Home / Pernikahan / Mari Bercerai, Paman Kai! / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Mari Bercerai, Paman Kai!: Chapter 11 - Chapter 20

148 Chapters

Bab 11.

Duduk termenung di samping tubuh Ibunya yang terlihat tak sempurna lagi, lantas membuat hati Sera berdenyut nyeri. Bagaimana tidak, dia harus melalui hari yang pelik setelah ayahnya yang baru saja terkena serangan jantung dan Ibunya yang tidak bisa lagi seperti dulu.Kaki dan tangannya yang membengkok serta takkan bisa digunakan karena enggan untuk lurus, membuat Sera menaruh iba paling dalam terhadap Ibunya.Sera hanya termenung, membayangkan penderitaan seperti apa yang akan dihadapi oleh Ibunya selama beberapa waktu kedepan.Saat sendiri seperti ini, Sera tak sadar ketika pintu ruangan terbuka dan terdengar sedikit derit yang tidak mampu didengar oleh Sera yang sedang termenung. “Sera,” sapa seseorang dari dekat pintu.Sera terhenyak, dia mengusap air mata yang sempat menetes banyak. Sera bergeser, memberikan ruang pada para ipar yang menjenguk Ibunya.“Kamu tidak pulang sama sekali, Sera. Pulanglah, Mbak Lila akan bergantian menjaga ibu kamu.”Sera menggeleng atas tawaran Lila.
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

Bab 12.

Kai datang saat Sera sedang memuntahkan semua isi perutnya ke wastafel kamar mandi. Suara muntahnya menggema di seluruh ruangan yang sepi, membuat keheningan semakin tebal. Dengan langkah mantap, Kai menghampirinya, meskipun wajahnya tetap datar, matanya sesekali melirik dengan khawatir.Tanpa sepatah kata pun, tangan Kai langsung bergerak mengusap tengkuk Sera dengan lembut. Ada ketenangan dingin di setiap gerakannya, seolah meskipun perhatiannya nyata, ada dinding tak terlihat yang memisahkan mereka.Sera berusaha mengatur napasnya, meski tubuhnya terasa lemas. Dengan cekatan, Kai membantunya berdiri dan memapahnya kembali ke sofa. Tempat itu sudah menjadi tempat peristirahatan Sera selama beberapa hari terakhir, terlalu akrab dengan keletihan dan rasa sakit.Wajah Sera pucat, terlihat letih, namun Kai tak menunjukkan perubahan. Kekhawatirannya tersembunyi di balik tembok tebal rasa benci yang tak sepenuhnya sirna.“Pulanglah,” ucap Kai, suaranya datar namun tegas. “Aku sudah men
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

Bab 13.

Kabar mengenai kesehatan orang tua Sera, sampai di telinga Lukas. Pria tampan berkacamata itu, kini sudah berdiri di depan ruang VVIP rumah sakit.Tangannya menggantung sesaat di pegangan pintu karena ragu. Namun, tepat saat Lukas akan mendorong pintu itu terbuka, pintu tersebut tiba-tiba bergeser pelan, dan Sera muncul dari baliknya. Tergambar jelas wajah Sera tampak lelah di matanya.Keduanya bertatapan dalam keheningan yang canggung. Keduanya tak langsung menyapa. Hingga akhirnya, Sera memecah keheningan, suaranya terdengar lirih."Masuk, Luke."Tanpa berkata, Lukas mengangguk, mengikuti langkah kecil Sera yang tampak berat. Sesekali, matanya meneliti ekspresi wanita itu. Semakin dilihat, semakin Kai tahu, bahwa sahabat terbaiknya itu memikul beban besar di pundaknya.Di dalam ruangan itu, Lukas mencoba membuat suasana lebih ringan dengan obrolan basa-basi, namun Sera tampak jauh. Lukas bisa merasakan jarak di antara mereka semakin melebar."Mana Om Kai?" Lukas akhirnya bertanya,
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

Bab 14.

Kai mengikut kemana Lukas pergi, mengarah ke luar area rumah sakit, tepatnya di taman yang sepi sebab ini waktu jam makan siang para pasien. “Lo mau apa?” tanya Kai dingin."Gue baru aja denger soal kelakuan Lo yang bikin seluruh keluarga kita gak habis pikir, Om." Lukas berdecak kesal. "Gue bahkan gak bisa berkata-kata lagi sama Lo, demi apa Lo ngelakuin hal-hal gak bernorma kayak gitu?"Terlihat Kai yang langsung membuang nafas panjang. Wajahnya kaku seketika. Kai kesal karena di sini hanya dirinya yang dianggap bersalah.. "Lo gak usah khawatir, Luke. Gue juga gak akan lepas tanggung jawab gue sama Sera," ucap Kai memastikan. "Dengan kelakuan Lo yang gak bisa dipikir pake akal sehat itu, Om?" singgung Lukas lalu tersenyum sinis. Namun, Lukas tertawa kecil yang terdengar sinis. "Lo serius? Dengan apa yang Lo lakuin? Kelakuan Lo yang jelas-jelas gak bisa diterima itu? Perasaan Lo masih gak habis di wanita itu kan?"Kai menatap Lukas dengan tatapan tajam, mencoba menahan amarah. "L
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

Bab 15.

"Mas, kenapa? Mas mau apa?" ucap Sera gelagapan.Nafasnya tersengal karena mendapati nafsu Kai yang terlihat dari pancaran matanya."Kamu ...." Kai menggeleng tak percaya dan dia mengurungkan niatnya untuk menunjukkan amarah pada Sera. Entah mengapa, desir aneh di tubuhnya semakin kencang mengusik pikiran Kai. Kai yang marah, lantas melucuti pakaian Sera. Dalam keadaan marah pula dia akan memberikan sesuatu yang takkan dilupakan oleh wanita itu. "Mas, tunggu, Mas!" cegah Sera. "J—jangan gini, Mas. Aku ha—mmm ...."Kai membungkam bibir Sera dengan bibirnya, takkan memberikan celah sedikitpun untuk Sera bicara. Bagai hukuman, Kai yang marah bahkan memberikan banyak tanda kemerahan di bagian tubuh sang istri. Sera tak bisa memberontak, bahkan kakinya saja berhasil dikunci oleh Kai. "Cukup, Mas ... sakit," keluh Sera yang nafasnya sudah naik-turun tak karuan. Hanya saja, marah Kai benar-benar tak bisa dikendalikan. Dia tak membiarkan Sera merasakan nikmat saat sesuatu dibawah sana di
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

Bab 16.

Perjalanan menuju benua Amerika terasa begitu panjang dan melelahkan bagi Kai. Menggunakan pesawat jet pribadi malah membuat Kai jenuh. Setiap detik yang berlalu seolah menambah beban di hatinya. Meskipun mulutnya terus mengatakan bahwa ibunya adalah yang terpenting, hatinya selalu resah memikirkan Sera. Bayangan istrinya tak pernah hilang, sosok Sera yang memohon ampun dengan suara serak bercampur dengan isak tangisnya masih terngiang jelas, membuat hati Kai terhimpit rasa bersalah. Pria itu sendiri tak menyangka bisa melakukan hal sekejam itu kepada seorang wanita."Gimana Lo sama Sera?" tanya Sagara yang duduk tidak jauh dari Kai. Pria itu asyik menikmati teh sambil mengusap lembut lengan istrinya yang tertidur di pahanya.Pertanyaan tiba-tiba itu berhasil membuat Kai memutus lamunannya. Tidak ada jawaban dari Kai. Pria itu hanya memandang sekilas, sebelum memandang keluar jendela meskipun tidak ada pemandangan yang menarik.“Abang gak nyangka, adik yang paling berprestasi ini b
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

Bab 17.

Salah satu rutinitas harian Sera adalah mengunjungi orang tuanya yang masih harus menjalani banyak perawatan. Sera tak lagi sedih seperti hari-hari kemarin, kini dirinya lebih tenang menjalani harinya.“Mari, Nyonya,” ujar Toni, sopir sekaligus pengawal yang ditugaskan oleh Sagara, suaminya. Sera melangkah masuk ke mobil dan menghela napas pelan. “Terima kasih, Pak,” balasnya dengan senyum yang lemah.Sepanjang perjalanan, ponselnya bergetar. Sebuah pesan muncul dari Kai.[Hati-hati dijalan.] Pesan singkat itu cukup, meskipun jarang datang. Meski Sera tidak pernah melaporkan kegiatannya, sepertinya Kai tahu pergerakan Sera dari Toni. Itu mengapa beberapa kali Sera mendapatkan pesan singkat dari pria yang menjadi suaminya.Mobil meluncur ke rumah sakit, tempat orang tuanya menjalani perawatan.Kini, ia tidak lagi merasa sedih seperti dulu apabila akan mengunjungi orang tuanya.Sejak Mamanya mulai bisa merespons meski hanya dengan anggukan atau suara lirih yang belum sempurna, dan P
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Bab 18.

Lukas tampak menggebu, emosinya sudah naik dan seolah akan menghancurkan kepalanya dalam sekejap. "Buka mata Lo, Ra. Sampai kapan Lo mau nungguin Om Kai buat peduli? Dari dulu, dia juga orang yang dingin, Lo bukan di daftar prioritasnya."Iya, Sera tahu. Wanita itu setuju dalam pikirnya."Luke," interupsi Sera terdengar pelan. Dia mendongak. "Keadaannya rumit. Gak semudah itu."Lukas mendengar dan menatap mata sendu Sera."Gue kalo jadi Mas Kai, pasti Gue juga minta waktu ke orang sekitar Gue supaya mereka ngertiin Gue, nggak ngusik hidup Gue," ungkap Sera sedang menempatkan dirinya sebagai Kai. Lukas menggeleng, dia menampiknya dengan tegas. "Cara pikir Lo salah, Ra. Posisinya, dia itu laki-laki dewasa yang gak bisa egois lagi. Dia punya istri dan itu Lo! Lo juga pasti sedih, 'kan? Dan Om Kai, harusnya mikirin Lo juga."Sera berdiri, memandang lukas dengan penuh rasa jenuh. Bagaimana tidak, dia terganggu dengan sikap Lukas yang terlalu menunjukkan kepeduliannya dan terkesan membuat
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

Bab 19.

Pagi itu, Sera terbangun dengan kepala yang terasa berat. Pusing yang menusuk-nusuk di pelipisnya membuatnya mengernyit, meski semalam tidurnya dirasa cukup lelap. Rasa pegal yang menyebar di seluruh tubuhnya membuat Sera menghela napas panjang. “Adek rewel ya?” ucap Sera sambil mengusap perutnya yang sedikit membuncit. Baru kali ini rasa tak nyaman membebani dirinya selama kehamilannya. Setelah meregangkan tubuhnya sebentar, Sera memaksa dirinya bangkit dari tempat tidur. Dia melakukan rutinitasnya, mandi dengan air hangat yang sedikit membantu meringankan beban di punggungnya. Namun, begitu keluar dari kamar mandi, matanya langsung tertuju pada botol parfum Kai yang tersusun rapi di meja rias. Tanpa berpikir panjang, ia meraih botol itu dan menyemprotkan sedikit di pergelangan tangannya. Aroma maskulin yang khas segera menyebar, memenuhi ruang dan inderanya dengan aroma yang begitu akrab. Sera memejamkan mata, ada perasaan hangat sekaligus pedih yang berputar di da
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

Bab 20.

“Tapi, udah hampir sebulan, Kai. Lo gak mending pulang ke Indonesia aja?” tanya Sagara, matanya menatap lelah ke arah adiknya. Kai menghela napas, pandangannya terarah ke jendela rumah sakit. “Gue gak bisa ninggalin Ibu, Bang,” jawabnya pelan. Setiap hari, rutinitas Kai hanya berputar di sini—menyeka tubuh Diani, mengecek infus, dan memastikan semuanya berjalan lancar. Kai hanya keluar sebentar untuk olahraga atau beli makan. Sagara mengerti, tapi kekhawatirannya makin besar. “Lo juga butuh istirahat, Kai. Istri Lo di sana cuma sendirian,” kata Sagara, suaranya lembut tapi tajam. Kai terdiam, kepalanya tertunduk, seolah kata-kata itu menusuk ke hati. “Lo bisa bagi tugas sama Kakak-kakak Lo. ‘kan ada empat, termasuk Gue” lanjut Sagara. Tapi Kai tetap diam, kedua tangannya mengepal di pangkuannya. Dia tahu Sagara benar, tapi rasa tanggung jawabnya terlalu besar. "Lo bukan satu-satunya anak, Kai," Sagara menambahkan, lebih pelan. Sementara Kai dan Sagara terus berdebat, mereka tak
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status