Home / Rumah Tangga / Terjerat Gairah Pembantu Cantik / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Terjerat Gairah Pembantu Cantik: Chapter 231 - Chapter 240

254 Chapters

[S2] Rasanya Masih Sama

"Ada yang mau kamu tanya kan?""Semuanya sudah jelas kok, Pak." Nilam tersenyum penuh rasa yakin. Membuat Jean yang ada di depannya mengangguk bangga."Oh ya, sebelum mempelajari dokumen yang aku berikan. Tolong buatkan aku kopi dulu!""Siap Pak," sahut Nilam dengan semangat. "Takarannya 2:1 kayak biasanya kan?" lanjutnya tanpa sadar.Jean terpaku kaget. Alisnya terangkat, wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut. "Biasanya?" Jean menoleh, menatap Nilam tajam namun penuh rasa ingin tahu.Nilam langsung tersadar dengan apa yang baru saja diucapkannya. Matanya melebar, dan wajahnya memerah. "Eh, maaf, Pak! Maksud saya, em... Tadi itu saya asal nebak kok. ehehehe." Ia menggaruk kepala sambil tersenyum canggung. Jean menyipitkan mata, seperti mencoba membaca pikiran Nilam. Namun, ia tidak berkata apa-apa dan hanya mengangguk kecil. "Baiklah, buatkan saja kopinya. Kalau rasanya cocok, aku akan anggap feeling-mu bagus."
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

[S2] Diam-Diam Ngasih Perhatian

Sepanjang pagi, Nilam disibukkan dengan berbagai tugas administratif. Ia mengatur jadwal Jean yang padat, mencatat poin-poin penting selama rapat, dan menjawab panggilan telepon dari klien penting. Namun, tantangan terbesar datang ketika ia diminta untuk menyiapkan dokumen untuk presentasi penting yang akan diadakan sore itu. Jean ingin semua detailnya sempurna, tanpa ada satu pun kesalahan. “Pastikan grafik penjualan ini diperbarui sesuai laporan terbaru,” kata Jean sambil menyerahkan file elektronik kepadanya. "Siap Bos. Saya akan mengerjakan semuanya dengan baik." "Thank's." Fiuuuuh... Begitu Jean pergi dari hadapannya, Nilam langsung menghela nafas dan menyandarkan badannya di sandaran kursi. "Padahal ini hari pertama, tapi udah diberondong kerjaan sebanyak ini." Baru beberapa jam duduk di sana, tapi pantat dan punggungnya sudah meronta-ronta minta rebahan. "Emang enak di rumah aja nurut ama Mama. Tapi— aku bosen gak ada kegiatan." "Nilam," suara Jean yang tegas
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

[S2] Sudah Ada Yang Punya

"Darimana aja? Kenapa baru muncul?" Nilam menghela napas. "Hari ini sibuk banget aku, Mba. Padahal hari pertama tapi Pak Jean udah ngasih banyak kerjaan." "Ututuuu... Kasian..." Talita memasang wajah prihatin. "Terus sekarang kamu mau ke mana?" "Mau makan siang." "Hah? Kamu belum makan? Udah mau jam 3 ini." "Tadi Pak Jean nyuruh beli makan, tapi aku gak bisa makan dengan tenang kalau kerjaan belum selesai, makanya aku lanjut kerja dulu," balas Nilam. "Nanti kamu balik jam berapa?" Nilam menggeleng. "Belum tau, Mba. Tapi kayaknya lembur sih. Soalnya setengah jam lagi mau diajakin Pak Bos meeting." Jawaban Nilam semakin membuat Talita terperangah. "Meeting? Seriusan? Ini hari pertama kamu loh?" "Mau gimana lagi Mba. Kayaknya Pak Jean pengen aku cepet-cepet paham apa aja tugas-tugasku di sini." Talita menghela napas panjang, lalu menatap Nilam dengan wajah penuh simpati. "Kamu sabar aja, ya!" "Aku sabar kok Mba, ehehehe." "Aku jadi penasaran gimana sih Pak Jean? Dia galak gak
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

[S2] Jadi Pelakor

“Tapi... dia kan udah punya istri!” Nilam mengguncang-guncang kepalanya sendiri, mencoba menghilangkan pikiran itu. "Eh— punya belum ya?" Tiba-tiba ia teringat peringatan dari mamanya sebelum ia menerima pekerjaan ini. ["Hati-hati kerja sama bos laki-laki, apalagi kalau dia ganteng dan kamu sering dekat sama dia. Jangan sampai kamu jadi pelakor, Nilam!"] “Aku gak mau jadi pelakor,” katanya sambil menghela napas panjang. "Tapi kalo Bosnya seganteng Pak Jean, aku takut gak bisa tahan godaan." Sadar dengan apa yang dia pikirkan, Nilam langsung geleng-geleng kepala. "Astaga Nilam! Sadar! Sadar!" "Udahlah, mending aku abisin makanannya terus balik ke atas." Waktu hampir menunjukkan pukul tiga sore. Nilam buru-buru membereskan makanannya dan kembali ke ruangannya. Ia tak mau memberi kesan buruk dengan datang terlambat ke rapat pertama. Di ruang rapat, semua orang sudah berkumpul. Jean berdiri di depan, terlihat sedang mempersiapkan proyektor untuk presentasi. Begitu melihat Nilam ma
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

[S2] Kamu Naksir Ya?

Jean membuka pintu kamar putrinya dengan hati-hati, memastikan tidak ada suara yang bisa membangunkan anaknya yang sudah mulai beranjak remaja itu.Namun, saat memasuki kamarnya, dia dikejutkan dengan sebuah bingkai foto yang sedang dipeluk oleh anaknya. Juga, jejak basah disudut mata putrinya yang menandakan jika Qila baru saja menangis.Dengan perlahan, Jean menarik bingkai foto tersebut dari pelukan Qila. Bocah itu menggeliat pelan dalam tidurnya. Namun untungnya dia tidak terbangun.Jean duduk di tepi ranjang putrinya, memandangi bingkai foto yang baru saja ia ambil. Foto itu adalah gambar keluarga mereka sebelum semuanya berubah— Jean, mantan istrinya, dan Qila yang masih kecil, tersenyum bahagia di sebuah taman.Pandangan Jean menjadi kabur oleh emosi yang tak bisa ia tahan. Ia tahu betul bahwa Qila merindukan keutuhan yang dulu mereka miliki. Tetapi situasi yang terjadi tak lagi bisa diubah. Dengan lembut, Jean mengusap kepala Qila, menggeser beberapa helaian rambut dari waja
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

[S2] Ingatan Samar

"Ughh..." Ia menutup kedua matanya dengan telapak tangan. Mencoba menghalau rasa sakit itu."Nilam, kamu kenapa?"Perempuan itu tersentak kaget saat Jean tiba-tiba sudah berdiri di depannya. "P- Pak Jean.""Kamu kenapa? Sakit?" Jean mengerutkan keningnya, wajahnya tampak khawatir.Nilam menggeleng. "Enggak Pak. Saya gak apa-apa kok."Tak puas dengan jawaban yang Nilam berikan, Jean justru memandangi perempuan itu dengan lamat, memastikan jika Nilam tidak sedang berbohong padanya. "Kamu yakin?""Iya Pak.""Kamu kalau sakit mending pulang aja!"Nilam kaget. "E— enggak usah Pak. Saya gak apa kok. Barusan itu cuman vertigo aja. Ehehehe."Jean melipat kedua tangannya. Meskipun dia tidak yakin, namun Jean mencoba untuk mempercayai ucapan Nilam. Toh, kalau dia terlalu khawatir dia takut Nilam akan merasa canggung."Ya sudah kalau kamu baik-baik saja," kata Jean pada akhirnya. "Omong-omong, rangkuman rapat kemarin sudah siap kan?"Nilam mengangguk. "Sudah Pak. Mau dicek sekarang?""Boleh. Lan
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

[S2] Kok Deg-deg'an?

Setelah satu jam, rapat akhirnya selesai. Para peserta mulai keluar dari ruangan sambil berbincang-bincang. Jean membereskan beberapa dokumen di meja, sementara Nilam berdiri di belakang, ragu apakah harus langsung pergi atau menunggu instruksi lebih lanjut. Jean menoleh ke arahnya, menatapnya dengan senyum tipis. "Nilam, kamu bisa ke ruanganku sebentar? Ada yang perlu kita diskusikan." "Baik, Pak," jawab Nilam dengan nada hati-hati. Di dalam ruangan Jean, pria itu duduk di kursinya sambil menyeruput kopi yang tadi dibuat Nilam. Ia menunjuk kursi di depannya. "Duduk aja, Nilam!" Nilam menurut, meskipun hatinya masih berdebar. "Kamu kelihatan banyak melamun di rapat tadi," kata Jean tiba-tiba. "Ada yang salah?" Pertanyaan itu membuat Nilam semakin canggung. 'Hah? Kok Pak Jean bisa nyadar sih? Jangan-jangan diam-diam dia juga merhatiin aku?' pipi Nilam memerah karena pikirannya sendiri. "Kamu okey kan?" "A-ah, maaf Pak. Saya kurang fokus karena..." Suara perempuan it
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

[S2] Momen Bersama Yang Tersayang

Jean duduk di meja makan bersama Qila, menikmati sarapan yang sudah disiapkan oleh asisten rumah tangga mereka. Pagi Qila terlihat lebih semangat dari biasanya. Gadis kecil itu menyendok bubur ayamnya sambil berbicara tanpa henti tentang persiapannya untuk lomba menari nanti siang."Qila, kostum sama perlengkapan buat lombanya udah siap semua kan?""Udah Pa. Kemarin Bibi bantu siapin.""Nanti sebelum berangkat papa bantu cek ya, supaya gak ada yang ketinggalan.""Siap Pa."Jean tersenyum. Semangat putrinya pagi ini membuatnya ikut bersemangat juga."Papa, Qila udah siap banget buat lomba nanti!" katanya dengan senyum lebar.Qila tak bisa menyembunyikan rasa gembiranya sejak pagi hari. Ia tak berhenti bercerita tentang gerakan tarinya, musik yang akan dimainkan, hingga urutan tampilnya. Matanya berbinar-binar seperti bintang, dan suaranya dipenuhi antusiasme setiap kali ia menyebut kata "lomba". "Papa gak sabar liat penampilan kamu." Ia mengusap pipi Qila dengan penuh kasih sayang."
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

[S2] Darimana Kamu Tau?

"Nilam..." panggil Jean dengan suara pelan, mencoba membangunkannya tanpa membuatnya terkejut.Namun, Nilam hanya bergumam kecil, masih terlelap. Jean berjalan mendekat, bukannya membangunkan Nilam. Jean justru mengambil kursi yang berada tak jauh darinya dan duduk di hadapan sang sekertaris yang sedang menahan keseimbangan kepalanya agar tidak jatuh ke meja.Jean terkekeh kecil melihat ulah perempuan itu. Dengan cepat ia melipat jasnya dan meletakkannya di depan Nilam. Dengan penuh hati-hati dan kelembutan, Jean menahan kepala Nilam dan menidurkannya di atas jas yang sudah ia lipat menyerupai bantal."Sekarang kamu bisa tidur dengan nyenyak," gumamnya sambil merapikan helai rambut yang menutupi wajah mantan pacarnya tersebut.Jean duduk di depan Nilam, pandangannya tertuju pada wanita itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Campuran kerinduan, cinta, dan kesedihan yang terpendam memenuhi matanya. Hatinya terasa hangat dan hampa dalam waktu yang bersamaan. Nilam ada di hadapannya, t
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

[S2] Apa Kamu Mengingatnya?

"Dari mana kamu tahu nama anakku?" Pertanyaan itu membuat Nilam terpaku. Ia tampak kebingungan. Jujur dia juga tidak sadar saat menyebut nama itu. "Loh... Saya... Emm..." "Nilam," suara Jean semakin serius, "Kamu tadi menyebut nama Qila, dan aku yakin belum pernah menyebutkan nama anakku di depan kamu." Jean kembali mengulang kalimatnya. Seolah berharap jika Nilam sedang berpura-pura hilang ingatan dan akhirnya keceplosan. Wajah Nilam langsung memucat. Ia mencoba menjelaskan, tapi lidahnya terasa kelu. "S-serius, Pak... Saya juga bingung kenapa saya bilang begitu. Nama itu keluar begitu saja dari mulut saya." Jean berdiri dari kursinya, perlahan berjalan mengelilingi meja dan berdiri di depan Nilam. Ia menatap perempuan itu dengan penuh rasa penasaran, sekaligus emosi yang ia sembunyikan dengan baik. Daripada terus menerus ditatap begitu intens oleh Jean, Niann memilih untuk menunduk. Jujur dia mulai merasa tidak nyaman dengan situasi itu. Ia menggenggam jas Jean dan menyerahkan
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more
PREV
1
...
212223242526
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status