Home / Romansa / OBSESI PRIA BERKUASA / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of OBSESI PRIA BERKUASA: Chapter 101 - Chapter 110

123 Chapters

Waktunya mencari kebenaran yang lebih besar

Agatha menatap ponselnya yang kini terasa begitu berat di tangannya. Suara kenalannya masih bergema di telinganya, namun kata-katanya tak kunjung reda. Tubuh Agatha bergetar sedikit, menyadari betapa dalamnya situasi yang ia hadapi. Semua yang telah ia alami—semua yang ia anggap normal—sekarang terasa seperti bayangan yang menggantung. Apakah semuanya benar-benar nyata? Atau, apakah dia hanya bagian dari permainan yang jauh lebih besar dari yang ia duga?Dengan tangan yang gemetar, Agatha menekan tombol untuk mengakhiri panggilan. Tapi keheningan di rumah itu begitu mencekam, seakan-akan suara di sekitar menghilang begitu saja. Ia merasa terjebak, terperangkap dalam dunia yang tak bisa ia pahami, dan semakin banyak yang harus ia pertanyakan.Kaki Agatha melangkah tanpa sadar menuju ruang tamu, matanya kosong menatap dinding yang sudah terlalu familiar. Di luar, suara kendaraan berlalu-lalang, dunia di luar sana seolah terus bergerak, sementara dirinya terhenti dalam kekacauan pikiran
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Jika kamu pergi... apa yang tersisa untukku

Agatha menarik dirinya menjauh, menatap Rohander dengan campuran kebingungan dan ketakutan. “Aku sudah cukup menderita. Apa lagi yang harus aku tanggung?”Rohander menghela napas panjang, langkahnya semakin mendekat. “Aku hanya ingin melindungimu, Agatha. Semua yang aku lakukan, semua yang aku beri, itu semua untuk kebaikanmu.”Agatha merasakan dinding yang dibangunnya kembali runtuh, perasaan ragu dan kebingungan merasuki pikirannya. “Kebaikanmu?” suaranya tergetar, “Apa yang terjadi pada kebaikanmu saat kamu menghancurkan pikiranku, merusak ingatanku, dan membuatku meragukan diriku sendiri?”Rohander berhenti, matanya kini penuh dengan penyesalan yang sulit dipahami. “Aku tidak pernah bermaksud seperti ini. Aku hanya… takut kehilanganmu.”Agatha merasakan jantungnya berdetak lebih cepat, namun ia berusaha menahan air matanya. “Kamu takut kehilangan aku? Tapi kamu malah membuatku merasa seperti aku bukan diriku lagi. Aku merasa terkunci dalam kebohongan yang kamu buat, Rohander.”Roh
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Aku sangat mencintaimu...

Agatha melangkah keluar dengan cepat, melintasi koridor panjang mansion yang terasa begitu sepi. Setiap langkahnya bergema di udara yang sunyi, seakan dunia hanya miliknya dan tidak ada siapa pun yang peduli. Namun, ada perasaan yang menggerogoti dalam dirinya, sebuah perasaan yang sulit untuk diabaikan.Langkah kaki Rohander terdengar jauh di belakangnya, tetapi Agatha tak berniat untuk menoleh. Dia tahu dia sudah membuat keputusan yang berat, dan meskipun hatinya meronta, ia tak bisa kembali. Sudah terlalu banyak yang terjadi. Terlalu banyak kebohongan yang tertanam dalam setiap kata Rohander.Dengan langkah yang semakin cepat, Agatha mendekati pintu besar yang menandakan keluar dari mansion itu. Namun, sebelum ia mencapai pintu, sebuah tangan tiba-tiba menyentuh lengannya."Agatha," suara Rohander terdengar begitu lembut, berbeda dari biasanya. Namun ada kekuatan yang tak bisa disembunyikan di dalamnya, kekuatan yang menuntut perhatian.Agatha terhenti sejenak, merasa seolah duni
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Arti hidup tanpa kamu

Agatha terus berjalan tanpa menoleh ke belakang, meskipun hatinya penuh dengan kebingungan dan perasaan yang terombang-ambing. Setiap langkah terasa berat, seolah-olah dunia di sekelilingnya mulai runtuh. Tapi kali ini, ia tahu harus bertahan. Tidak peduli betapa mengerikannya dunia yang telah diciptakan Rohander untuknya, ia tahu bahwa ia tidak bisa kembali lagi.Namun, langkahnya terhenti ketika sebuah suara berat memanggilnya dengan nama. Suara itu mengalir seperti aliran darah yang dingin, membuat bulu kuduknya meremang."Agatha," kata Rohander, dan kali ini ada penekanan yang lebih dalam dalam suaranya. "Jangan pergi."Agatha merasa napasnya tercekat, meskipun ia berusaha keras untuk tidak menunjukkan betapa kalutnya hatinya. Ia tidak ingin berbalik, tidak ingin terjerat dalam kata-kata manis yang sekarang terasa semakin menyesakkan. Tapi sesuatu dalam dirinya, entah kenapa, membuatnya melangkah perlahan kembali.Di depan pintu besar mansion yang seharusnya terasa begitu asing b
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Luka dan memar

Agatha melangkah pelan di jalan setapak desa, menghirup udara segar yang jauh berbeda dari kota besar yang pernah ia tinggalkan. Suara angin yang berdesir di antara pepohonan dan kicauan burung memberikan rasa damai yang baru, meskipun hatinya masih diliputi rasa cemas.Pagi itu, setelah bekerja di kedai kopi milik Ibu Wati, Agatha duduk di kursi kayu di teras kecil kedai sambil menyeruput teh hangat. Pemandangan desa yang tenang memanjakan matanya, tapi hatinya tetap berdebar. Meski ia mencoba menenangkan dirinya, bayangan Rohander selalu menghantui pikirannya.Ibu Wati yang sedang menyapu halaman melihatnya dari jauh dan menghampiri."Ibu Wati," Agatha menyapa dengan senyum tipis, meskipun mata Ibu Wati bisa menangkap kekhawatiran di wajah Agatha."Ada apa, Nak? Sepertinya kau sedang jauh berpikir," tanya Ibu Wati dengan lembut.Agatha menatap secangkir teh di tangannya, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Aku hanya... merasa sedikit takut," jawabnya pelan.Ibu Wati duduk di sam
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Lebih dari apapun

Agatha duduk di sudut kamar, tubuhnya menggigil meski udara di sekitar terasa hangat. Air mata mengalir tanpa henti, membasahi pipinya. Pikiran-pikirannya berlarian, menghantamnya tanpa ampun. Begitu banyak pertanyaan tanpa jawaban, begitu banyak perasaan yang tercampur aduk—rasa takut, marah, dan kebingungan yang mencekam dirinya.Dengan tangan yang gemetar, Agatha memeluk tubuhnya erat, mencoba mengusir rasa dingin yang mencekam dalam hatinya. "Kenapa, Rohander? Kenapa kamu harus membuat semuanya seperti ini?" suara Agatha teredam oleh isaknya yang semakin dalam. "Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku sudah lelah... begitu lelah..." Dia mengatupkan bibirnya rapat-rapat, mencoba menahan isakan yang hampir meledak.Di luar kamar, di balik pintu yang tertutup, Rohander berdiri, menunduk dengan tangan terlipat di depan dada. Dia hanya bisa mendengar tangis Agatha yang tak terhentikan, dan hatinya hancur mendengarnya. Sungguh, dia tidak pernah bermaksud untuk menyakiti Agatha. Namu
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Satu hari, satu minggu, bahkan satu tahun

Rohander duduk di sisi ranjang, memandangi Agatha yang kembali tertidur, tubuhnya terbungkus selimut tebal. Beberapa helai rambutnya yang basah tergerai di dahinya, dan ia dengan lembut menyisirnya ke belakang telinga. Hatinya dipenuhi dengan perasaan yang campur aduk—penyesalan, kebingungan, dan harapan yang hampir pudar.Pandangannya teralihkan ke tangan Agatha yang terletak di samping tubuhnya. Beberapa jari tangan Agatha masih memegang erat selimut, namun ada getaran kecil yang membuat hati Rohander terenyuh. Setiap detik yang berlalu, ia semakin menyadari bahwa ia telah menghancurkan semuanya. Semua kebahagiaan yang mereka punya, semua rasa percaya yang pernah ada, kini menghilang begitu saja.Rohander menatap telapak tangannya, masih merasakan bekas luka yang diberikan oleh perbuatannya sendiri. "Aku tidak tahu bagaimana caranya memperbaikinya," gumamnya pelan, berbicara pada dirinya sendiri. "Aku tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan segalanya seperti semula."Namun, dala
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Merawatmu bukan karena aku ingin

Keesokan harinya, Agatha kembali ke tempat yang sudah lama ia tinggalkan, meskipun hatinya penuh dengan kebingungan dan keraguan. Ia ingin sekali melupakan segalanya, bersembunyi dari perasaan yang begitu mencekam, tetapi ada bagian dalam dirinya yang tidak bisa mengabaikan apa yang telah terjadi.Saat pintu rumah terbuka, Agatha langsung merasakan adanya ketegangan di udara. Suasana yang biasanya tenang kini terasa mencekam, seperti ada sesuatu yang salah. Ia berjalan pelan, matanya menyapu ruangan, dan tak lama kemudian, pandangannya terhenti pada sosok yang tengah duduk di sudut ruangan. Rohander.Pria itu terlihat sangat lelah, wajahnya pucat, dengan mata yang merah seolah tak tidur semalam. Tangannya terulur di atas meja, sesekali menggenggam gelas berisi air, tetapi ia tampak begitu lemah, seperti seseorang yang kehilangan semangat hidup."Rohander?" Agatha memanggilnya dengan hati-hati, merasa ada sesuatu yang sangat salah. "Kamu... kenapa tampak seperti ini?"Rohander menoleh
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Sebuah nasihat

Agatha berdiri di depan jendela, matanya terfokus pada pemandangan di luar, meskipun pikirannya sedang berperang dengan perasaan yang tak terungkapkan. Hatinya dipenuhi amarah yang semakin membara setiap detik, tetapi ia menahan diri untuk tidak meledak. Ia tidak ingin menunjukkan kelemahan di depan Rohander. Namun, ketika suara langkah kaki terdengar mendekat, Agatha tahu ia tidak bisa lagi menahan diri.Rohander masuk ke dalam ruangan dengan wajah pucat. Matanya terlihat letih, seolah tak tidur sama sekali sepanjang malam. Dia tampak terguncang, namun berusaha untuk terlihat tenang. Agatha berbalik perlahan dan melihat pria itu berdiri di ambang pintu. Ada sesuatu yang berbeda dalam tatapannya—sesuatu yang menunjukkan penyesalan yang mendalam."Agatha…" Suaranya terdengar lirih, penuh penyesalan. "Aku tahu aku telah melukaimu. Aku tahu aku tidak berhak meminta maaf, tapi izinkan aku untuk menjelaskan."Agatha tidak menjawab, hanya menatapnya dengan tatapan penuh kebencian yang ia
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Usaha untuk mendapat maaf

Agatha kembali ke rumah dengan langkah yang berat, merasa sedikit lebih tenang setelah waktu sejenak di taman. Namun, saat ia membuka pintu, hatinya langsung mendidih. Di ruang tengah, di depan pintu yang seharusnya menjadi tempat aman baginya, Rohander masih berlutut. Wajahnya terlihat sangat pucat, bahkan lebih pucat dari sebelumnya, dan matanya yang biasanya tajam kini tampak penuh penyesalan.Tiba-tiba, semua rasa tenang yang baru saja ia rasakan luntur begitu saja. Agatha menatap Rohander dengan mata yang menyala penuh kemarahan. Ia mengingat kembali segala yang telah terjadi, perasaan terperangkap, kebohongan, dan manipulasi yang telah menghancurkan kepercayaan yang pernah ia miliki.“Kenapa kamu masih di sini?” suara Agatha bergetar, meski ia mencoba keras untuk tidak terdengar terlalu marah.Rohander tetap diam, kepalanya tertunduk dalam-dalam, seolah menunggu hukuman. Bibirnya bergetar, seolah ingin berkata sesuatu, namun hanya terdiam.Agatha menghela napas kasar, langkahny
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status