Home / Pernikahan / Mari Bercerai, Paman Kai! / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Mari Bercerai, Paman Kai!: Chapter 121 - Chapter 130

151 Chapters

121 - S2

Sera berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan mewah, menggendong bayi mungilnya yang mengenakan topi rajut lembut. Di sisinya, Diani, mertuanya yang penuh semangat, mendorong kereta bayi yang kini dipenuhi tas belanjaan kecil.Mereka tengah berada di sebuah toko perlengkapan bayi, dikelilingi deretan baju musim dingin yang imut berwarna pastel."Lihat, Bu! Lucu banget, ya? Bayangin Anna pakai ini," ujar Sera sambil menunjuk jaket bulu berwarna krem yang tampak terlalu besar untuk tubuh mungil bayinya."Semua kelihatan cocok buat Anna, Ra. Jadi, mau beli yang mana?" tanya Diani sambil terkekeh melihat menantunya yang begitu bersemangat."Kalau bisa, semuanya pengin Sera beli, Bu! Tapi kalau gini terus, koper Sera nggak bakal cukup!" jawab Sera sambil tertawa kecil.Mereka tertawa bersama, tenggelam dalam suasana hangat sambil mencoba berbagai baju untuk bayi lucu Sera. Namun, keasyikan mereka mendadak terhenti saat seorang wanita masuk ke toko dengan langkah penuh percaya diri.Berl
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

122 - S2

Malam itu, suasana rumah terasa tenang. Diani sengaja duduk di ruang tengah, menunggu anaknya, Kai, yang baru saja tiba dari tempat kerja. Suara langkahnya menggema pelan di lantai marmer, menandakan kehadirannya."Kai," panggil Diani lembut, menghentikan langkah putranya yang terlihat lelah.Kai menoleh, menurunkan tas kerjanya ke sofa. "Ada apa, Bu? Tumben nungguin aku."Diani menarik napas panjang, mencoba merangkai kata-kata. Namun, kegelisahan di matanya tak bisa ia sembunyikan. "Ibu cuma mau tanya... kamu tahu kabar Lukas akhir-akhir ini? Apa dia pernah hubungi kamu?"Kai memandang ibunya dengan alis terangkat. "Lukas? Enggak, Bu. Dia udah lama nggak kontak. Emangnya kenapa? Bukannya masalah Lukas udah selesai? Lagi pula dia pergi udah setahun yang lalu? Aku kira semuanya udah gak ada masalah."Diani menggigit bibirnya, ragu untuk melanjutkan. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk berbicara. "Ibu ketemu Tantemu tadi. Tante Lian. tadi siang. Dia... lihat foto Abel."Kai terlihat bi
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

123 - S2

Hari keberangkatan akhirnya tiba. Kai, Sera, Anna, dan Fara melangkah menuju gerbang keberangkatan dengan koper dan tas tangan di tangan. Anna, yang digendong Sera, tampak tenang dalam pelukan ibunya, sementara Fara dengan cekatan memastikan semua tiket dan paspor sudah beres. Tak jauh dari mereka, Diani berjalan santai dengan senyum lebar, membawa tas jinjing yang elegan. Meski awalnya sempat ragu untuk bepergian, ia akhirnya memutuskan ikut perjalanan ini demi bertemu cucunya di London, Khalif. Anak dari putra Keduanya, Sagara, dan menantunya, Jena. Saat mereka sampai di bandara Dubai untuk transit, kelompok itu harus berpisah. "Sampai jumpa di London nanti, ya," kata Diani sambil memeluk Sera. "Ibu tunggu kalian di sana. Jangan lupa kabari kalau sudah selesai di Belanda.""Iya, Bu," jawab Sera sambil tersenyum. "Nanti kita ke sana setelah ketemu Kak Elli." Kai hanya tersenyum sambil mengangguk sopan. Ia memandang Diani yang tampak bersemangat, “hati-hati ya, Bu. Jangan keca
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

124 - S2

Fara menatap Elli dengan tajam, matanya penuh dengan emosi yang sulit dibaca. Kemarahan dan kecewa, tampak nyata di wajah Fara. Ruangan terasa sunyi, hanya terdengar napas Abel yang teratur dari tempat tidurnya. Kai, yang mendengar kegaduhan itu dari kamar sebelah, bergegas masuk. "Ada apa?" tanyanya panik, melihat Elli memegangi pipinya yang merah. Sera, yang masih terkejut, mencoba menenangkan ibunya. "Ma, kenapa Mama tiba-tiba mukul Kakak, Ma?!"Fara memalingkan wajahnya ke arah Sera, lalu kembali menatap Elli. Dengan nada dingin, ia berkata, "Kamu pikir ini keputusan yang benar? Menyeret kami ke sini tanpa memberitahu apa pun soal keadaan kamu? Kamu bilang apa? Kita keluarga? Keluarga tidak akan tega membohongi, Elli. Apapun alasannya!" Elli, yang masih terguncang, mencoba berbicara. "Ma, aku nggak ngerti. Apa yang salah?"“Apa yang salah?!” Fara menunjuk ke arah tempat tidur Abel. "Mama gak buta Elli! Sekali lihat Abel saja Mama udah tahu. Ell! Kamu pikir membawa anak itu k
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 125 - S2

Fara duduk diam di tepi ranjang, membiarkan udara dingin merayapi kulitnya yang tak terlindungi oleh selimut. Matanya menatap jendela kamar yang tertutup tirai tipis, tetapi pikirannya melayang jauh dari pemandangan Amsterdam yang berbalut kabut di luar sana. Dalam hatinya, kekecewaan berkecamuk seperti badai, memukul-mukul dinding pertahanan emosinya yang biasanya kokoh. Ia merasa marah, terluka, sekaligus hampa. Elli. Anak sulungnya, yang selama ini ia banggakan sebagai wanita cerdas dan penuh perhitungan. Fara selalu percaya bahwa Elli adalah orang yang tahu bagaimana menjaga dirinya sendiri, seseorang yang tidak akan membiarkan emosi atau keinginan sesaat menghancurkan masa depannya. Tapi, ternyata semuanya adalah pikiran Fara saja. Kenyataan itu, tidak setinggi angannya.Ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. Fara tidak merespons. Tapi pintu terbuka perlahan, dan Sera muncul, membawa secangkir teh hangat di tangannya.Wanita muda itu berjalan mendekat dengan hati-hat
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 126 - S2

Bar di tengah gemerlap Manhattan selalu jadi tempat pelarian yang sempurna. Lampu neon kota New York memantul di dinding kaca, menciptakan suasana dramatis. Rolland melangkah masuk, jas mahal yang dia pakai seperti tiket masuk eksklusif ke dunia malam kota itu. Matanya menyapu ruangan, mencari sosok yang membuat langkahnya berat hari ini. Di sudut ruangan, dia menemukan seseorang yang paling tidak di duga. Lukas, pria dengan aura yang sulit ditembus, duduk sendirian sambil menyesap minuman. Beberapa wanita mencoba mendekat, tapi Lukas hanya melirik dingin, sama sekali tidak peduli. Rolland terkekeh kecil. ‘Sejauh apa pun lo pergi, dunia ini ternyata sempit banget.’ Dia berjalan ke arah Lukas. “Lukas,” sapanya santai sambil duduk tanpa permisi. Lukas hanya melirik sekilas. “Rolland.” Nadanya datar, nyaris malas. “Nggak nyangka ketemu lo di sini. Dunia ini beneran kecil, ya,” kata Rolland sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi. Lukas tidak menjawab, hanya menyesap minumann
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

127 - S2

Dua bayi kecil itu tertawa tanpa alasan yang jelas, seolah mereka memiliki lelucon rahasia yang hanya mereka pahami. Anna mengulurkan tangan kecilnya ke arah Abel, sementara Abel dengan gemas menyentuh pipi Anna. Kai, yang sedang duduk di sofa dengan lengan tersilang, mengamati dengan seksama. Pandangannya tertuju pada Abel, anak dari iparnya, Elli. "Mirip banget sama Lukas waktu kecil," gumam Kai akhirnya, matanya memperhatikan hidung tajam dan garis wajah Abel yang begitu khas keluarga Adnan. Di dapur, Sera yang sedang sibuk mengupas apel mendengar ucapan suaminya. Dia segera membawa piring kecil berisi irisan apel dan bergabung dengan Kai di sofa. Duduk di sampingnya, Sera menyerahkan sepotong apel pada Kai sebelum pandangannya jatuh pada Anna dan Abel yang masih asyik tertawa bersama. “Mereka akrab banget, ya. Padahal baru pertama kali ketemu,” ucap Sera sambil tersenyum lembut. Kai hanya mengangguk, kemudian menghela napas panjang. Ada sesuatu di matanya yang sulit dite
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

128 - S2

Setelah menempuh penerbangan selama satu jam sepuluh menit dan perjalanan darat selama tiga puluh menit dari bandara, akhirnya Diani tiba di depan pintu apartemen Elli dan Raquel. Bersama rombongan kecilnya, Sagara, Jena, serta cucunya yang aktif, Khalif, Diani berdiri dengan wajah yang sulit dibaca. Gelisah bercampur antusias, tapi dia menutupinya dengan senyum hangat. Pintu terbuka, dan wajah Kai muncul dengan senyuman kecil di bibirnya. Namun perhatian Diani langsung tertuju pada bayi mungil yang ada di pelukan menantunya itu. Bayi laki-laki dengan pipi tembam dan mata besar itu tertawa kecil ketika melihat tamu baru di depannya. “Ini... Abel?” Diani akhirnya membuka suara, meski terdengar sedikit gemetar. Matanya menatap penuh rasa ingin tahu dan campuran emosi yang sulit dijelaskan. Kai mengangguk pelan. “Iya, Ma. Ini Abel,” jawabnya sederhana. Diani terdiam sejenak, mencoba mencerna perasaan yang berkecamuk di dadanya. Namun sebelum ia sempat bereaksi lebih jauh, suar
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

129 - S2

Lukas baru saja keluar dari pintu kedatangan Bandara Internasional Schiphol, Amsterdam. Udara dingin menyentuh kulitnya, seolah langsung menyelaraskan suasana hatinya yang penuh dengan berbagai emosi. Setelah penerbangan panjang selama sekitar tujuh jam dari New York, tubuhnya terasa lelah, tapi pikirannya justru berputar semakin liar. Pria itu menarik napas panjang saat melangkah keluar bandara. Kota Amsterdam yang dulu ia pandang hanya sebagai kota biasa, kini terasa berbeda. Setiap jengkalnya seolah membisikkan kenangan yang tak pernah ia miliki, memori yang ia angankan tapi tak pernah menjadi nyata. Dengan langkah tegas, Lukas menuju ke taksi yang akan membawanya ke hotel tempat ia menginap. Sementara kendaraan itu melaju di jalan-jalan Amsterdam, matanya menangkap pemandangan kanal yang membelah kota, sepeda yang lalu lalang, dan bangunan-bangunan tua yang berdiri megah. Semua itu tak mampu mengalihkan pikirannya dari rasa sesak di dada. Di dalam taksi, Lukas mengambil po
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

130 - S2

Hari itu, taman hiburan memang ramai oleh pengunjung. Suasana penuh dengan suara riuh anak-anak, tawa keluarga, dan musik dari berbagai wahana.Meski datang dengan wajah ceria, nyatanya Elli terlihat kurang sehat sejak pagi. Wajahnya sedikit pucat, dan ia berkali-kali menahan rasa mual yang datang tiba-tiba. Ketika mereka berhenti di dekat area makanan untuk beristirahat, Elli akhirnya menyerah. "Aku harus ke toilet," katanya lemah pada Raquel. "Aku temani," jawab Raquel segera, menatap Elli dengan khawatir. Abel yang sedang berada di stroller dititipkan pada Kai, yang saat itu sedang sibuk membantu Sera memberikan makanan pada Anna. "Kai, jagain Abel, ya," pesan Raquel sebelum pergi bersama Elli. Kai mengangguk tanpa banyak berpikir. "Tenang aja." Namun, di tengah kesibukannya mengurus Anna, perhatian Kai sempat teralihkan ketika Khalif memanggilnya dari arah permainan lempar bola. "Om Kai! Lihat aku dapet hadiah boneka besar!" teriak Khalif dengan semangat. Kai berdiri, m
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status