Davino berjalan perlahan memasuki kamar yang remang-remang. Aroma lavender yang biasa menenangkan kini terasa hampa, seolah kesedihan telah menyelimuti ruangan itu. Di atas ranjang besar dengan selimut tebal, Berlian meringkuk membelakangi pintu. Bahunya naik turun halus, menandakan wanita tua itu tengah tenggelam dalam pikirannya. Davino berdiri sejenak, memandang istrinya dengan rasa yang sulit ia ungkapkan. Hampir lima puluh tahun mereka hidup bersama, Berlian selalu menjadi wanita yang kuat, pemegang kendali keluarga Adnan. Namun hari ini, Davino tahu ada luka yang mendalam di hati istrinya, sesuatu yang bahkan Berlian sendiri sulit mengakui. “Li,” panggil Davino pelan, suaranya bergetar ringan. Ia duduk di sisi ranjang, tangannya mengusap lembut bahu istrinya. Berlian tidak merespon, tapi ia tahu Berlian mendengar. “Aku tahu kamu sedih…” Berlian menarik napas panjang, masih dengan posisi yang sama. “Aku tidak sedih, Kak. Aku cuma…” Suaranya menggantung, bergetar di ujung
Last Updated : 2024-12-17 Read more