Beranda / Romansa / OBSESI PRIA BERKUASA / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab OBSESI PRIA BERKUASA: Bab 91 - Bab 100

123 Bab

Bersikap biasa

Pagi berikutnya, Agatha menyibukkan dirinya dengan rutinitas yang tampak biasa. Dia sarapan di ruang makan yang megah, seperti wanita yang sepenuhnya menyerah pada nasibnya. Pelayan-pelayan mansion melayani dengan hati-hati, menghindari kontak mata. Agatha bisa merasakan ketegangan mereka, seolah-olah keberadaannya membawa tekanan yang tak terlihat.Rohander muncul tepat ketika Agatha menyelesaikan sarapannya. Dia mengenakan setelan gelap, langkahnya tegas namun terkesan santai. Seperti biasa, tatapannya langsung terfokus pada Agatha, penuh intensitas."Kau bangun lebih pagi hari ini," katanya sambil menduduki kursi di seberang meja.Agatha hanya mengangkat bahu, menyibukkan dirinya dengan secangkir teh. "Sulit tidur di tempat seperti ini," jawabnya, suaranya datar.Rohander menyeringai tipis, seperti biasa tidak terganggu oleh sikap Agatha yang dingin. "Mungkin aku harus menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu, agar kau merasa lebih nyaman."Agatha menatapnya sejenak, lalu kembali
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Romantis, tapi penuh ancaman

Malam itu terasa panjang bagi Agatha. Saat segala sesuatunya hening, pikirannya dipenuhi berbagai rencana, meski tak satu pun yang terasa benar-benar bisa ia jalankan. Dia tahu Rohander adalah pria yang tidak akan berhenti mengendalikan, dan semakin dia melawan, semakin kuat genggaman pria itu. Tapi ada satu hal yang Agatha yakini—dia tidak bisa menyerah.Pagi harinya, Agatha bangun dengan perasaan ganjil. Rohander sudah pergi lebih awal untuk urusan bisnis, meninggalkan catatan singkat di meja samping tempat tidur."Aku akan pulang malam ini. Jangan coba melakukan hal yang tidak perlu."Pesan itu singkat, tapi cukup untuk membuat Agatha mendecak kesal. Seolah aku anak kecil yang diawasi. Dia meremas kertas itu dan melemparkannya ke tempat sampah, kemudian berjalan menuju kamar mandi.Saat dia selesai berpakaian, suara langkah kaki di luar kamar menarik perhatiannya. Seorang pelayan mengetuk pintu, membawa nampan sarapan dan mempersilakan Agatha untuk makan di ruang makan.Namun, begi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Cinta itu bisa menghancurkan

Agatha melepaskan lengan yang ditahan Rohander dengan lembut tapi tegas, senyum tipis menghiasi wajahnya—senyum yang nyaris seperti perisai. "Aku tidak akan pergi ke mana-mana, Rohander. Kau tidak perlu khawatir."Dia menatap pria itu dengan ketenangan yang menipu, meskipun jantungnya berdentum liar di dada. Dia tahu Rohander adalah pria yang pandai membaca gerak-geriknya, dan Agatha tidak bisa menunjukkan celah sedikit pun.Rohander berdiri, mendekatinya, tubuhnya begitu dekat hingga Agatha bisa merasakan hawa panas dari kulit pria itu. "Kau benar-benar yakin tidak ada yang perlu kukhawatirkan?" tanyanya, suaranya rendah, hampir seperti bisikan.Agatha menahan diri untuk tidak mundur. Sebaliknya, dia menatap langsung ke mata Rohander, mencoba menyembunyikan rasa takut dan frustrasinya di balik senyumnya. "Tentu saja."Rohander mengangkat alisnya, lalu akhirnya melangkah mundur. Tapi tatapannya masih mengawasi seperti predator yang menilai mangsanya. "Baiklah. Kalau begitu, istirahatl
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Tentang seseorang

Malam menjelang, dan mansion mulai sunyi. Agatha duduk di tepi tempat tidurnya, menatap bayangan pohon di luar jendela yang terbentuk dari cahaya bulan. Kata-kata pelayan tadi siang terus bergema di kepalanya."Tuanku sangat mencintai Anda. Tapi cinta itu... bisa menjadi sesuatu yang menghancurkan."Dia menggenggam kain di lututnya, merasa dadanya penuh dengan kemarahan yang tertahan. Tidak ada cinta yang bisa membenarkan apa yang Rohander lakukan padanya. Tidak ada cinta yang pantas membuatnya kehilangan kebebasan, atau bahkan—ingatan.Agatha mendengar langkah kaki mendekat di lorong. Dia buru-buru berbaring di tempat tidur, berpura-pura tidur. Pintu kamar terbuka perlahan, dan dia bisa merasakan kehadiran Rohander di ambang pintu. Detak jantungnya menjadi lebih lambat, seolah menunggu."Agatha," panggil Rohander pelan, suaranya rendah dan berat.Agatha tetap diam, mengatur napasnya agar terdengar tenang. Dia bisa merasakan langkahnya mendekat, lalu kehangatan tubuh Rohander saat dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

Berpikir dengan hati bukan kepala

Agatha menatap pintu kamar yang tertutup rapat, berusaha menenangkan diri. Setiap kata yang diucapkan pelayan itu berputar-putar di kepalanya, menambah kegelisahan yang sudah menghimpitnya. Ingatan yang hilang—mengenai siapa dan mengapa, itu adalah teka-teki yang harus dia pecahkan. Tapi dalam hatinya, ada satu hal yang pasti Rohander tengah mengendalikan lebih banyak darinya daripada yang ia perkirakan.Dia menatap ke arah jendela, di luar, malam semakin larut, dan di dalam kamar itu, kesunyian terasa begitu berat. Agatha mendekati meja kecil di samping tempat tidur dan melihat selembar surat yang belum ia buka. Itu adalah surat yang diberikan Rohander beberapa hari yang lalu, sesuatu yang dia kira hanya formalitas—tapi entah kenapa malam ini, surat itu terasa sangat relevan.Dengan tangan yang sedikit gemetar, Agatha membuka segel surat itu. Kata-katanya sederhana, hampir tidak ada yang menarik—kecuali kalimat terakhir yang membuat hati Agatha berdegup kencang."Aku akan selalu menj
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

Penuh ketidakpastian

Agatha berdiri di depan jendela, pandangannya terpusat pada dunia yang tampak begitu jauh dari dirinya. Angin berhembus lembut melalui celah di jendela, tetapi tidak bisa mengusir perasaan sesak yang ada di dada Agatha. Ia merasa terjebak, dilemparkan ke dalam dunia yang penuh dengan rahasia dan kebohongan yang tidak pernah ia minta.Suasana di sekelilingnya terasa begitu sunyi, hanya suara detak jam yang terdengar jelas di telinganya. Waktu terasa begitu lambat, seakan menunggu Agatha untuk membuat pilihan yang tak bisa ditarik mundur. Pilihan yang akan mengubah hidupnya selamanya.Dia memejamkan mata, mencoba menenangkan pikirannya yang berlarian. Semua kata-kata Rohander yang penuh dengan janji dan peringatan kembali terngiang di telinganya. "Aku hanya ingin kau tetap aman." Tapi apa artinya aman, jika ia tidak bisa menjadi dirinya sendiri? Apa artinya aman, jika ia terperangkap dalam sebuah kebohongan?Agatha memutuskan untuk melangkah ke meja di sampingnya, di mana sebuah fold
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

Mungkin suatu saat nanti

Agatha melangkah lebih jauh, meninggalkan Rohander yang berdiri di sana, semakin kecil dalam pandangannya. Hatinya berdebar hebat, namun ia tahu bahwa ini adalah pilihan yang harus diambilnya. Setiap langkahnya terasa lebih mantap daripada sebelumnya, meskipun ada kegelisahan yang menyusup di balik wajahnya.Lila tetap di sampingnya, menatap ke belakang dengan tatapan waspada, seolah siap menghadapi segala kemungkinan. Namun Agatha tidak berhenti, tidak memberi kesempatan pada keraguan yang muncul di benaknya. Ia tak ingin menjadi sekadar boneka dalam kehidupan orang lain, terperangkap dalam obsesi dan ketakutan yang tidak pernah ia pilih."Agatha," Lila akhirnya membuka suara, suara wanita itu serius dan penuh peringatan. "Kau tahu risiko yang kau hadapi, kan?"Agatha mengangguk, matanya terarah pada jalan di depan mereka yang semakin gelap. "Aku tahu. Tapi aku juga tahu, aku tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang ketakutan dan kepemilikan. Aku harus menemukan diriku sendiri."
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

Ini tentang diriku

Agatha berjalan perlahan, rasa lega dan kecemasan bercampur aduk dalam dirinya. Lila masih setia di sampingnya, memberi ruang agar Agatha bisa mengambil setiap langkah dengan penuh pertimbangan. Meski langkah Agatha terlihat mantap, pikirannya masih penuh dengan keraguan. Dia tahu perjalanan ini bukan hanya tentang melarikan diri, tetapi tentang menemukan jati diri yang telah lama terkubur dalam bayang-bayang Rohander."Agatha," Lila memecah keheningan, suaranya lembut namun penuh makna. "Kau tahu apa yang kau lakukan, bukan?"Agatha menatap jalan di depannya, tak ingin Lila melihat kegelisahannya. "Aku... aku mencoba, Lila. Tapi kadang-kadang aku merasa seperti terjebak di antara dua dunia yang tak bisa kubiarkan begitu saja."Lila mengangguk. "Aku mengerti, tapi ingat, kau memilih untuk bebas. Itu lebih penting daripada segala hal yang pernah mengikatmu sebelumnya."Agatha tidak menjawab, namun dalam hatinya, kata-kata Lila menggema. Setiap kali ia mencoba mengingat kembali apa yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

Meminta kesempatan

Langkah Agatha terasa berat, meski ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa keputusan yang diambilnya sudah benar. Setiap detik yang berlalu terasa semakin jauh dari kenyamanan yang dulu ia kenal. Lila berjalan di sampingnya, tak mengucapkan sepatah kata pun, memahami bahwa Agatha membutuhkan waktu untuk mengolah perasaannya. Hanya suara langkah mereka yang terdengar, saling mengiringi dalam kesunyian yang menggelisahkan.Mereka tiba di sebuah kafe kecil yang terletak di sudut kota, jauh dari keramaian, sebuah tempat yang sering Agatha kunjungi untuk menenangkan diri. Begitu mereka duduk, Agatha menarik napas panjang dan mengatur kata-katanya, seolah mencari jalan keluar dari kekosongan yang kini menguasai pikirannya.“Aku... tidak tahu lagi, Lila,” ucap Agatha perlahan, matanya menatap cangkir kopi yang sudah setengah kosong. “Setiap langkahku seolah mengarah pada sesuatu yang lebih rumit. Aku melangkah, tapi rasanya aku selalu kembali ke tempat yang sama.”Lila menatapnya dengan penu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

Zat yang dapat memengaruhi kontrol pikiran

Agatha melangkah perlahan di jalan yang sepi, matanya memandang ke depan tanpa tujuan yang jelas. Di bawah langit yang mulai gelap, langkahnya terasa semakin berat. Hatinya masih diselimuti kebingungan, perasaan kosong setelah berpisah dengan Rohander, dan kebingungan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.Namun, langkahnya terhenti saat ia mendengar suara familiar, suara yang membuatnya menoleh. Di kejauhan, tampak dua sosok yang berjalan di trotoar, berbicara dalam suara yang tenang. Agatha mengernyit, sepertinya mereka tampak mengenalinya. Salah satunya adalah seorang wanita berusia sekitar lima puluhan, dengan rambut abu-abu yang dibiarkan tergerai. Di sampingnya, seorang pria dengan penampilan yang terawat rapi, juga tampak familiar."Agatha?" suara wanita itu memanggilnya, dengan nada penuh kehangatan.Tanpa sadar, Agatha berjalan mendekat, mengamati mereka dengan rasa ingin tahu yang tak bisa dibendung. "Ibu... Ayah?" suaranya hampir tak terdengar saat ia mengenali mereka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status