Share

125. Masih Tidak Percaya

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2024-11-16 13:57:34

Sean duduk diam di samping brankar Lila, tangannya menggenggam tangan Lila yang terbaring lemah dengan wajah pucat. Dia menatapnya dengan penuh rasa bersalah dan khawatir, seolah berusaha menjaga ketenangan Lila dari segala gangguan.

Pintu kamar perlahan terbuka, dan dokter yang menangani Lila melangkah masuk, diikuti oleh seorang asisten yang membawa berkas uji laboratorium. Sean segera berdiri, bersiap mendengar hasil pemeriksaan dengan harapan dan ketakutan bercampur menjadi satu.

"Pak Sean, kami telah menerima hasil uji laboratorium," ucap sang dokter, pelan tetapi terlihat sangat serius. "Dari sample darah yang kami uji, kami menemukan adanya kandungan zat berbahaya dalam yang bisa berakibat fatal pada kehamilan istri Anda."

Sean tertegun, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Apa maksud dokter?"

Sang dokter menghela napas dalam-dalam, meski terlihat berat dia tetap harus menyampaikan temuannya tersebut.

“Kami menemukan zat yang biasa digunakan untuk menggugurkan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Selo Ardi tuh yg di cerita Satria dan Handa ya thor
goodnovel comment avatar
Teli Apriani
tetap semangat up date
goodnovel comment avatar
Asri Widiastuti
kok tiap update sedikit sekali ya tiap bab nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   126. Rina dan Nadya

    Lila perlahan membuka matanya, pandangannya masih kabur saat cahaya lampu ruangan menyambutnya. Tubuhnya terasa lemah, dan nyeri samar masih tersisa di perutnya. Saat fokus matanya mulai kembali, dia melihat Sean duduk di samping tempat tidur, kepalanya menunduk, dengan tangan menggenggam jemarinya.Hati Lila tersentuh. Dalam keheningan itu, dia melihat sisi Sean yang jarang terlihat, kesetiaannya yang tanpa kata. Perlahan, dia mengulurkan tangan lemah, menyentuh punggung tangan Sean dengan lembut.Sentuhan itu membuat Sean terbangun dari lamunannya. Dia mendongak, mata mereka bertemu. Sesaat pasangan suami istri itu hanyut dalam keheningan.“Kamu di sini?” Suara Lila nyaris berbisik, ada keharuan dalam nadanya. Dia tidak menduga Sean akan tetap menemaninya, di tengah kesibukannya atau mungkin urusannya dengan Miranda.Sean mengangguk pelan. “Aku akan selalu di sini untukmu … dan anak kita.”Air mata mengalir di pipi Lila. Meski hatinya masih penuh keraguan, kehadiran Sean malam ini m

    Last Updated : 2024-11-17
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   127. Akibat Tidak Patuh Kepada Suami

    Sean tiba di kamar rawat Lila dengan langkah cepat, wajahnya tegang penuh kemarahan yang ditahan. Ia membuka pintu dengan sedikit terlalu keras, membuat Lila yang sedang berbaring terkejut. Sean mendekati brankarnya, tatapan tajam matanya langsung mengarah ke Lila."Siapa yang memesan jus lemon itu untukmu?" tanya Sean dengan nada tegas, tanpa basa-basi dan terdengar seperti sedang menginterogasi.Lila menatap Sean, bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba. “Rina,” jawab Lila pelan, jujur apa adanya.Suara Lila terdengar masih lemah. “Dia membawanya untukku. Aku biasa memesan jus lemon saat makan siang bersama. Ada apa, Sean?”Sean menarik napas dalam-dalam, berusaha meredam emosinya, tetapi tetap tidak mampu menyembunyikan amarahnya. “Kau tahu apa yang membuatmu sampai terbaring di sini? Dan kita hampir saja kehilangan anak kita?”Lila menggeleng lemah, dengan sorot mata yang terlihat ketakutan dengan perubahan sikap Sean yang sepertinya mulai dikuasai oleh amarah.“Jus lemon yang di

    Last Updated : 2024-11-17
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   128. Pengakuan Rina

    Sean berjalan cepat menyusuri lorong bersama Rangga yang berusaha menenangkannya. "Aku harap Mas Sean tidak gegabah, mereka hanya perempuan. Kita tanya mereka dengan baik-baik, tidak perlu pakai kekerasan," ujar Rangga, berusaha menahan ketegangan di antara langkah mereka.Sean hanya mengangguk kecil tanpa menoleh, rahangnya mengeras. Amarahnya tertahan, tetapi jelas terpancar dari caranya berjalan dan tatapan matanya yang tajam. Ketika mereka sampai di sebuah pintu besar di ujung lorong, Sean berhenti sejenak, menarik napas panjang, lalu mendorong pintu itu dengan kuat.Di dalam ruangan, Rina dan Nadya duduk berdampingan di kursi kayu yang keras. Wajah mereka pucat, mata mereka penuh ketakutan. Saat pintu terbuka, mereka serempak menoleh. Rina menelan ludah, sementara Nadya menggenggam tangannya erat. Keduanya tampak bingung dan cemas.Sementara itu terlihat Selo Ardi dan beberapa anak buahnya yang berjaga di sana. Memastikan semua berjalan dengan lancar tanpa kendala yang berarti.S

    Last Updated : 2024-11-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   129. Baby Boy

    Lila duduk di ruang pemeriksaan, wajahnya masih terlihat pucat tetapi senyum kecil menghiasi bibirnya. Keadaannya telah jauh membaik setelah mendapatkan perawatan intensif.Tetapi sebelum diizinkan pulang, Lila masih harus menjalani beberapa pemeriksaan untuk memastikan kondisinya benar-benar stabil.Dokter Amira masuk ke ruangan dengan clipboard di tangannya. Senyumnya ramah seperti biasa, tetapi ia sedikit terkejut melihat seorang pria duduk di samping Lila.Sean itu berdiri, menjabat tangan Dokter Amira dengan sopan. “Perkenalkan saya Sean, suami Lila,” ujar Sean tegas, terdengar sangat tenang.Dokter Amira terdiam sejenak, matanya bergantian memandang Lila dan Sean. “Suami?” tanya Dokter Amira terlihat ragu. Seingatnya Lila pernah mengatakan kalau dirinya janda pada saat melakukan pemeriksaan.Lila tersenyum canggung, sementara Sean segera menjawab dengan santai, untuk menghilangkan rasa penasaran dan kecurigaan pada dokter yang sedang memeriksa istrinya.“Kami memutuskan untuk ru

    Last Updated : 2024-11-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   130. Rumah Baru

    Setelah hampir satu jam berkendara, mobil berbelok ke sebuah gerbang besar yang otomatis terbuka. Lila tercengang melihat apa yang ada di depan mereka. Sebuah rumah megah dengan arsitektur modern berdiri di tengah halaman luas yang dihiasi taman hijau yang rapi. Sebuah pemandangan yang selama ini hanya ada di mimpinya.Sean menghentikan mobil di depan pintu utama dan turun lebih dulu. Ia berjalan memutari mobil, membukakan pintu untuk Lila.“Selamat datang di rumah baru kita,” ucap Sean sambil mengulurkan tangan.Lila keluar dari mobil, matanya tak bisa lepas dari rumah itu. “Sean … ini rumah kita?” tanyanya pelan, seolah takut jawabannya hanya lelucon.Sean mengangguk, menatapnya penuh cinta. “Aku tahu kau selalu ingin tempat seperti ini. Tempat yang bisa kita sebut rumah, tempat anak kita tumbuh dengan bahagia.”Air mata menggenang di pelupuk mata Lila. “Sean … terima kasih,” bisiknya, lalu memeluk pria itu dengan erat.Sean pun membalas pelukan itu, merasakan kehangatan yang tidak

    Last Updated : 2024-11-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   131. Masalah Baru

    Ratusan komentar memenuhi unggahan terakhir Lila. Konten yang seharusnya mengedukasi Masyarakat pada saat perekonomian tidak pasti, justru menjadi ladang hujatan untuk dirinya. Mata Lila terpaku pada kata-kata penuh amarah dan kebencian.‘Dasar pelakor’‘Kau menghancurkan hidup Miranda’‘Tampang B aja rebut kekasih orang, paling modal selangkangan’Cacian itu datang seperti badai, membanjiri setiap kolom komentar dan pesan langsung. Lila menelan ludah, tangannya gemetar saat ia mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi.Ia membuka salah satu unggahan akun gosip yang viral. Di sana terpampang foto dirinya dan Sean, disertai narasi yang menyebutkan bahwa Sean adalah tunangan Miranda sebelum menikahi Lila. Komentar-komentar pedas dari netizen menyudutkannya tanpa ampun.Lila merasa dadanya sesak. Air matanya mulai menggenang, jatuh tanpa bisa ia tahan."Ini tidak benar," gumamnya pelan, seolah mencoba meyakinkan dirinya sendiri.Lila menggulir layar, berharap menemukan sesuatu yang bi

    Last Updated : 2024-11-19
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   132. Ketenangan Hidup

    “Apa yang terjadi pada Rina, Nad?” tanya Lila untuk menuntaskan rasa penasarannya. Perempuan hamil itu tidak ingin hatinya terus bertanya-tanya.Nadya terdengar ragu, tetapi akhirnya berbicara dengan cepat, seakan takut kehilangan keberanian. “Saat ini Rina ditahan polisi, Lil. Mereka menuduhnya Rina sebagai pelaku insiden jus lemon. Aku tahu kamu marah, tapi aku mohon dengarkan aku dulu.”Lila merasa penjelasn dari Nadya bukan hanya untuk dirinya saja, mengetahui suaminya masih berada di dekatnya dengan sengaja Lila mengeraskan suara ponselnya, agar Sean juga bisa mendengarkan percakapan tersebut, sehingga dia tidak perlu untuk mengulang penjelasan dari Nadya lagi.Dengan terpaksa turut mendengarkan ucapan Nadya. Dia pun segera duduk di samping Lila dan membawakan meraih ponsel untuk diletakkan di nakas. Baginya terlalu berbahaya untuk Lila terus memegang ponsel yang masih dalam keadaan diisi dayanya.Sementara itu, Nadya melanjutkan kalimatnya dengan suara yang bergetar. “Lila, aku

    Last Updated : 2024-11-19
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   133. Mengakhiri Perdebatan

    “Maaf jika tidak sempurna, tapi aku akan berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian,” ucap Sean sambil meraih tangan Lila. Suaranya terdengar dalam, serak, penuh penyesalan.Tetapi sepertinya kata-kata itu tidak memadamkan amarah yang menyala di mata Lila.“Aku tidak menuntut kesempurnaan, karena aku tahu kau tidak mungkin bisa memberikannya.” Lila menjeda kalimatnya menatap tajam ke arah mata Sean. “Tapi kau juga harus mengakui jika masalah yang menimpaku akhir-akhir ini justru ada karena kehadiranmu di hidupku.”Sean terkesiap. Kata demi kata yang terlontar dari bibir Lila terasa seperti tamparan bolak-balik di pipinya.“Bukan seperti itu.” Sean menyanggah ucapan Lila. Dia merasa tidak terima dengan tuduhan tersebut. Hingga suaranya meninggi tanpa sadari. “Aku akan menyelesaikan semua masalah yang ada. Tapi masalah Ryan … itu tidak sesederhana yang kau pikirkan dan sangat rumit.”Nama Ryan. Hanya mendengarnya saja sudah cukup untuk membuat dada Sean terasa sesak. Ia mengepalkan t

    Last Updated : 2024-11-19

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   320. Bucin Paripurna

    Sean membuka pintu kamar hotel dengan santai, bathrobe putih membalut tubuhnya, rambutnya masih sedikit basah setelah mandi. Dengan senyum hangat, dia menerima trolley yang berisi makan siang mereka dari petugas room service."Terima kasih," ucap Sean sebelum menutup pintu kembali.Lila masih berbaring di atas ranjang, matanya terpejam sejenak, menikmati kenyamanan kasur empuk setelah pergulatan panas yang cukup melelahkan. Kesibukan membuat mereka harus pintar-pintar mencari waktu untuk bisa menjaga keharmonisan rumah tangga.Saat Sean menghampiri dengan meja makan yang telah disiapkan, Lila perlahan mengubah posisinya menjadi duduk. Ada rasa kecewa saat melihat istrinya mulai mengenakan jubah tidur, karena sebenarnya Sean ingin makan sambil menatap tubuh indah istrinya.Sean harus menekan ego dan imajinasi liarnya tersebut, karena baginya kenyamanan Lila lebih penting."Ayo makan," kata Sean sambil menuangkan segelas air putih untuk Lila. Setelah mendapat pelayanan yang sangat memua

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   319. Pasrah

    Lila berpikir cepat. Dia tidak ingin membuat Sean menunggu lama di hotel, tetapi juga tahu jika menolak permintaan Delisa begitu saja. Adiknya itu pasti akan mengadu pada Ibu mereka, jika keinginannya tidak terpenuhi. Ujung-ujungnya, Lila akan menerima ceramah panjang lebar yang menyakitkan hati dari sang ibu."Sebagai mbak, kamu itu harusnya lebih sayang sama adikmu!" Inayah pasti akan berkata begitu. "Dulu kita sama-sama hidup susah, setelah hidup enak kenapa sekarang lupa pada adikmu?" "Delisa itu adikmu, Lila. Kalau bukan kamu yang memperhatikannya, siapa lagi?" Kalimat-kalimat yang sebenarnya menyakitkan bagi Lila, seolah-olah selama ini dia tidak pernah peduli pada adiknya. Seolah-olah semua yang sudah dia lakukan tidak ada artinya.Lila menarik napas panjang, menahan kesal yang mulai menguasai pikirannya. Dia tidak ingin berdebat dengan Inayah lagi. Lila berusaha berpikir cepat agar bisa menemukan solusi lain.Tanpa ragu, Lila mengeluarkan ponselnya dan segera memesan makana

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   318. Makan Siang di Hotel Bintang Lima

    Ryan menunduk, suaranya nyaris tenggelam dalam riuh rendah restoran. "Ibuku seorang penderita skizofrenia."Rina terkejut. Matanya membulat, menatap Ryan yang kini tampak begitu rapuh di hadapannya. Ia tidak menyangka, di balik sikapnya yang selalu tenang dan terkendali, Ryan menyimpan luka sedalam ini.Rina bertanya dalam hati, apakah ini yang membuatnya selalu terlihat murung?Ryan menghela napas, menatap ke arah lain. "Aku sadar, menikah denganku tidak akan mudah, Rina. Aku tidak bisa menjanjikan hidup yang sempurna. Aku tidak bisa menjanjikan segalanya akan baik-baik saja. Tapi ..." Ia menatap Rina, dalam dan tulus. "Aku bisa menjanjikan ketulusan."Rina masih diam, hatinya berkecamuk. Ia tidak pernah membayangkan beban yang harus ditanggung Ryan. Ia tahu, memiliki anggota keluarga dengan gangguan mental bukanlah sesuatu yang mudah. Ada tanggung jawab, ada pengorbanan, ada kesedihan yang mungkin tidak bisa dimengerti orang lain.Tanpa sadar, Rina meraih tangan Ryan. Ia menggenggam

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   317. Kenyataan Pahit yang Lain

    Ryan menatap bayangannya di cermin, menyisir rambutnya dengan perlahan. Wajahnya tampak tenang, tapi pikirannya tidak. Rina masih memenuhi benaknya.Sejak perpisahan mereka, ia berusaha mengalihkan perhatian dengan pekerjaan dan kesibukan lainnya, tetapi bayangan gadis itu selalu muncul, terutama di saat-saat seperti ini, saat ia sendiri, berdiri di depan cermin, menghadapi dirinya sendiri.Dengan helaan napas panjang, Ryan meraih ponselnya dari meja. Jemarinya ragu sejenak sebelum akhirnya mengetik pesan."Rina, bisakah kita bertemu? Mungkin untuk yang terakhir kali."Ia menatap layar, mempertimbangkan apakah ini keputusan yang tepat. Namun sebelum bisa berubah pikiran, ia menekan tombol kirim.Detik-detik berlalu terasa lambat. Ia menunggu dalam diam, berharap, tapi juga takut akan jawaban yang mungkin ia terima. Lalu, ponselnya bergetar."Baiklah, di mana?"Ryan merasakan dadanya sedikit lega, meski di baliknya ada kegelisahan. Ia segera mengetik balasan."Bagaimana kalau di Restor

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   316. Jawaban yang tak Kunjung Datang

    Setelah makan malam, mereka duduk santai di ruang keluarga. Sekar duduk di sofa dengan nyaman, sementara Lila menyandarkan kepalanya di bahu Sean yang duduk di sampingnya. Brilian sudah tertidur pulas di kamarnya, membuat malam terasa lebih tenang.Sekar menyesap teh hangatnya, lalu melirik ke arah Sean. “Sean, apartemen kamu di Regal Hight itu sampai sekarang masih kosong, ya?” tanya Sekar santai.Sean menoleh ke ibunya, lalu mengangkat bahu. “Iya, Ma. Kenapa?”Sekar menatapnya dengan tajam. “Apa rencanamu dengan apartemen itu?”Sean menghela napas, melirik sekilas ke arah Lila yang tampak mendengarkan obrolan mereka dengan tenang. “Belum ada rencana, Ma,” jawab Sean akhirnya.Sekar langsung bersuara dengan nada tegas, “Kalau begitu lebih baik disewakan saja. Daripada dibiarkan kosong, hanya menghabiskan biaya perawatan.”Sean kembali melirik Lila, kali ini lebih lama. Sebenarnya, dia punya rencana sendiri untuk apartemen itu. Sesekali, dia ingin mengajak istrinya ke sana, menghabisk

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   315. Kena Marah Semua

    Setelah kelahiran Brilian, ada rasa kurang nyaman saat mereka menikmati kebersamaan. Beberapa kali Brilian terbangun di saat yang tidak tepat, hingga membuat Sean dan Lila terpaksa menyelesaikan dengan cepat, bahkan pernah akhirnya tidak dilanjutkan.Tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Sean dan Lila menikmati kesempatan yang diberikan oleh Sekar. Terasa seperti bulan madu saat menikmati kebersamaan penuh gairah tanpa ada gangguan.Tidak harus terburu-buru untuk saling memberikan kenikmatan. Bahkan Sean tidak perlu membekap mulut Lila agar suara desah dan jeritannya membangun Brilian.Setelah berburu kenikmatan bersama dalam berbagai gaya diiringi dengan erangan dan desahan, akhirnya Sean dan Lila bisa mencapai puncak bersama. Sean melabuhkan kecupan lembut di bibir Lila sebelum menjatuhkan tubuhnya tepat di samping Lila dan memeluknya dengan erat. Sementara itu Lila berusaha menormalkan kembali deru napasnya yang tidak beraturan.“Apa motif mama melakukan ini semua?” Lirih suara

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   314. Hadiah dari Sekar

    Sean mendekati mamanya dengan hati-hati. Ia tahu Sekar tidak suka ditentang, tetapi ia juga tidak bisa diam melihat istrinya terluka.Dengan nada lembut berharap tidak menyinggung perasaan sang mama, Sean melontarkan pertanyaan, “Ma, kenapa Lila menangis? Apa ada sesuatu yang terjadi?”Sekar menoleh ke arah Sean, dia terlihat santai sambil tetap bermain dengan Brilian.“Ah, cuma masalah kecil, Sean. Aku hanya bilang ingin tidur dengan Brilian malam ini. Sepertinya Lila tidak terima.”Sean menarik napas panjang, mencoba meredam emosinya. “Ma, aku tahu Mama sangat menyayangi Brili. Tapi Lila sudah seharian di kantor. Dia hanya ingin memeluk anaknya malam ini. Tidak bisakah Mama memberikan waktu untuk Lila dan Brili bersama? Besok, Mama bisa bermain sepuasnya dengan Brili saat kami bekerja.”Sekar menatap tajam ke arah Sean, matanya seolah ingin menembus akal sehat putra semata wayangnya.“Mama tidak ingin mengajakmu hitung-hitungan. Mama tidak pernah meminta imbalan untuk merawat Brili,

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   313. Memonopoli Cucu

    Inayah memijit pelipisnya dengan kesal setelah mendengar keluh kesah Delisa melalui telepon. Kata demi kata yang terlontar dari bibir putri bungsunya masih terngiang-ngiang di telinganya."Bu, Mbak Lila sekarang sombong. Dia nggak peduli lagi sama aku setelah jadi bos. Apa dia lupa kalau aku adiknya?" Nada bicara Delisa terdengar penuh keluhan, membuat hati Inayah ingin segera bertindak.Yang ada dalam benak Inayah, saudara itu harus selalu rukun dan saling menolong. Tidak ada salahnya Lila yang sudah memiliki kehidupan yang baik menolong adiknya yang sedang merintis karir.Tanpa berpikir panjang, Inayah meraih ponselnya dan bersiap menghubungi Lila. Namun, sebelum ia sempat menekan nomor, Waluya menghentikannya."Tunggu dulu, Bu. Jangan bertindak gegabah. Masalah Lila dan Lisa kali ini tentang pekerjaan, bukan urusan keluarga," ucap Waluya dengan tenang."Tapi, Pak, masa Lila begitu sama Lisa? Mereka kan saudara! Lila harusnya lebih perhatian sama adiknya," sahut Inayah dengan nada t

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   312. Sikap Lila di Hadapan Delisa

    Setelah acara pengumuman berakhir, suasana di Mahendra Securitas mulai kembali tenang. Sekar terlihat tenang tetapi penuh perhatian ketika menggendong Brilian yang tertidur pulas di pelukannya.Langkahnya mantap menuju mobil, sementara Lila berjalan di sampingnya dengan raut wajah yang terlihat berat melepas kepergian putranya. Untuk pertama kalinya dia akan terpisah dalam waktu yang lama dengan putranya.Sekar tersenyum lembut, menatap menantunya dengan penuh pengertian. “Lila, Brilian akan baik-baik saja. Aku akan merawatnya dengan baik, seperti dulu waktu merawat Sean. Kamu fokus saja pada tugasmu di sini. Percayalah, ini juga untuk kebaikan Brilian.”Meskipun hatinya masih ragu, Lila akhirnya mengangguk. Dia tahu Sekar memiliki pengalaman dan kasih sayang yang luar biasa. Saat Sekar bersiap memasuki mobil bersama Brilian, Lila dan Sean mendekat untuk memberikan kecupan perpisahan kepada putra kecil mereka.Lila mencium kening Brilian dengan lembut, air mata hampir jatuh dari sudut

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status