tahu apa yang harus dikatakan. Lana pun merasa lidahnya kelu luar biasa, sedangkan Yoga menatap Lana penuh dengan kerinduan.“Lana.” Yoga berbicara dengan gumaman. Dia seolah tidak memiliki tenaga untuk mengeluarkan suaranya lebih keras lagi.“Masuk, Mas. Kaisar ada di dalam.”Sesakit apa pun perasaan Lana sekarang, dia tidak bersedia kehilangan kendali dirinya. Jangan sampai dia berteriak atau bahkan memaki Yoga di depan Kaisar. Sebisa mungkin, dia akan tetap memperlihatkan kondisi yang normal di depan putranya.“Aku bisa bicara sebentar sama kamu, Lan?” Yoga terlihat memohon. Lingkaran hitam di bawah matanya menunjukkan kurangnya tidur.Tidak bisa dipungkiri, Lana merasa kasihan melihat kondisi Yoga sekarang. Namun, rasa kecewa yang dirasakan pun tidak akan b
Baca selengkapnya

Part 25. Kelancangan Ratri

Yoga melajukan mobilnya tak sabaran menembus jalanan kota. Tidak peduli kalau dia akan mendapatkan sumpah serapah dari pengguna jalan lain, baginya yang terpenting sekarang adalah dia bisa segera sampai ke tempat tujuan. Raut wajahnya terlihat begitu muram luar biasa.Sampai di depan rumah dua lantai, Yoga segera berlari dan masuk ke dalamnya tanpa mengetuk pintu. Mencari-cari penghuni rumah tersebut yang tak terlihat di mana pun.“Bu, Yah!” teriaknya dengan napas terengah. Dia mencari ke dapur, tidak ada orang di sana. “Bu!” panggilnya lagi.“Di belakang!” teriak ibunya dari arah belakang. Yoga segera mendekati orang tuanya yang tengah duduk di atas dipan kayu di bawah pohon mangga.“Bu, tolong aku.” Begitu katanya. “Kita ke rumah orang tua Lana dan gagalnya keputusan Lana untuk menceraikan aku.”Kedua orang tua Yoga menatap putranya dengan tatapan sendu. Mereka paham jika lelaki itu memang salah. Namun, ketika melihat betapa berantakannya penampilannya Yoga saat ini, tentu saja meras
Baca selengkapnya

Part 26. Nyali yang Besar

“Sepertinya kamu memang sudah siap dengan perubahan buruk dalam hidupmu, Ratri.” Lana berujar dingin setelah mendengar jawaban yang diberikan Ratri. “Baiklah, kamu yang memulai.”Lana berlalu dari hadapan Ratri setelah itu untuk masuk ke dalam kamarnya diikuti oleh Bi Siti di belakangnya. Hari ini juga, dia akan mengambil semua barang-barangnya dari rumah tersebut. Yoga mengejar Lana untuk masuk ke dalam kamar untuk menghentikan aksi Lana. Lana termenung di depan lemari ketika dia melihat perubahan dalam tumpukan pakaiannya.Dia adalah orang yang sangat teliti sehingga sedikit saja ada yang berubah, maka dia akan segera mengetahuinya. Jelas, ini bukan pertama kalinya Ratri membuka lemari pakaiannya. Instingnya berjalan cepat dan dia segera masuk ke dalam kamar mandi. Ternyata, ada beberapa potong pakaian milikinya yang berada di keranjang kotor.“Kamu benar-benar ingin bermain-main denganku, Ratri,” gumamnya dengan hati yang terasa mendidih.Lana keluar dari kamar mandi dan Yoga sudah
Baca selengkapnya

Part 27. Bukti Perselingkuhan yang Disebar

“Kamu nggak papa?” Lana baru saja sampai di rumah ketika pertanyaan itu segera dilayangkan oleh ibunya kepadanya. Perempuan paruh baya itu meletakkan jus jeruk dingin di atas meja. “Minum dulu,” katanya, “Bi Siti istirahat dulu. Kalau mau makan bisa ke dapur sudah disiapkan.”“Terima kasih, Bu.” Bi Siti terlihat canggung ketika majikannya yang justru menyiapkan makan untuknya. Sekarang Bi Siti sudah bekerja dengan orang tua Lana sebagai ganti keluar dari rumah Yoga.Ibu Lana itu hanya mengangguk sambil tersenyum karena fokusnya kali ini hanya ditujukan pada sang putri.“Kaisar ke mana, Bu? Tidur?” tanya Lana sambil menutup matanya. Rasa lelah itu tidak tanggung-tanggung rasanya.“Iya, dia tidur. Nunggu kamu, tapi kamunya lama. Lagian udah malam juga.”Lana menegakkan tubuhnya setelah itu untuk menenggak minuman yang ada di depannya. Berhadapan dengan orang-orang yang tidak tahu diri, benar-benar membuat kesabarannya terkikis habis.“Bu ....” Lana menceritakan tentang kejadian malam in
Baca selengkapnya

Part 28. Mediasi

“Aku udah selesai, aku pamit dulu!”Lana memilih pergi meninggalkan kantor tersebut setelah menguak fakta yang selama ini ditutupi. Caranya sedikit sadis, tetapi jika dia tak melakukannya, Ratri akan merasa kalau ucapan Lana selama ini hanyalah bualan belaka. Oleh karena itu dia harus mematikan rasa kasihannya dan bertindak tegas.Setelah ini, Ratri pasti akan mendapatkan masalah. Bukan hanya Ratri, tetapi juga suaminya. Namun, itu semua sebanding dengan apa yang mereka lakukan kepadanya. Kalau Ratri ingin bersama dengan Yoga, maka dia juga harus kembali menapaki tangga terendah bersama dengan lelaki itu. Tidak langsung menduduki singgasana yang Lana tinggalkan.Hari berlalu sampai sidang pertama perceraian itu akhirnya dilakukan. Pertemuan antar dua keluarga itu pun terjadi. Yoga didampingi oleh orang tuanya beserta pengacaranya, demikian juga dengan Lana. Sikap orang tua Yoga kepada Pijar pun tidak berubah. Mereka masih sangat baik dan menganggap Lana adalah menantunya.Agendanya ada
Baca selengkapnya

Part 29. Bertemu Kaisar

Lana memeluk Kaisar dengan erat ketika bocah itu menunggunya di depan rumah. Ada jejak air mata yang ada di pipinya tanda Kaisar baru saja menangis. Bi Siti mengatakan sejak Lana pergi bersama dengan orang tuanya, Kaisar rewel. Mood-nya sangat buruk seolah dia merasakan kesedihan kedua orang tuanya.“Kai kenapa nangis?” Lana memangku Kaisar sambil menatap wajah bocah itu dalam. Kaisar tumbuh menjadi anak yang tampan dan pintar. Wajahnya percampuran antara dirinya dan Yoga. Ada kalanya, dia akan terlihat persis seperti Yoga dan itu membuat Lana harus kembali mengingat tentang suaminya.“Di sini nggak enak, Bunda.” Kaisar menunjuk, lalu menepuk dadanya. “Kai cuma ingin nangis,” adunya.Benar kata orang dulu, jika ada masalah dengan orang tua, maka akan mempengaruhi anak mereka yang masih kecil. Lana kini mengalaminya. Bi Siti juga mengatakan kalau Kaisar tiba-tiba marah tanpa sebab.“Mau jalan-jalan sama Kakek?” Ayah Lana menawarkan. “Kita jalan-jalan sama Nenek juga. Yang nggak enak di
Baca selengkapnya

Part 30. Hubungan yang Kandas

“Kalau kamu kerja di kantor, bagaimana dengan Kaisar? Kamu meninggalkan dia di saat dia masih butuh-butuhnya dengan sosok seorang ibu?” Lanjut Yoga menunjukkan ketidaksukaannya. Sejak dulu dia yang tidak suka jika istrinya bekerja, tentu saja hal itu membuat Yoga bereaksi keras.Tidak ingin menimbulkan perselisihan, Lana menjawab dengan sabar. “Aku kerja di rumah. Aku tadi hanya meeting dengan orang yang memberiku proyek besar. Hanya itu dan nggak lebih. Mas tenang saja, aku paham bagaimana menjadi seorang ibu. Selama ini aku bisa menangani dengan baik.”Lana lantas pamit masuk ke dalam rumah setelah itu. Rasa lelah setelah seharian di luar benar-benar menguras banyak energinya. Setelah perceraiannya nanti sudah diputuskan sah, dia memiliki banyak waktu di rumah untuk menjalani masa iddah. Dia juga menjelaskan kepada klien-kliennya tentang itu tadi. Dia tak bisa pergi ke mana pun kecuali ada hal yang mendesak, sedangkan mencari nafkah bukanlah hal yang mendesak baginya.Yoga hanya bisa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status