All Chapters of Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal : Chapter 121 - Chapter 130

173 Chapters

121. Langkah yang Semakin Sulit

Miranda duduk di sofa, wajahnya murung, menatap jendela dengan pandangan kosong. Hubungan asmaranya dengan Sean yang kandas, menyisakan luka yang mendalam. Meskipun dia memiliki tujuan lain dalam rencana pernikahannya dengan Sean, tetapi cintanya nyata, bukan palsu.Sementara itu, Andreas seolah tidak peduli dengan luka yang mendera hati putrinya. Pria paruh baya itu berdiri di depan Miranda dengan ekspresi terkejut bercampur amarah."Jadi … Sean membatalkan pertunangan kalian? Untuk rujuk dengan mantan istrinya?" Andreas bertanya, suaranya terdengar penuh ragu dan tidak percaya.Bagaimana mungkin putrinya yang cantik dan berprestasi tidak mampu memikat hati Sean. Bahkan harus kalah dari perempuan biasa yang berasal dari keluarga miskin.Miranda mengangguk pelan. "Ya. Dia memutuskan rujuk dengan Lila. Katanya dia ingin bertanggung jawab atas anak mereka."Andreas mengepalkan tinjunya, wajahnya memerah karena marah. "Aku pikir Sean mandul. Bukankah itu yang dia katakana padamu? Lalu ba
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

122. Apa yang Terjadi?

Sean menghela napas lega saat mendengar penjelasan Cyrus. Ruang kerjanya yang biasanya membawa kesibukan dan kepenatan kini terasa sedikit lebih ringan dengan kabar ini. Cyrus, pengacara baru yang dia pilih, tersenyum kecil melihat respons Sean.“Semua dokumen sudah saya siapkan. Hanya tinggal menjalani sidang untuk mendapatkan surat nikah kembali,” jelas Cyrus dengan nada tenang.Sean mengangguk, tampak serius, tetapi ada sedikit keraguan di matanya yang tak luput dari pengamatan Cyrus.“Kau yakin dengan pilihan ini?” Cyrus bertanya, sejenak tatap matanya tertuju ke arah Sean. “Saya tahu, masih ada yang membuatmu ragu. Jika kau memutuskan rujuk hanya demi anak, saat kau merasa tidak bahagia dengan hubungan ini … anak yang kembali jadi korbannya.”Sean terdiam, pandangannya menerawang sejenak sebelum menjawab. Meski Cyrus adalah pengacara barunya, tetapi saat membicarakan pernikahan, dia bertindak layaknya seorang sahabat yang tanpa segan memberi nasihat.“Dalam pernikahan, anak tidak
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

123. Di Tempat Berbeda

Di apartemen, Lila duduk santai di sofa sambil tertawa bersama Nadya dan Rina. Beberapa cup minuman kekinian dan camilan menutupi meja, menambah suasana hangat obrolan mereka.Meski Lila tidak memesan makanan dan minuman apa pun, Rina yang mengetahui apa yang disukai Lila selama kehamilannya, membawakan jus lemon yang selamanya menjadi minuman pilihan Lila. Bukan hanya karena menyegarkan, tetapi minuman itu membantu Lila menghilangkan rasa mual yang sering datang.“Sejak kamu resign, suasana kantor jadi nggak asik. Tahu nggak? Pak Ryan hampir setiap hari uring-uringan gara-gara laporan nggak beres,” ucap Nadya sambil tertawa kecil.Rina mengangguk setuju. “Bener! Pak Ryan sekarang lebih banyak diam, seperti nggak bersemangat.’”Lila hanya tersenyum, tidak tahu harus memberi tanggapan seperti apa. Dia pun tidak ingin menceritakan kejadian malam itu, saat Ryan memaksakan kehendaknya untuk menikahinya.Selama ini Ryan sudah banyak membantunya, Lila tidak ingin menjatuhkan reputasi mantan
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

124. Siapa yang Melakukannya?

Sean membuka pintu apartemen dengan tergesa, hampir saja pintu itu terhempas ke dinding. Napasnya memburu, dan tatapannya segera menyapu setiap sudut ruangan, mencari sosok yang telah memanggilnya dengan suara lemah di telepon.Dalam hitungan detik, dia menemukan Lila tergeletak di lantai ruang tamu, tubuhnya tampak lemas, dengan tangan masih memegangi perutnya yang terasa nyeri.“Lila!” Sean berseru, segera berlutut di samping tubuh istrinya.Wajah Lila pucat, dan napasnya pendek-pendek, terlihat tidak memiliki daya untuk berbicara. Sean merasakan hatinya berdebar cemas, sungguh tak sanggup menahan rasa takut akan kondisi Lila.Tanpa membuang waktu, Sean mengangkat tubuh Lila dengan hati-hati, lalu membawanya keluar menuju mobil. Sean berusaha tetap tenang, meski pikirannya dipenuhi kekhawatiran. Lila terlihat begitu rapuh di dalam pelukannya. Dan Sean tidak bisa menghilangkan rasa bersalah karena merasa tidak bisa melindungi dan menjaga Lila dan calon anak mereka.Di dalam mobil, Se
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

125. Masih Tidak Percaya

Sean duduk diam di samping brankar Lila, tangannya menggenggam tangan Lila yang terbaring lemah dengan wajah pucat. Dia menatapnya dengan penuh rasa bersalah dan khawatir, seolah berusaha menjaga ketenangan Lila dari segala gangguan.Pintu kamar perlahan terbuka, dan dokter yang menangani Lila melangkah masuk, diikuti oleh seorang asisten yang membawa berkas uji laboratorium. Sean segera berdiri, bersiap mendengar hasil pemeriksaan dengan harapan dan ketakutan bercampur menjadi satu."Pak Sean, kami telah menerima hasil uji laboratorium," ucap sang dokter, pelan tetapi terlihat sangat serius. "Dari sample darah yang kami uji, kami menemukan adanya kandungan zat berbahaya dalam yang bisa berakibat fatal pada kehamilan istri Anda."Sean tertegun, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Apa maksud dokter?"Sang dokter menghela napas dalam-dalam, meski terlihat berat dia tetap harus menyampaikan temuannya tersebut.“Kami menemukan zat yang biasa digunakan untuk menggugurkan
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

126. Rina dan Nadya

Lila perlahan membuka matanya, pandangannya masih kabur saat cahaya lampu ruangan menyambutnya. Tubuhnya terasa lemah, dan nyeri samar masih tersisa di perutnya. Saat fokus matanya mulai kembali, dia melihat Sean duduk di samping tempat tidur, kepalanya menunduk, dengan tangan menggenggam jemarinya.Hati Lila tersentuh. Dalam keheningan itu, dia melihat sisi Sean yang jarang terlihat, kesetiaannya yang tanpa kata. Perlahan, dia mengulurkan tangan lemah, menyentuh punggung tangan Sean dengan lembut.Sentuhan itu membuat Sean terbangun dari lamunannya. Dia mendongak, mata mereka bertemu. Sesaat pasangan suami istri itu hanyut dalam keheningan.“Kamu di sini?” Suara Lila nyaris berbisik, ada keharuan dalam nadanya. Dia tidak menduga Sean akan tetap menemaninya, di tengah kesibukannya atau mungkin urusannya dengan Miranda.Sean mengangguk pelan. “Aku akan selalu di sini untukmu … dan anak kita.”Air mata mengalir di pipi Lila. Meski hatinya masih penuh keraguan, kehadiran Sean malam ini m
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

127. Akibat Tidak Patuh Kepada Suami

Sean tiba di kamar rawat Lila dengan langkah cepat, wajahnya tegang penuh kemarahan yang ditahan. Ia membuka pintu dengan sedikit terlalu keras, membuat Lila yang sedang berbaring terkejut. Sean mendekati brankarnya, tatapan tajam matanya langsung mengarah ke Lila."Siapa yang memesan jus lemon itu untukmu?" tanya Sean dengan nada tegas, tanpa basa-basi dan terdengar seperti sedang menginterogasi.Lila menatap Sean, bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba. “Rina,” jawab Lila pelan, jujur apa adanya.Suara Lila terdengar masih lemah. “Dia membawanya untukku. Aku biasa memesan jus lemon saat makan siang bersama. Ada apa, Sean?”Sean menarik napas dalam-dalam, berusaha meredam emosinya, tetapi tetap tidak mampu menyembunyikan amarahnya. “Kau tahu apa yang membuatmu sampai terbaring di sini? Dan kita hampir saja kehilangan anak kita?”Lila menggeleng lemah, dengan sorot mata yang terlihat ketakutan dengan perubahan sikap Sean yang sepertinya mulai dikuasai oleh amarah.“Jus lemon yang di
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

128. Pengakuan Rina

Sean berjalan cepat menyusuri lorong bersama Rangga yang berusaha menenangkannya. "Aku harap Mas Sean tidak gegabah, mereka hanya perempuan. Kita tanya mereka dengan baik-baik, tidak perlu pakai kekerasan," ujar Rangga, berusaha menahan ketegangan di antara langkah mereka.Sean hanya mengangguk kecil tanpa menoleh, rahangnya mengeras. Amarahnya tertahan, tetapi jelas terpancar dari caranya berjalan dan tatapan matanya yang tajam. Ketika mereka sampai di sebuah pintu besar di ujung lorong, Sean berhenti sejenak, menarik napas panjang, lalu mendorong pintu itu dengan kuat.Di dalam ruangan, Rina dan Nadya duduk berdampingan di kursi kayu yang keras. Wajah mereka pucat, mata mereka penuh ketakutan. Saat pintu terbuka, mereka serempak menoleh. Rina menelan ludah, sementara Nadya menggenggam tangannya erat. Keduanya tampak bingung dan cemas.Sementara itu terlihat Selo Ardi dan beberapa anak buahnya yang berjaga di sana. Memastikan semua berjalan dengan lancar tanpa kendala yang berarti.S
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

129. Baby Boy

Lila duduk di ruang pemeriksaan, wajahnya masih terlihat pucat tetapi senyum kecil menghiasi bibirnya. Keadaannya telah jauh membaik setelah mendapatkan perawatan intensif.Tetapi sebelum diizinkan pulang, Lila masih harus menjalani beberapa pemeriksaan untuk memastikan kondisinya benar-benar stabil.Dokter Amira masuk ke ruangan dengan clipboard di tangannya. Senyumnya ramah seperti biasa, tetapi ia sedikit terkejut melihat seorang pria duduk di samping Lila.Sean itu berdiri, menjabat tangan Dokter Amira dengan sopan. “Perkenalkan saya Sean, suami Lila,” ujar Sean tegas, terdengar sangat tenang.Dokter Amira terdiam sejenak, matanya bergantian memandang Lila dan Sean. “Suami?” tanya Dokter Amira terlihat ragu. Seingatnya Lila pernah mengatakan kalau dirinya janda pada saat melakukan pemeriksaan.Lila tersenyum canggung, sementara Sean segera menjawab dengan santai, untuk menghilangkan rasa penasaran dan kecurigaan pada dokter yang sedang memeriksa istrinya.“Kami memutuskan untuk ru
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

130. Rumah Baru

Setelah hampir satu jam berkendara, mobil berbelok ke sebuah gerbang besar yang otomatis terbuka. Lila tercengang melihat apa yang ada di depan mereka. Sebuah rumah megah dengan arsitektur modern berdiri di tengah halaman luas yang dihiasi taman hijau yang rapi. Sebuah pemandangan yang selama ini hanya ada di mimpinya.Sean menghentikan mobil di depan pintu utama dan turun lebih dulu. Ia berjalan memutari mobil, membukakan pintu untuk Lila.“Selamat datang di rumah baru kita,” ucap Sean sambil mengulurkan tangan.Lila keluar dari mobil, matanya tak bisa lepas dari rumah itu. “Sean … ini rumah kita?” tanyanya pelan, seolah takut jawabannya hanya lelucon.Sean mengangguk, menatapnya penuh cinta. “Aku tahu kau selalu ingin tempat seperti ini. Tempat yang bisa kita sebut rumah, tempat anak kita tumbuh dengan bahagia.”Air mata menggenang di pelupuk mata Lila. “Sean … terima kasih,” bisiknya, lalu memeluk pria itu dengan erat.Sean pun membalas pelukan itu, merasakan kehangatan yang tidak
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
18
DMCA.com Protection Status