Beranda / Romansa / OBSESI PRIA BERKUASA / Cinta itu bisa menghancurkan

Share

Cinta itu bisa menghancurkan

Penulis: Chatrin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-29 12:51:53

Agatha melepaskan lengan yang ditahan Rohander dengan lembut tapi tegas, senyum tipis menghiasi wajahnya—senyum yang nyaris seperti perisai. "Aku tidak akan pergi ke mana-mana, Rohander. Kau tidak perlu khawatir."

Dia menatap pria itu dengan ketenangan yang menipu, meskipun jantungnya berdentum liar di dada. Dia tahu Rohander adalah pria yang pandai membaca gerak-geriknya, dan Agatha tidak bisa menunjukkan celah sedikit pun.

Rohander berdiri, mendekatinya, tubuhnya begitu dekat hingga Agatha bisa merasakan hawa panas dari kulit pria itu. "Kau benar-benar yakin tidak ada yang perlu kukhawatirkan?" tanyanya, suaranya rendah, hampir seperti bisikan.

Agatha menahan diri untuk tidak mundur. Sebaliknya, dia menatap langsung ke mata Rohander, mencoba menyembunyikan rasa takut dan frustrasinya di balik senyumnya. "Tentu saja."

Rohander mengangkat alisnya, lalu akhirnya melangkah mundur. Tapi tatapannya masih mengawasi seperti predator yang menilai mangsanya. "Baiklah. Kalau begitu, istirahatl
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Tentang seseorang

    Malam menjelang, dan mansion mulai sunyi. Agatha duduk di tepi tempat tidurnya, menatap bayangan pohon di luar jendela yang terbentuk dari cahaya bulan. Kata-kata pelayan tadi siang terus bergema di kepalanya."Tuanku sangat mencintai Anda. Tapi cinta itu... bisa menjadi sesuatu yang menghancurkan."Dia menggenggam kain di lututnya, merasa dadanya penuh dengan kemarahan yang tertahan. Tidak ada cinta yang bisa membenarkan apa yang Rohander lakukan padanya. Tidak ada cinta yang pantas membuatnya kehilangan kebebasan, atau bahkan—ingatan.Agatha mendengar langkah kaki mendekat di lorong. Dia buru-buru berbaring di tempat tidur, berpura-pura tidur. Pintu kamar terbuka perlahan, dan dia bisa merasakan kehadiran Rohander di ambang pintu. Detak jantungnya menjadi lebih lambat, seolah menunggu."Agatha," panggil Rohander pelan, suaranya rendah dan berat.Agatha tetap diam, mengatur napasnya agar terdengar tenang. Dia bisa merasakan langkahnya mendekat, lalu kehangatan tubuh Rohander saat dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Berpikir dengan hati bukan kepala

    Agatha menatap pintu kamar yang tertutup rapat, berusaha menenangkan diri. Setiap kata yang diucapkan pelayan itu berputar-putar di kepalanya, menambah kegelisahan yang sudah menghimpitnya. Ingatan yang hilang—mengenai siapa dan mengapa, itu adalah teka-teki yang harus dia pecahkan. Tapi dalam hatinya, ada satu hal yang pasti Rohander tengah mengendalikan lebih banyak darinya daripada yang ia perkirakan.Dia menatap ke arah jendela, di luar, malam semakin larut, dan di dalam kamar itu, kesunyian terasa begitu berat. Agatha mendekati meja kecil di samping tempat tidur dan melihat selembar surat yang belum ia buka. Itu adalah surat yang diberikan Rohander beberapa hari yang lalu, sesuatu yang dia kira hanya formalitas—tapi entah kenapa malam ini, surat itu terasa sangat relevan.Dengan tangan yang sedikit gemetar, Agatha membuka segel surat itu. Kata-katanya sederhana, hampir tidak ada yang menarik—kecuali kalimat terakhir yang membuat hati Agatha berdegup kencang."Aku akan selalu menj

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Penuh ketidakpastian

    Agatha berdiri di depan jendela, pandangannya terpusat pada dunia yang tampak begitu jauh dari dirinya. Angin berhembus lembut melalui celah di jendela, tetapi tidak bisa mengusir perasaan sesak yang ada di dada Agatha. Ia merasa terjebak, dilemparkan ke dalam dunia yang penuh dengan rahasia dan kebohongan yang tidak pernah ia minta.Suasana di sekelilingnya terasa begitu sunyi, hanya suara detak jam yang terdengar jelas di telinganya. Waktu terasa begitu lambat, seakan menunggu Agatha untuk membuat pilihan yang tak bisa ditarik mundur. Pilihan yang akan mengubah hidupnya selamanya.Dia memejamkan mata, mencoba menenangkan pikirannya yang berlarian. Semua kata-kata Rohander yang penuh dengan janji dan peringatan kembali terngiang di telinganya. "Aku hanya ingin kau tetap aman." Tapi apa artinya aman, jika ia tidak bisa menjadi dirinya sendiri? Apa artinya aman, jika ia terperangkap dalam sebuah kebohongan?Agatha memutuskan untuk melangkah ke meja di sampingnya, di mana sebuah fold

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Mungkin suatu saat nanti

    Agatha melangkah lebih jauh, meninggalkan Rohander yang berdiri di sana, semakin kecil dalam pandangannya. Hatinya berdebar hebat, namun ia tahu bahwa ini adalah pilihan yang harus diambilnya. Setiap langkahnya terasa lebih mantap daripada sebelumnya, meskipun ada kegelisahan yang menyusup di balik wajahnya.Lila tetap di sampingnya, menatap ke belakang dengan tatapan waspada, seolah siap menghadapi segala kemungkinan. Namun Agatha tidak berhenti, tidak memberi kesempatan pada keraguan yang muncul di benaknya. Ia tak ingin menjadi sekadar boneka dalam kehidupan orang lain, terperangkap dalam obsesi dan ketakutan yang tidak pernah ia pilih."Agatha," Lila akhirnya membuka suara, suara wanita itu serius dan penuh peringatan. "Kau tahu risiko yang kau hadapi, kan?"Agatha mengangguk, matanya terarah pada jalan di depan mereka yang semakin gelap. "Aku tahu. Tapi aku juga tahu, aku tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang ketakutan dan kepemilikan. Aku harus menemukan diriku sendiri."

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Ini tentang diriku

    Agatha berjalan perlahan, rasa lega dan kecemasan bercampur aduk dalam dirinya. Lila masih setia di sampingnya, memberi ruang agar Agatha bisa mengambil setiap langkah dengan penuh pertimbangan. Meski langkah Agatha terlihat mantap, pikirannya masih penuh dengan keraguan. Dia tahu perjalanan ini bukan hanya tentang melarikan diri, tetapi tentang menemukan jati diri yang telah lama terkubur dalam bayang-bayang Rohander."Agatha," Lila memecah keheningan, suaranya lembut namun penuh makna. "Kau tahu apa yang kau lakukan, bukan?"Agatha menatap jalan di depannya, tak ingin Lila melihat kegelisahannya. "Aku... aku mencoba, Lila. Tapi kadang-kadang aku merasa seperti terjebak di antara dua dunia yang tak bisa kubiarkan begitu saja."Lila mengangguk. "Aku mengerti, tapi ingat, kau memilih untuk bebas. Itu lebih penting daripada segala hal yang pernah mengikatmu sebelumnya."Agatha tidak menjawab, namun dalam hatinya, kata-kata Lila menggema. Setiap kali ia mencoba mengingat kembali apa yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Meminta kesempatan

    Langkah Agatha terasa berat, meski ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa keputusan yang diambilnya sudah benar. Setiap detik yang berlalu terasa semakin jauh dari kenyamanan yang dulu ia kenal. Lila berjalan di sampingnya, tak mengucapkan sepatah kata pun, memahami bahwa Agatha membutuhkan waktu untuk mengolah perasaannya. Hanya suara langkah mereka yang terdengar, saling mengiringi dalam kesunyian yang menggelisahkan.Mereka tiba di sebuah kafe kecil yang terletak di sudut kota, jauh dari keramaian, sebuah tempat yang sering Agatha kunjungi untuk menenangkan diri. Begitu mereka duduk, Agatha menarik napas panjang dan mengatur kata-katanya, seolah mencari jalan keluar dari kekosongan yang kini menguasai pikirannya.“Aku... tidak tahu lagi, Lila,” ucap Agatha perlahan, matanya menatap cangkir kopi yang sudah setengah kosong. “Setiap langkahku seolah mengarah pada sesuatu yang lebih rumit. Aku melangkah, tapi rasanya aku selalu kembali ke tempat yang sama.”Lila menatapnya dengan penu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Zat yang dapat memengaruhi kontrol pikiran

    Agatha melangkah perlahan di jalan yang sepi, matanya memandang ke depan tanpa tujuan yang jelas. Di bawah langit yang mulai gelap, langkahnya terasa semakin berat. Hatinya masih diselimuti kebingungan, perasaan kosong setelah berpisah dengan Rohander, dan kebingungan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.Namun, langkahnya terhenti saat ia mendengar suara familiar, suara yang membuatnya menoleh. Di kejauhan, tampak dua sosok yang berjalan di trotoar, berbicara dalam suara yang tenang. Agatha mengernyit, sepertinya mereka tampak mengenalinya. Salah satunya adalah seorang wanita berusia sekitar lima puluhan, dengan rambut abu-abu yang dibiarkan tergerai. Di sampingnya, seorang pria dengan penampilan yang terawat rapi, juga tampak familiar."Agatha?" suara wanita itu memanggilnya, dengan nada penuh kehangatan.Tanpa sadar, Agatha berjalan mendekat, mengamati mereka dengan rasa ingin tahu yang tak bisa dibendung. "Ibu... Ayah?" suaranya hampir tak terdengar saat ia mengenali mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Waktunya mencari kebenaran yang lebih besar

    Agatha menatap ponselnya yang kini terasa begitu berat di tangannya. Suara kenalannya masih bergema di telinganya, namun kata-katanya tak kunjung reda. Tubuh Agatha bergetar sedikit, menyadari betapa dalamnya situasi yang ia hadapi. Semua yang telah ia alami—semua yang ia anggap normal—sekarang terasa seperti bayangan yang menggantung. Apakah semuanya benar-benar nyata? Atau, apakah dia hanya bagian dari permainan yang jauh lebih besar dari yang ia duga?Dengan tangan yang gemetar, Agatha menekan tombol untuk mengakhiri panggilan. Tapi keheningan di rumah itu begitu mencekam, seakan-akan suara di sekitar menghilang begitu saja. Ia merasa terjebak, terperangkap dalam dunia yang tak bisa ia pahami, dan semakin banyak yang harus ia pertanyakan.Kaki Agatha melangkah tanpa sadar menuju ruang tamu, matanya kosong menatap dinding yang sudah terlalu familiar. Di luar, suara kendaraan berlalu-lalang, dunia di luar sana seolah terus bergerak, sementara dirinya terhenti dalam kekacauan pikiran

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30

Bab terbaru

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Melepaskan demi kebaikan

    Agatha memejamkan mata sejenak, perasaan yang selama ini ia coba hindari kembali muncul. Ia tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri. Walaupun ia tahu apa yang Rohander lakukan padanya adalah kejam dan manipulatif, ia juga tahu bahwa pria itu pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya. Ada banyak kenangan indah, meskipun semuanya telah terdistorsi oleh kebohongan dan kekuasaan yang dipaksakan."Rohander..." bisik Agatha pelan, hatinya berdetak lebih cepat.Ia tidak tahu apa yang harus dirasakannya sekarang. Cinta? Kebencian? Penyesalan? Semua perasaan itu berbaur, sulit untuk dipisahkan. Namun, ia juga tahu bahwa ini adalah akhir dari perjalanan panjang yang penuh dengan kebohongan dan manipulasi.Tepat saat itu, seorang agen datang mendekatinya, mengabarkan bahwa semua proses penangkapan telah selesai dan bahwa Rohander kini berada dalam tahanan. “Kau sudah melakukan yang benar, Agatha,” kata agen tersebut dengan nada penuh pengertian. “Kebenaran telah terungkap, dan semuanya akan

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Semua yang tersembunyi dalam hatinya

    Agatha terus berlari, meski napasnya mulai memburu dan tubuhnya terasa lelah. Ia tidak berhenti, bahkan ketika langkah-langkahnya semakin berat, pikirannya tetap tajam dan penuh perhitungan. Ia tahu bahwa selama ini ada sesuatu yang salah dengan segala yang terjadi padanya—sesuatu yang lebih besar dari sekadar manipulasi, sesuatu yang lebih gelap dan lebih berbahaya.Langkah kaki Agatha terhenti saat ia sampai di sebuah jembatan tua yang sepi. Di sana, berdiri seorang pria yang tidak ia kenal. Agatha langsung merasa ada yang aneh dengan kehadirannya. Pria itu mengenakan jas hitam, wajahnya tersembunyi sebagian oleh topi lebar yang ia kenakan. Namun, ada sesuatu di mata pria itu yang membuat Agatha merasa familiar—sesuatu yang mengingatkannya pada Rahander.“Agatha,” pria itu memulai, suaranya rendah namun tegas. “Aku tahu kamu akan datang. Aku tidak bisa membiarkanmu berlari tanpa tahu kebenarannya.”Agatha menatapnya dengan tajam, kecurigaan mulai memenuhi dirinya. “Kau siapa? Apa

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Dalang terungkap

    Agatha terbangun tengah malam, matanya terbuka lebar saat mendapati kamar yang gelap. Suasana malam itu terasa lebih sunyi daripada biasanya, hanya ada suara angin yang menderu pelan di luar. Ia menoleh ke samping tempat tidur, namun Rohander tidak ada di sana.Perasaan curiga mulai merayapi pikirannya. Rohander yang pergi tanpa memberitahunya, tanpa alasan, itu terasa aneh. Sebelumnya, ia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam sikap Rohander, dan sekarang perasaan itu semakin menguat.Agatha duduk di pinggir tempat tidur, menarik napas dalam-dalam. Ia mencoba menenangkan dirinya, tetapi tak bisa mengabaikan kekhawatiran yang membangkitkan rasa cemas di hatinya.Beberapa saat kemudian, terdengar suara derap langkah kaki dari luar, dan pintu kamar perlahan terbuka. Agatha mengerutkan kening. Ternyata, Rohander kembali, dengan wajah yang tampak lelah dan bingung. Sepertinya, dia tidak mengharapkan Agatha terbangun.Namun, sebelum Agatha sempat bertanya apa yang sedang terjadi, Rohande

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Elysium

    Dengan keteguhan di hati, Agatha dan Rohander mulai menyelidiki lebih dalam tentang siapa yang berada di balik semua kekacauan ini. Mereka bertemu dengan lebih banyak orang yang terlibat dalam jaringan ini, orang-orang yang selama ini bersembunyi di balik bayang-bayang, orang-orang yang memiliki kekuatan luar biasa dan niat yang lebih gelap dari yang bisa mereka bayangkan. Setiap langkah mereka semakin membawa mereka lebih dekat pada kebenaran yang menakutkan, tetapi sekaligus memberi mereka sedikit harapan.Di tengah perjalanan mereka, mereka menemukan petunjuk yang mengarah pada sebuah organisasi rahasia yang disebut Elysium. Organisasi ini memiliki sejarah panjang dalam eksperimen manusia, dan Agatha ternyata memiliki hubungan langsung dengan mereka. Tidak hanya sebagai subjek eksperimen, tapi juga sebagai bagian dari proyek mereka yang lebih besar, yang tujuannya adalah untuk menciptakan entitas yang bisa mengendalikan pikiran dan realitas.Suatu malam, setelah berjam-jam mene

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Informasi baru

    Beberapa hari setelah keputusan mereka untuk bergerak maju, masalah demi masalah mulai satu per satu terpecahkan. Agatha dan Rohander bekerja sama, menggali lebih dalam ke dalam misteri yang mengelilingi mereka. Setiap langkah yang mereka ambil, meskipun penuh risiko, memberikan jawaban yang lebih jelas tentang siapa yang berada di balik semua ini dan apa tujuan mereka.Di sebuah pertemuan tertutup, Rohander akhirnya berhasil menghubungi seseorang dari jaringan lamanya yang bisa dipercaya. Seorang informan yang dikenal dengan nama "Apex," yang ternyata mengetahui lebih banyak daripada yang semula mereka duga."Aku sudah mendapatkan informasi baru," kata Apex melalui ponsel kepada Rohander saat mereka berada di ruang bawah tanah yang terisolasi. "Liam yang kau temui beberapa hari lalu adalah bagian dari jaringan yang lebih besar, lebih gelap. Mereka bukan hanya sekedar ancaman biasa. Mereka memiliki koneksi jauh lebih dalam, yang berhubungan dengan keluarga politik besar yang berkuas

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Mencoba mempercayai untuk kesekian kalinya

    Liam menutup pintu dengan lembut, matanya tetap tajam menatap Agatha dan Rohander, mencoba mengukur reaksi mereka. Agatha, yang masih terkejut, mulai merasakan kekhawatiran mendalam di dadanya. "Liam... apa maksudmu dengan kekuatan yang lebih besar itu?" Suaranya sedikit tercekat, seolah tak siap menerima kenyataan yang baru saja datang menghampiri mereka.Liam menghela napas panjang, seolah berat untuk berbicara. "Aku tak bisa menjelaskan semuanya sekarang, Agatha, tapi ada orang-orang yang selama ini mengamati kalian berdua. Mereka tahu apa yang terjadi, mereka tahu tentang Rohander, tentang apa yang telah terjadi di masa lalu, dan mereka akan melakukan apa saja untuk memastikan kekuasaan mereka tetap terjaga."Rohander berdiri lebih tegak, tampaknya sudah mulai memahami bahwa ini lebih dari sekadar masalah antara dia dan Agatha. "Siapa mereka, Liam?" tanyanya dengan suara yang lebih serius, penuh tekad. "Apa yang mereka inginkan dari kami?"Liam menatap Rohander sejenak sebelum a

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Kebenaran lain yang menyakitkan

    Agatha menatap kalung itu dengan cemas, jari-jarinya gemetar saat menyentuh liontin yang tampaknya begitu akrab namun terasa asing. Suasana di ruangan itu semakin tegang, hanya ada detakan jantung mereka yang terdengar jelas di antara keheningan yang berat.Rohander, yang masih berlutut di depan Agatha, memandangi wajahnya dengan penuh harapan, meski ada kekhawatiran yang jelas di matanya. “Agatha, aku tahu aku telah melukai kepercayaanmu. Tapi, aku tidak pernah bermaksud untuk membahayakanmu. Semua yang aku lakukan, aku lakukan karena aku takut kehilanganmu.”Agatha menarik napas panjang, matanya masih tertuju pada kalung yang kini terasa sangat berat di tangannya. “Kehilangan? Atau karena aku terlalu penting bagimu sehingga kamu tak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi di sekitarmu?” tanyanya pelan, suara itu terdengar hampir seperti bisikan.Rohander menatapnya dalam, seperti mencari jawaban dari setiap kata yang keluar dari mulut Agatha. "Aku tak tahu lagi apa yang harus ak

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Pusaran kebohongan

    Rohander berdiri mematung, wajahnya yang biasanya tenang berubah gelap. Tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya. Agatha tahu ada sesuatu yang besar yang dia sembunyikan, sesuatu yang bahkan dia tak ingin mengungkapkannya.“Rohander,” suara Agatha terdengar tajam. “Siapa ini di belakangku? Apa maksud semua ini?”Rohander mengulurkan tangan, mencoba mengambil foto itu, tetapi Agatha dengan cepat menariknya kembali. “Jangan. Kau tidak akan bisa mengalihkan pembicaraan kali ini. Aku butuh jawaban.”Dia mendesah berat, lalu mengusap wajahnya dengan tangan yang gemetar. “Agatha, ini bukan waktu yang tepat. Tolong percayalah padaku.”“Percaya?” Agatha tertawa sinis, emosinya meluap. “Kau telah memanipulasiku, menyuntikkan bahan kimia ke tubuhku, mencoba menghapus ingatanku. Dan sekarang kau bilang aku harus percaya?!”Rohander menatapnya penuh kesakitan, tetapi tetap tak berkata apa-apa.“Apa yang kau sembunyikan dariku, Rohander?” tuntut Agatha. Dia mengangkat kunci kecil yang ada di dala

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Terkejut dan ketakutan

    Rohander melepaskan pelukan itu perlahan, meskipun terasa berat. Matanya memandang wajah Agatha yang sedikit memerah, entah karena emosi atau mungkin kelelahan. Dia ingin mengatakan lebih banyak, menjelaskan lebih dalam, tetapi tatapan Agatha memintanya untuk diam—setidaknya untuk saat ini.“Aku butuh waktu,” ucap Agatha akhirnya, suaranya tenang tapi ada luka yang masih tergambar jelas di sana. “Kita tidak bisa melupakan semuanya begitu saja, Rohander. Semua yang sudah kau lakukan… itu terlalu banyak.”Rohander mengangguk. “Aku tahu,” jawabnya pelan. “Aku tidak akan memaksamu. Tapi aku tidak akan berhenti berusaha. Jika itu berarti memberimu waktu, maka aku akan menunggu, Agatha. Berapa lama pun itu.”Agatha menelan ludah, perasaan yang bercampur aduk kembali menyerang. “Kau bilang begitu, tapi aku tahu kau tidak sabar, Rohander. Kau tidak tahu bagaimana caranya menunggu. Kau terlalu… obsesif.”Rohander terkekeh kecil, meski lemah. “Aku sedang belajar, Agatha. Dan ini pelajaran tersu

DMCA.com Protection Status